Menuju konten utama

Asa Xiaomi pada Mi Mix

Enam tahun lalu, Xiaomi melesat bagai roket. Ia dengan cepat menjadi perusahaan teknologi dengan nilai valuasi tertinggi di dunia. Namun, semuanya telah berubah. Jurus andalannya, yakni ponsel dengan harga murah, sudah mulai tergerus oleh merek lain. Kini, pada produk flagship-nya, Mi Mix, Xiaomi meletakkan fondasi barunya.

Asa Xiaomi pada Mi Mix
Seorang wartawan mengambil gambar model terbaru Xiaomi Mi Max pada saat launching di Beijing. [Foto/Reuters/Kim Kyung-Hoon]

tirto.id - Bagi para pecinta smartphone, nama Xiaomi mungkin sudah akrab di telinga. Apalagi mereka yang tinggal di India, atau kawasan Asia Tenggara. Produk-produk smartphone mereka selalu mendapat perhatian khusus. Harganya yang murah dengan spesifikasi yang cukup mumpuni membuatnya selalu menjadi pusat perhatian konsumer.

Mulai dari Redmi hingga seri Mi, Xiaomi membuktikan bahwa smartphone dengan spesifikasi cukup canggih dapat diperoleh oleh konsumer dengan harga yang cukup terjangkau. Desain memikat yang seolah meniru ponsel unggulan pabrikan lain semacam iPhone dari Apple ataupun seri S dari Samsung pun menjadi daya pikat yang lain.

Strategi tersebut melesatkan Xiaomi menjadi startup terkemuka di dunia. Meski sempat menjadi pemuncak daftar valuasi startup, hal itu tampaknya tidak bertahan lama. Menurut data IDC, penjualan Xiaomi terus menerus digerus oleh perusahaan-perusahaan lain yang meniru gaya berbisnis Xiaomi, seperti Oppo dan Vivo.

Pada kuartal I/2016, misalnya, penjualan Xiaomi di pasar terbesarnya, yakni negaranya sendiri, Cina, hanya mencapai 9 persen dari total pangsa pasar yang ada. Pada kuartal II/2016, penjualannya sedikit naik dan mencapai 9,5 persen dari total pangsa pasar.

Bandingkan angka tersebut dengan Huawei, Oppo dan Vivo. Mereka menguasai lebih dari 10 persen pangsa pasar Cina. Pada kuartal I/2016, Huawei menjadi yang terbesar. Perusahaan itu berhasil menguasai sebesar 16,2 persen pangsa pasar, diikuti oleh Oppo dengan 15,4 persen dan Vivo sebesar 13,3 persen.

Pada kuartal II/2016, posisi tersebut tidak banyak berubah. Huawei tetap menjadi yang terbesar 17,2 persen, Oppo menyusul dengan 16,2 persen. Sementara Vivo menguasai 13,2 persen pangsa pasar.

Xiaomi seolah melesat seperti kembang api di dunia teknologi, cepat bersinar namun cepat pula padam. Perlu diketahui, baik Huawei, Vivo dan Oppo merupakan pemain lama dalam industri smartphone. Kemunculan Xiaomi seolah bak membuat nama-nama perusahaan tersebut seolah tenggelam dalam gelap.

Namun industri teknologi sangat cepat berubah. Begitu pula peta persaingannya. Ketiga perusahaan itu dengan cepat mengubah strategi bisnis mereka, hampir serupa dengan apa yang dilakukan oleh Xiaomi. Dan seiring makin maraknya smartphone sejenis, penjualan Xiaomi jatuh. Puncaknya adalah pada tahun 2015 lalu, ketika perusahaan teknologi itu hanya berhasil menjual 70 juta smartphone pada 2015, meleset 10 juta dari targetnya.

Infografik Xiaomi

Mi Mix yang (Diharapkan) Bawa Perubahan

Xiaomi sadar bahwa pasar smartphone murah semakin sesak dan matang. Data penjualannya jelas merupakan fakta yang tak terbantahkan. Xiaomi tidak tinggal diam.

Akhir Oktober lalu, Xiaomi menggelar sebuah konferensi pers yang membuat para jurnalis terkejut. Mereka mengira bahwa perusahaan tersebut hanya akan merilis seri Mi Note 2. Nyatanya, Xiaomi malah mempresentasikan sebuah smartphone konsep dengan desain yang sangat tidak lazim.

Didesain oleh desainer kenamaan asal Perancis, Philippe Starck, smartphone yang bernama Mi Mix tersebut memiliki rasio badan-layar hingga 91,3 persen. Hal yang pertama di dunia. Sebagai catatan, Apple dirumorkan akan meluncurkan iPhone 8 dengan desain serupa pada tahun depan.

Banyak wartawan yang hadir di acara tersebut menyangsikan kesungguhan Xiaomi untuk memproduksi Mi Mix secara massal. Namun, kemunculan kembali Chief Executive Officer (CEO) Xiaomi Lei Jun ke atas panggung , setelah sempat masuk, untuk kemudian memperkenalkan harga jual resmi dan tanggal release Mi Mix menjadi penegas bahwa smartphone itu benar-benar akan dijual kepada publik.

Selain teknologi canggih yang disematkan di dalamnya, harganya pun tidak seperti smartphone lain produksi pabrikan asal Cina tersebut. Mi Mix merupakan smartphone termahal Xiaomi yang dijual dengan harga sekitar $510, menurut laporan Cnet.

Pengamat pun memprediksikan, apa yang dilakukan Xiaomi merupakan indikasi bahwa perusahaan tersebut sedang berusaha bermain pada pasar yang menurut mereka lebih menguntungkan yakni pasar high-end, sekaligus menegaskan bahwa mereka bukanlah sekedar perusahaan peniru seperti istilah yang selama ini telah melekat padanya.

Mi Mix adalah "produk juara yang mereka butuhkan untuk membantu mengalihkan perhatian orang-orang kepada mereka dan mencoba mendobrak kesan mereka menjadi pemain low-end," kata analis IDC Bryan Ma, seperti dikutip dari Cnet.

Akan tetapi, hal itu tidak akan langsung mendongkrak kinerja Xiaomi. Menurut, Bryan, persepsi masyarakat terhadap suatu perusahaan membutuhkan waktu untuk berubah.

"Catatan terbesar saya dari peluncuran produk high-end Xiaomi baru-baru ini adalah bahwa mereka berusaha sangat keras untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak hanya ‘berinvestasi’ hanya pada smartphone murah. Tekanan kompetitif dari perusahaan seperti Huawei, Oppo dan Vivo mungkin adalah faktor di sini juga," jelasnya.

Melebarkan Sayap

Selain membawa perubahan pada produk-produk mereka, Xiaomi tampaknya juga turut mengubah strategi penjualan mereka. Perlu diketahui, Xiaomi sangat menjaga distribusi produk mereka. Hal yang membuat perusahaan itu beberapa kali telah kehilangan peluang untuk memperoleh pasar yang lebih luas.

Kini, dengan produk baru mereka, serta himpitan faktor tekanan dari para kompetitornya, Xiaomi mengindikasikan akan mengincar pasar smartphone terbesar di dunia, Amerika Serikat. Perusahaan itu telah melakukan beberapa tes pada produk mereka untuk dijual di negeri Paman Sam itu.

"Awal tahun ini kami memiliki versi khusus dari Mi 5 yang kami buat hanya untuk pengujian di AS, hanya agar kita dapat memulai pengujian dan melakukan uji coba kecil untuk mempertajam ‘kemampuan’ kami," kata Hugo Barra, Global Vice President Xiaomi, pada Selasa (1/11/2016),seperti dikutip dari Engadget.

"Dan sekarang kami memiliki Mi Note 2 yang merupakan perangkat lain yang dapat kita gunakan untuk beberapa pengujian lapangan di AS. Hal itu sekali lagi hanya merupakan langkah kecil ke arah yang benar untuk dapat meluncurkan produk secara utuh di sana."

Akan tetapi, masih belum jelas kapan hal itu akan terwujud. Pasalnya, Barra menegaskan ia tidak mau terburu-buru dalam melakukan ekspansi bisnis ini.

Ia mengaku belajar dari pabrikan smartphone lainnya asal Cina yang gagal menembus pasar AS dengan produknya, semata karena permasalahan tidak cocoknya jaringan yang digunakan antara smartphone itu dengan operator seluler di AS.

“Kita tidak akan meluncurkan suatu hal hingga kita merasa siap,” tegas Barra.

Barra boleh saja mengatakan hal tersebut. Namun, dengan Mi Mix, Xiaomi telah berhasil mencuri perhatian publik dan jika hal ini tidak segera ditindaklanjuti, momentum positif yang ada mungkin hanya akan menghilang tanpa jejak.

Satu hal yang pasti, Xiaomi tidak lagi dapat disebut sebagai peniru Apple apabila raksasa teknologi asal AS itu meluncurkan iPhone 8 pada tahun depan. Jika iPhone 8 memiliki bahasa desain yang sama dengan Mi Mix, itu berarti dunia telah berjalan pada keuntungan Xiaomi, sebab Apple-lah berarti yang meniru produk mereka.

Baca juga artikel terkait TEKNOLOGI atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara