tirto.id - Krisis ISBN yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini membuat banyak orang penasaran mengenai ISBN dan buku seperti apa yang harusnya mendapatkan ISBN?
ISBN adalah kepanjangan dari (International Standard Book Number). Peristiwa krisis ISBN di Indonesia terjadi karena banyak buku yang dinilai tak layak terbit sebagai buku cetak, namun malah memiliki ISBN.
Di platform media sosial X atau Twitter warganet menilai buku yang tak layak memiliki ISBN itu adalah seperti cetakan buku fanfict (fan-fiction), produk web novel, hingga buku-buku terbitan pribadi (self publish).
Tidak hanya buku semacam itu, warganet juga menilai kebijakan institusi pendidikan ikut andil dalam krisis ini. Sebab, tidak sedikit institusi pendidikan yang mewajibkan pengajar dan mahasiswa menerbitkan penelitian ber-ISBN sebagai syarat kelulusan atau naik pangkat.
Direktur Eksekutif Internasional ISBN, Stella Griffiths juga menjelaskan, nomor ISBN tidak jarang disalahgunakan untuk produk-produk lain yang kurang relevan.
Misalnya, digunakan untuk penerbitan produk non buku seperti pakaian atau souvenir. ISBN juga acap digunakan sebagai alat sensor di perpusatakaan atau toko buku.
Apa Itu ISBN?
ISBN adalah nomor digit unik, terdiri dari 13 angka yang diterbitkan oleh lembaga internasional Badan Internasional ISBN yang berbasis di London.
Nomor ISBN digunakan untuk beberapa keperluan, termasuk pengendalian distribusi dan identifikasi buku terbitan. Menurut International Publishers, nomor ISBN mempermudah toko buku, pedagang grosir, distributor, perpustakaan, dan lembaga penerbitan melacak dan mengendalikan stok buku.
Negara di dunia memiliki kuota ISBN yang disalurkan setiap kurun waktu tertentu. Indonesia terakhir kali mendapatkan alokasi sebanyak 1 juta ISBN pada tahun 2018 untuk jatah 10 tahun.
Namun, masih separuh periode berjalan, ISBN di Indonesia sudah digunakan hampir sebanyak tiga per empat bagian. Dikutip dari data statistik Perpusnas, per 2023 sudah ada lebih 728.389 buku yang diterbitkan dengan ISBN. Artinya, saat ini hanya tersisa sekitar 270 ribu nomor ISBN di Indonesia.
Atas kondisi ini, Perpustakaan Nasional (perpusnas) mendapatkan teguran dari Badan Internasional ISBN London. Perpusnas adalah satu-satunya lembaga dalam negeri yang berhak menyalurkan ISBN ke perusahaan penerbit di Indonesia.
Badan ISBN London mengklaim menemukan kasus jumlah penerbitan buku yang tidak wajar di Indonesia, mereka mendapati bahwa Indonesia telah menerbitkan sebanyak 208,191 buku dalam kurun waktu 2020 hingga 2021 saja.
Daftar Terbitan yang Harus Pakai ISBN
Mengutip laman resmi Perpusnas, ada sejumlah terbitan yang boleh memiliki atau diberikan ISBN, meliputi:
- Buku tercetak (monografi) dan pamphlet
- Terbitan Braille
- Buku peta
- Film, video, dan transparansi yang bersifat edukatif
- Audiobooks pada kaset, CD, atau DVD
- Terbitan elektronik (misalnya machine-readable tapes, disket, CD-ROM dan publikasi di Internet)
- Salinan digital dari cetakan monograf
- Terbitan microform
- Software edukatif
- Mixed-media publications yang mengandung teks
Daftar Terbitan yang Tidak Bisa Pakai ISBN
Masih merujuk laman resmi Perpusnas, berikut ini adalah daftar terbitan yang tidak bisa diberikan ISBN, meliputi:
- Terbitan yang terbit secara tetap (majalah, bulletin, dsb.)
- Iklan
- Printed music
- Dokumen pribadi (seperti biodata atau profil personal elektronik)
- Kartu ucapan
- Rekaman musik
- Software selain untuk edukasi termasuk game
- Buletin elektronik
- Surat elektronik
- Permainan
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra