Menuju konten utama

Arti Bulan Safar serta Mitos dan Faktanya dalam Sejarah Islam

Kumpulan mitos dan fakta soal bulan Safar dari berbagai sumber.

Arti Bulan Safar serta Mitos dan Faktanya dalam Sejarah Islam
Ilustrasi Kalender. foto/Istockphoto

tirto.id - Bulan Safar tahun 1445 Hijriah dimulai pada Jumat, 18 Agustus 2023 dan akan berakhir pada Sabtu, 16 September 2023. Terdapat mitos dan fakta yang dipercaya masyarakat pada bulan kedua dalam penanggalan kamariah ini.

Berdasarkan “Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia” tahun 1997 oleh Ahmad Warson Munawwir, menurut bahasa, Shafar atau dalam penulisan bahasa Indonesia Safar memiliki arti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning.

Menurut Husein Nafarin pada 2001 dalam “Makalah Bulan Safar, Tinjauan Historis dan Beberapa Pemikiran Terhadapnya” jika ditinjau dari segi bahasa, Safar terkait dengan setidaknya tiga pengertian.

Pertama Safar yang berarti penyakit kuning, lapar, cacing perut, bulan kedua sesudah Muharram. Kedua Safar berarti kosong, dan yang ketiga Sufar berarti kuning.

Mitos dan Fakta Bulan Safar

Ada sejumlah mitos dan fakta yang menyelubungi bulan Safar dari zaman jahiliah hingga saat ini, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Tidak termasuk ke dalam bulan haram

Umat Islam mengenal empat bulan haram atau mulia yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sehingga dengan kata lain, Safar bukan bagian dari bulan haram.

Mengutip laman Universitas Islam Indonesia (UII), ada dua penjelasan ulama terkait istilah bulan haram yang digunakan untuk merujuk kepada empat bulan itu.

Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya. Demikian pula sebaliknya, melakukan amalan ketaatan pada bulan Haram sangat ditekankan.

2. Dipercaya masyarakat jahiliyah sebagai bulan sial

Pada zaman jahiliah, bulan Safar banyak dimaknai sebagai bulan kesialan. Kepercayaan masyarakat terhadap bulan Safar sebagai bulan yang membawa kesialan tidak terlepas dari pengertian kata Safar seperti yang telah dijelaskan di atas.

Orang-orang Arab pada masa Jahiliyah dahulu berangkat mengembara. Mereka meninggalkan kediaman pada bulan tersebut sehingga rumah tempat tinggal mereka menjadi kosong.

Kemudian, pada suatu waktu pernah mereka berangkat bertepatan musim panas dan kering, pada saat daun-daun menjadi kekuning-kuningan dan banyaklah penderitaan dan petaka yang dialami oleh mereka. Ini lalu menjadi keyakinan yang berlarut pada masa jahiliyah.

3. Rasulullah bersabda tidak ada kesialan pada bulan Safar

Namun, ketika datangnya masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW, keyakinan atas kesialan pada bulan Safar mulai ditinggalkan. Sebab, Nabi Muhammad SAW, menerangkan dalam berbagai hadits, bahwa tidak ada kesialan di bulan Safar.

Wahab dkk dalam “JurnalMUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020” memaparkan dalil Naqli atau dalil yang kebenarannya mutlak mengenai keterangan bahwa Safar bukanlah bulan yang sial, seperti hadits berikut ini:

“Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Shaibah berkata: Menceritakan kepada kami Abu Ahwas: dari Simak, dari „Ikrimah, dari Ibnu „Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: Tidak ada penyakit yang menular, tidak ada (keyakinan bahwa) tulang orang yang mati itu akan menjadi burung, dan tidak ada bulan safar (bulan sial).”

“Tidak ada penyakit yang berjangkit tidak ada kepercayaan bahwa hewan memberi manfaat dan mudharat, tidak ada kesialan di bulan safar dan tidak ada juga kepercayaan datangnya malapetaka disebabkan burung hantu.” (Riwayat al-Bukhari [5770], Muslim [2220] Abu Daud [3913] di dalam al-Sunan dan Ahmad [3031] di dalam Musnad).

4. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah

Laman NU Online mengutip kitab Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar yang ditulis Habib Abu Bakar al-‘Adni. Pada bulan Safar sebelum masa kenabian Muhammad SAW, Rasulullah melangsungkan pernikahannya dengan istri pertamanya Khadijah al-Kubra.

5. Pernikahan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib

Masih melansir NU Online, Rasulullah menikahkan putrinya, Fatimah az-Zahra dengan sahabatnya Ali bin Abi Thalib pada bulan Safar. Pernikahan ini disambut umat Islam dengan penuh kegembiraan.

Baca juga artikel terkait BULAN SAFAR atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari