tirto.id - Derbi London antara Arsenal vs Chelsea dalam lanjutan pekan 20 Liga Inggris di Stadion Emirates, Minggu (29/12/2019) malam, tak berujung menggembirakan bagi tuan rumah. Meriam London takluk 1-2 dalam pertandingan yang diwarnai hujan sembilan kartu kuning ini.
Tak cuma gol, Arsenal tertinggal dari Chelsea dalam hampir segala aspek statistik. Mulai dari penguasaan bola (42:58 persen), jumlah (424:573) dan akurasi (79:83 persen) umpan, hingga tembakan (7:13). Kendati demikian, bukan berarti Meriam London tak memberi perlawanan ketat.
Arsenal sempat mendominasi pertandingan selama 30 menit pertama waktu normal. Mereka bahkan lebih dulu memimpin perolehan skor berkat gol sundulan Pierre-Emerick Aubameyang, memaksimalkan eksekusi sepak pojok Mesut Ozil yang dilanjutkan asis Calum Chambers pada menit 13.
“Aku senang melihat tim ini bermain lebih baik, dan apa yang kami lakukan saat latihan bisa diterapkan di atas lapangan,” ujar manajer Arsenal Mikel Arteta mengulas penampilan anak asuhnya sepanjang sepertiga awal laga.
Sayang, keunggulan Meriam London gagal terjaga sampai akhir. Gawang Bernd Leno dua kali bobol hanya dalam 10 menit terakhir waktu normal; masing-masing oleh Jorginho (menit 83) dan Tammy Abraham (menit 87).
Dwigol balasan itu adalah hilir. Hulunya, alias titik yang menandai berbaliknya kontrol pertandingan, terdeteksi sebelum peluit paruh waktu ditiup wasit. Tepatnya pada menit 30 ketika manajer Chelsea Frank Lampard memasukkan Jorginho sebagai pengganti Emerson Palmieri.
"Menurutku seluruh pemain Chelsea tampil bagus, tapi aku akan memberi pujian khusus pada Jorginho," ujar Tammy Abraham, pencetak gol kemenangan Chelsea setelah laga, seperti dilansir SkySports.
"Tiga puluh menit pertama mereka [Arsenal] mendominasi bola, mereka melontarkan kami di lini tengah, kemudian orang ini [Jorginho] datang dan kami menampilkan sepakbola yang benar-benar berbeda."
Modal Penting Lini Tengah
Masuknya Jorginho (gelandang) sebagai pengganti Emerson (bek kiri) bikin Chelsea mengalami transformasi skema di atas lapangan. Formasi 3-4-3 yang semula dipakai Lampard berganti jadi 4-3-3.
Masuknya Jorginho dan keluarnya Palmeri otomatis bikin Chelsea melakukan rotasi di sektor belakang. Pos bek kiri berganti diisi oleh Cesar Azpilicueta yang pada 30 menit awal diplot di sisi kanan. Perubahan tanggung jawab di sektor bek kiri membuat Chelsea lebih agresif menggempur lewat sisi kiri. Total mereka menyerang dari sisi ini sebanyak 42 persen, lebih banyak ketimbang lewat kanan (36 persen) maupun tengah (22 persen).
“Permasalahan utama kami pada 30 menit awal bukan hanya soal taktik, tapi juga semangat. Para pemain Arsenal tampak lebih gesit, garang, berani, sementara kami agak tak percaya diri,” ujar Lampard menolak disebut cerdas atas keputusan memasukkan Jorginho.
Kemudian Jorginho, yang tampil sebagai jantung lini tengah bersama Mateo Kovacic dan N’Golo Kante, menjadi sosok kunci yang berhasil mengantarkan Chelsea keluar dari pressing tinggi pemain Arsenal.
Menurut hitung-hitungan Whoscored, Chelsea sukses mengurung bola di sepertiga area Arsenal dengan porsi 30 persen. Angka ini lebih tinggi ketimbang sirkulasi bola di sepertiga pertahanan Chelsea yang cuma 19 persen.
Rapor tersebut tidak lepas dari kemampuan Jorginho memompa bola ke depan dengan akurat. Menurut data Whoscored, dia mendulang lima umpan panjang (umpan lambung) akurat dari lima kali percobaan (akurasinya 100 persen, lebih baik ketimbang pemain lain).
Peran Jorginho disempurnakan dengan kontribusinya sebagai katalis. Total dalam laga kontra Arsenal, dia mencatatkan enam intersep alias, lagi-lagi, menjadi paling banyak.
Lampard mengakui Jorginho berhasil menjalankan tugas yang dia bebankan dengan sempurna.
“Jorginho menjadi katalis dan pembeda di pertandingan ini. Dia menunjukkan karakter kuat dan kemampuannya menjemput bola liar sangat membantu kami.”
Sekaligus Jadi Polemik
Terlepas dari performa ciamiknya, bukan berarti Jorginho sepenuhnya dianggap pahlawan. Bagi sebagian kalangan, dalam derbi London dini hari tadi, pesepakbola berpaspor Italia itu juga keluar sebagai sasaran kritik.
Kritik itu berkaitan dengan pelanggaran (tactical foul) berulang yang dilakukan Jorginho terhadap pemain-pemain lawan. Puncaknya ketika dia mengganjal gelandang Arsenal Matteo Guendouzi pada menit 77. Jorginho dinilai layak diganjar kartu kuning kedua alias kartu merah dan diusir keluar lapangan atas kejadian itu.
Sebagai catatan, Jorginho mencatatkan tiga pelanggaran alias yang terbanyak di pertandingan ini. Angka yang didapat dari 60 menit penampilan tersebut bahkan lebih banyak dibanding jumlah pelanggaran pemain-pemain lain yang tampil penuh 90 menit.
“Aku rasa seharusnya itu jelas [berbuah kartu],” ujar Arteta mengomentari kejadian itu setelah pertandingan.
Apa yang disampaikan Arteta memang berseberangan dengan pendapat pengamat sepakbola SkySports, Graeme Souness, yang menilai kejadian itu memang sudah benar tak perlu berbuah kartu.
“Apakah harus berbuah kartu kuning kedua? Aku rasa tidak. Memang ada sedikit kontak tapi aku rasa Guendouzi juga tampak sengaja menjatuhkan dirinya,” ujar Souness seperti dilasir SkySports.
Namun, penilaian Arteta bisa dimaklumi Frank Lampard. Manajer asal Inggris itu tidak menampik jika anak asuhnya layak dapat kartu kuning kedua karena pelanggaran ceroboh tersebut.
“Menurutku layak apabila pelanggaran itu diganjar kartu kuning,” ujarnya. “Kurasa itu tak sepenuhnya tekel yang bersih.”
Kendati demikian, Lampard menolak berpolemik. Baginya, apa yang sudah terjadi adalah keberuntungan yang memang sudah ditakdirkan jadi milik Chelsea.
“Barangkali kami memang beruntung. Mungkin ini adalah penebusan karena di pertandingan sebelumnya, semua orang tahu aku kerap mengeluh karena kami jarang mendapat keberuntungan,” tukasnya.
Editor: Fahri Salam