tirto.id - Pemerintah Arab Saudi mengumumkan telah menangkap 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan menteri pada Sabtu malam (4/11/2017) melalui Al Arabiya, jaringan satelit resmi milik Saudi. Satu di antara mereka adalah salah bilionare di dunia, Alwaleed bin Talal.
Penangkapan Pangeran Alwaleed adalah kejutan tersendiri untuk keluarga Kerajaan maupun pusat keuangan utama dunia. Pasalnya, dia mengendalikan perusahaan investasi Kingdom Holding dengan saham utama di News Corp, Citigroup, Twitter dan banyak perusahaan terkenal lainnya. Alwaleed juga mengendalikan jaringan televisi satelit yang ditonton di seluruh dunia Arab.
Dilansir Independent, penangkapan ini merupakan langkah terakhir konsolidasi kekuatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putra kesayangan dan penasihat utama Raja Salman.
Pada usia 32, Putra Mahkota Mohammed bin Salman sudah memiliki suara dominan dalam mengatur kebijakan militer, asing, ekonomi dan sosial Saudi. Banyak yang memuji visinya karena telah banyak mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi kerajaan.
Namun banyak juga yang melihatnya sebagai orang yang kurang ajar, haus kekuasaan dan tidak berpengalaman. Kalangan ini membenci Putra Mahkota karena perilakunya yang keras terhadap kerabatnya yang lebih tua, serta usahanya memusatkan begitu banyak kekuatan di satu cabang keluarga.
Raja telah memutuskan pembentukan komite anti-korupsi baru yang kuat, dipimpin oleh pangeran mahkota, hanya beberapa jam sebelum komite tersebut memerintahkan penangkapan tersebut.
Dari Al Arabiya juga diberitahukan bahwa komite antikorupsi memiliki hak untuk menyelidiki, menangkap, melarang melakukan perjalanan, atau membekukan aset siapa pun yang dianggap korup.
Selain itu, Hotel Ritz Carlton di Riyadh, hotel royal de facto juga telah dievakuasi pada hari Sabtu (4/11/2017). Hal ini menimbulkan rumor bahwa tempat itu akan digunakan untuk menampung para bangsawan yang ditahan.
Bandara untuk pesawat pribadi turut ditutup. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa putra mahkota berusaha untuk menghalangi pengusaha kaya melarikan diri sebelum penangkapan lebih banyak.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani