Menuju konten utama

Apakah Era Tablet Segera Berakhir?

Kedigdayaan smartphone atau telepon pintar tak hanya menggeser peran kamera digital, tapi juga komputer tablet yang lahir lebih belakangan. Tren penjualan tablet untuk beberapa merek besar terus turun. Namun, masih ada setitik harapan bagi gawai ini.

Apakah Era Tablet Segera Berakhir?
Ilustrasi penjualan tablet Samsung. REUTERS/Kim Hong-Ji

tirto.id - Saat meluncurkan iPhone generasi pertama pada 2007, diam-diam Steve Jobs sudah punya prototipe komputer tablet iPad. Butuh tiga tahun bagi sang “legenda teknologi” untuk melepas iPad ke pasaran setelah kelahiran iPhone.

Belakangan, insting Jobs terbukti. Perkembangan smartphone ternyata lebih menjanjikan daripada tablet. Pengiriman terkini untuk smartphone di pasar global justru mengalami peningkatan walau hanya 1 persen jadi 363,2 juta unit pada kuartal III-2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tapi tidak demikian untuk komputer tablet.

Berdasarkan laporan terbaru International Data Center (IDC), tercatat jumlah pengiriman tablet ke seluruh dunia mencapai 43 juta unit. Jumlah ini memang naik 9,8 persen dari kuartal III-2016 yang mencapai 38,7 juta unit. Namun, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, justru mengalami penurunan yang tak sedikit, hingga 14,3 persen. Pada kuartal III-2015, tablet sempat terjual 50,5 juta unit, yang mencakup tablet slate dan tablet hybrid (2-in-1) atau yang biasa disebut detachable.

Penurunan permintaan ini secara otomatis berimbas kepada produsen seperti Apple. Penguasa pasar komputer tablet ini hanya mampu mengirim 9,3 juta unit pada triwulan III-2016. Capaian setara turun 6,2 persen bila dibandingkan dengan torehan pengiriman tahun lalu yang mencapai 9,9 juta unit.

Setali tiga uang dengan Apple, sang rival, Samsung juga mengalami penurunan penjualan lebih parah hingga 19,3 persen. Pada periode yang sama tahun lalu, Samsung masih mampu mengirimkan 8,1 juta unit tablet, tapi tahun ini hanya mengirimkan 6,5 juta unit tablet.

Penurunan penjualan tablet Samsung ini bukan terkena imbas dari tragedi ponsel pintar Samsung Galaxy Note 7 yang meledak karena persoalan baterai. Namun, menurut IDC produk Samsung terbaru yakni TabPro S tak laris karena harganya yang tidak kompetitif. Kabar buruk dari Apple dan Samsung juga dialami oleh produsen Lenovo. Lenovo hanya mengirim 2,7 juta tablet pada periode yang sama atau turun 10,8 persen.

Ada yang turun ada juga yang naik, Amazon justru berhasil meningkatkan pengirimannya dari 0,8 juta tablet menjadi 3,1 juta tablet. Peningkatan ini ditopang oleh Fire HD 8 Amazon yang tampil baik dan harga yang kompetitif dengan diskon hingga 30 persen. Huawei tak kalah beruntung, mereka berhasil mengalami kenaikan pengiriman tablet hingga 28,4 persen. Pada kuartal III-2015, Huawei mencatat pengiriman tablet hanya 1,9 juta unit lalu menjadi 2,4 juta tablet di kuartal yang sama tahun ini. Pasar Huawei yang kuat ada di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

Nasib kurang baik yang dialami Apple, Samsung, dan Lenovo ditenggarai karena faktor penetrasi smartphone yang makin pesat. Kepraktisan menjadi kunci keberhasilan smartphone dibandingkan tablet, meski gadget ini bisa punya peran yang lebih luas. Selain itu, ukuran layar smartphone yang semakin beragam, dari 4 inci, 4,7 inci, hingga menyentuh angka 5 inci berhasil menarik perhatian konsumen daripada sebuah tablet yang lebih bongsor. Apakah era tablet sudah berakhir?

Infografik Pasar Tablet Indonesia 2017 revisi

Tablet Belum Berakhir

Penurunan pasar tablet di dunia tak otomatis menjadi akhir dari perjalanan tablet. IDC menyatakan ada secercah harapan dari perangkat detachable, yakni tablet yang bisa disematkan perangkat keyboard. Kini popularitas tablet ini mulai meningkat seiring dengan kebutuhan para konsumen untuk membantu aktivitas kerja

Tablet detachable dari sisi fungsi dan penggunaan memang bisa memberi pengalaman kepada konsumen yang sama seperti menggunakan perangkat laptop. Sehingga tablet detachables bisa meraup dua segmen pasar, yakni tablet konvensional seperti iPad dan tablet model slate lainnya dan notebook PC. Tablet detachables diproyeksikan akan semakin populer hingga 2020.

Pengiriman tablet detachable mencapai 16,6 juta pada 2015, dan diperkirakan akan menembus 63,8 juta unit pada 2020. Pergeseran dari tablet slate ke tablet detachable perangkat yang bisa di lepas pasang dengan keyboard ini juga menjadi perubahan lain dari industri tablet dan penjualan tablet di tahun ini.

Ryan Reith, Program Director IDC mengungkapkan bahwa momentum pergeseran dari bentuk perangkat tablet memberikan dampak yang signifikan bagi tablet windows di pasaran. Apalagi tablet detachable banyak menggunakan sistem operasi Windows. Sehingga Windows 10 sepertinya mulai menapaki titik terang untuk bergelut di tablet. Ini bagian dari upaya inovasi dan desain yang diharapkan dapat menarik konsumen di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Pasar tablet di Indonesia diperkirakan masih tumbuh di tahun depan, meski secara global mengalami penurunan penjualan. Berdasarkan data Statista, proyeksi pengguna tablet di Indonesia pada 2017, bakal mencapai 42,8 juta unit, atau naik 5 juta pengguna dibandingkan proyeksi 2016 yang mencapai 37,8 juta pengguna. Pada 2018, pengguna tablet di Indonesia ditaksir akan mencapai 47,9 juta pengguna.

Proyeksi ini juga sejalan dengan perkiraan para produsen tablet yang menjual produknya ke Indonesia. Samsung dan Advan misalnya, mereka masih optimistis dengan pasar tablet Indonesia yang bakal terus tumbuh. “Saya yakin kebutuhan tablet 2017 masih ada,” kata Head of IM Product Marketing Samsung Electronics Indonesia Denny Galant, dikutip dari Antara.

Pasar tablet global memang sedang mengalami penurunan, di sisi lain pelaku pasar tablet di Indonesia sangat yakin dengan pasar tablet di Indonesia. Apakah ini berarti Indonesia dengan pasar 250 juta jiwa akan jadi penyelamat dari perlambatan pasar tablet global?

Baca juga artikel terkait TABLET atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Bisnis
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra