tirto.id - Dalam cerita, unsur intrinsik berupa sudut pandang didefinisikan sebagai posisi seorang pengarang ketika merangkai cerita.
Menurut catatan Idhoofiyatul dan Mahabbatul dalam Big Book Bahasa Indonesia SMP Kelas 1 (2015, hlm. 106), sudut pandang dikenal juga dengan istilah “penceritaan”.
Apapun sebutannya, inti arti dari sudut pandang ini menggambarkan suatu cerita lewat tokoh yang diganti namanya.
Nama tokoh tersebut biasanya diganti dengan nomina sebutan seperti, aku, dia, mereka, kalian, kami, dan lain-lain.
Untuk contoh, perhatikan kalimat berikut.
“aku merasa kasihan melihatnya.”
Pada kalimat di atas, pengarang adalah “aku”. Jadi, dia merasakan sesuatu dengan inderanya sendiri ketika melihat orang lain.
“Dia berbicara lantang karena dalam hatinya tak ada rasa takut.”
Berbeda dari sebelumnya, pengarang tahu apa yang ada di dalam hati tokoh. Kendati tak terlibat, pengarang memposisikan diri sebagai orang yang tahu segalanya. Termasuk isi hati tokoh yang dibuatnya.
Perbedaan di atas menjelaskan bahwa bukan hanya penyebutan tokoh yang berbeda. Tapi, biasanya pengarang tersebut punya kriteria tersendiri di setiap jenis sudut pandangnya.
Lantas, apa saja jenis-jenis sudut pandang dalam cerita?
Jenis-Jenis Sudut Pandang dalam Cerita
Berdasarkan catatan Tim Garuda Eduka dalam Master Kisi-Kisi UN SMA/MA IPA (2018, hlm. 16), sudut pandang dibagi menjadi dua jenis. Di antaranya ada sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Berikut ini keterangan mengenai dua jenis sudut pandang tersebut.
1. Sudut pandang orang pertama
Dalam sudut pandang jenis ini, pengarang memposisikan diri sebagai salah satu tokoh yang terlibat di dalam cerita. Penggunaan sudut pandang ini dapat dicirikan lewat kata pengganti “aku”.
Jenis ini juga diklasifikasikan lagi menjadi dua bagian, yaitu sudut pandang orang pertama pelaku utama dan sudut pandang orang pertama pelaku tambahan.
Pada sudut pandang orang pertama pelaku utama, tokoh “aku” mempunyai peran sebagai tokoh utamanya.
Berbeda dari pelaku utama, sudut pandang orang pertama pelaku tambahan tetap berperan sebagai tokoh “aku” tapi bukan menjadi tokoh utama cerita.
2. Sudut pandang orang ketiga
Pada jenis ini, pengarang tidak terlibat dalam cerita. Dengan kata lain, pengarang memposisikan diri sebagai pencerita tanpa masuk ke kisahnya.
Ciri khas sudut pandang ini dilihat dari penggunaan kata dia, ia, dan mereka. Sudut pandang ini dipisahkan lagi jadi dua jenis, yakni orang ketiga terbatas dan orang ketiga serba tahu.
Pada jenis orang ketiga terbatas, penceritaan mengenai seorang tokoh hanya dibatasi ke unsur fisik dan aktivitasnya saja.
Sementara itu, orang ketiga serba tahu menceritakan kisah hidup tokoh lengkap dengan apa yang ada di dalam hatinya.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno