tirto.id - Lingkungan hidup merupakan pendukung kehidupan seluruh makhluk yang ada di bumi. Komponen-komponen dalam lingkungan hidup memiliki peran masing-masing untuk menjaga keseimbangan dari ekosistemnya tersebut.
Dikutip dari situs Repositori Kemdikbud, perubahan atau pengurangan fungsi dari salah satu komponen pendukung keseimbangan lingkungan hidup akan menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Bahkan bisa lebih parah ketika salah satu komponen tersebut hilang karena bisa menyebabkan terputusnya mata rantai makanan dalam ekosistem.
Lingkungan hidup sebenarnya bisa memulihkan dirinya sendiri untuk kembali seimbang ketika mengalami kerusakan karena memiliki daya yang disebut lenting.
Keseimbangan lingkungan hidup sendiri bisa terus berlangsung karena lingkungan memiliki daya dukung,yaitu daya untuk saling memenuhi kebutuhan antar-makhluk untuk tumbuh dan beregenerasi sewajarnya.
Faktor penyebab keseimbangan lingkungan hidup didukung oleh seimbangnya energi yang diserap dan dikeluarkan, bahan makanan yang dibuat dan dikonsumsi, serta seimbangnya faktor abiotik dengan biotik.
Namun, terganggunya salah satu faktor tersebut bisa menyebabkan terganggu pula keseimbangan lingkungan.
Faktor Penyebab Perubahan Keseimbangan Lingkungan
Menurut laman DLH Semarang Kota, terdapat dua faktor penyebab perubahan keseimbangan lingkungan yang kemudian berlanjut pada kerusakan lingkungan hidup itu sendiri yaitu faktor alam dan manusia.
Faktor Alam
Kondisi bumi selalu berubah dengan sendirinya setiap waktu. Perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang bisa lama dan bisa juga sebentar.
Perubahan keseimbangan akibat faktor alam bisa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Banjir
Banjir termasuk faktor alam karena bisa terjadi tanpa adanya campur tangan manusia dalam fenomena ini. Curah hujan yang sangat tinggi pada suatu wilayah juga bisa menjadi penyebab banjir terjadi.
Banjir yang melanda satu wilayah akan merusak segala yang ada di depannya tanpa terkecuali makhluk hidup di sana.
Kerusakan wilayah serta kematian makhluk hidup akibat banjur bisa menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng bumi (tektonik) atau juga karena aktifitas gunung berapi (vulkanik).
Dampak dari gempa bumi akan menyebabkan kerusakan pada wilayah di sekitarnya tergantung kekuatan gempa itu sendiri.
Gempa yang terjadi di wilayah laut bisa mengakibatkan terjadi tsunami yang akan lebih merusak lingkungan.
3. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi akan memuntahkan lahar, awan panas, abu vulkanik, uap panas, dan material lain seperti batu atau apapun yang ada di dalam perut bumi. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada wilayah yang terdampak.
Semakin besar kekuatan letusan maka kerusakan akan semakin besar pula. Namun perlahan, setelah hal itu terjadi, wilayah yang terkena dampak akan menjadi subur akibat material gunung berapi tersebut.
Faktor Manusia
Perubahan lingkungan akibat ulah manusia disebabkan oleh kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia mengambil sumber daya dari alam.
Semakin bertambahnya populasi manusia, maka kebutuhan pun semakin bertambah dan sumber daya alam semakin banyak diambil.
Kerusakan lingkungan karena faktor manusia diakibatkan oleh tidak adanya penanganan setelah pengambilan sumber daya.
Sebagai contoh, pepohonan yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan tidak disertai dengan reboisasi atau penanaman kembali sehingga semakin lama pepohonan semakin berkurang.
Hal tersebut bisa berakibat fatal karena banyak makhluk hidup lain yang menggantungkan hidup pada pepohonan harus terusir dan bisa jadi mati karena tempat tinggalnya sudah tidak ada.
Manusia juga menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kehidupan habitat di wilayah tersebut terganggu.
Pencemaran itu bisa berupa sampah yang dibuang sembarangan kemudian hanyut ke sungai hingga ke laut, atau juga pencemaran akibat pertambangan yang tidak memikirkan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan sehingga mencemari lingkungan sekitar.
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Dhita Koesno