tirto.id - Pada pertengahan November 2023, kelompok bersenjata di Kongo menyerang sebuah desa dan membunuh 19 penduduk lokal. PBB menyebutkan 450.000 orang kini telah mengungsi ke Rutshuru dan Masisi di provinsi Kivu Utara.
Perang saudara melanda Kongo. Selama periode 1997-2003, puluhan kelompok bersenjata terlibat pertempuran di wilayah timur Kongo. Pasukan PBB dengan kekuatan 3.000 personel pernah dikirim ke Kongo untuk melucuti senjata.
Tahun lalu, pemerintah Kongo, PBB, AS, serta sekutu lain menuding Rwanda telah mengirimkan tentara untuk membantu pemberontak M23 di timur Kongo. Selama ini, kelompok M23 dituduh sebagai dalang kejahatan perang terhadap warga sipil.
Sabtu, 25 November 2023, salah satu kandidat Presiden Kongo dari pihak oposisi, Moise Katumbi, menyatakan pihaknya bakal meningkatkan keamanan di tengah aksi kekerasan yang dilakukan milisi bersenjata.
"Kami akan mengatasi masalah itu dan seluruhnya," ucap Katumbi, dikutip Reuters.
"Saya telah membeli sebuah rumah di Goma. Saya tidak akan tinggal di rumah kontrakan. Saya berjanji tidak akan menyentuh gaji saya sampai Kivu Utara dan Ituri dibebaskan," sambung Katumbi.
Penyebab Konflik di Kongo
Konflik di Kongo dimulai ketika terjadi Perang Kongo Pertama (1996–1997) dan menewaskan sebanyak 6 juta orang di timur Kongo.
Selama peristiwa Genosida Rwanda (1994), etnis Hutu membunuh 1 juta orang warga etnis minoritas Tutsi dan Hutu moderat di Rwanda. 2 juta pengungsi Hutu lalu menyeberangi perbatasan Kongo. Mereka menetap di kamp-kamp pengungsian di provinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan.
Pasca kemenangan Rwandan Patriotic Front’s (RPF) atas pemerintah yang melakukan genosida, Rwanda lantas dipimpin suku Tutsi.
Rwanda kemudian menginvasi Zaire (nama sebelum Kongo). Menurut Presiden Rwanda, Paul Kagame, Hutu di Kongo masih menjadi ancaman. Mereka lalu menyatakan Perang Kongo Pertama melawan Zaire (Kongo) dengan bantuan Uganda, Angola dan Burundi.
Perang Kongo Kedua kembali terjadi pada 1998. Pasukan Kongo yang didukung oleh Angola, Namibia, dan Zimbabwe bertempur melawan Rwanda, Uganda, dan Burundi. Perang berakhir tahun 2002 dengan jumlah korban tewas dan bencana kemanusiaan yang ditimbulkan mencapai total 3 juta orang.
Rwanda, Uganda, dan Kongo sempat melakukan perjanjian perdamaian. Di tengah-tengah upaya gencatan senjata, muncul organisasi M23 (March 23), kelompok pemberontak bersenjata yang berasal dari etnis Tutsi.
Selama tahun 2012 dan 2012, M23 menjadi kekuatan utama di timur Kongo. Pemerintah Kongo menuduh Rwanda berada di belakang aksi M23. Hubungan antara Rwanda dan Kongo menjadi semakin panas.
Mulai tahun 2013, MONUSCO (UN Organization Stabilization Mission in the Congo) alias pasukan misi PBB di Kongo lantas memberikan dukungan untuk tentara Kongo dalam perang melawan M23.
Kondisi Kongo Terkini
Pada Sabtu, 24 November 2023, PBB melaporkan bentrokan antara kelompok bersenjata dengan pasukan pemerintah membuat lebih dari 450.000 orang mengungsi selama 6 minggu terakhir di wilayah Rutshuru dan Masisi di provinsi Kivu Utara.
Di kota Sake, dekat ibu kota provinsi Goma, para pria dilaporkan sampai mempertaruhkan nyawa hanya untuk memberi makan anak-anaknya yang kelaparan. Para wanita juga terancam aksi pemerkosaan ketika mereka mengumpulkan kayu bakar.
"Pemerkosaan dan pembunuhan sewenang-wenang terjadi bersamaan dengan penculikan, pemerasan, dan penghancuran harta benda, yang menggambarkan pola penyiksaan yang sangat memprihatinkan terhadap penduduk sipil," bunyi laporan UNHCR.
France24 menuliskan pada Kamis, 9 November 2023, bentrokan antara M23 dengan tentara Kongo sudah terjadi sejak awal Oktober di provinsi Kivu Utara. MONUSCO bersama Angkatan Bersenjata Kongo pun melancarkan Operasi Springbok untuk menghentikan pergerakan M23.
Senin, 13 November 2023, Al-Jazeera melaporkan kelompok bersenjata membunuh 19 penduduk desa di timur Kongo. Warga lainnya melarikan diri dengan menyeberangi Sungai Lamia menuju Uganda.
Menurut militer Kongo, serangan di Beni, Watalinga, itu dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF), kelompok bersenjata di timur Kongo yang sudah berbaiat kepada ISIS.