Menuju konten utama

Apa Kunci Hubungan Bahagia?

Jika bisa memilih, bagaimana Anda akan menjalani sebuah hubungan? Dengan mereka yang kaya dan mapan? Yang cantik dan menarik? Yang pintar dan terpelajar? Adakah ukuran untuk sebuah hubungan yang bahagia? Sebenarnya apa yang membuat sebuah hubungan layak diperjuangkan?

Apa Kunci Hubungan Bahagia?
ilustrasi wanita dan tak bahagia karena pernikahan [foto/shutterstock]

tirto.id - Hal-hal sederhana ternyata bisa sangat menyehatkan. Memeluk seseorang yang spesial misalnya, ternyata bisa menurunkan tekanan darah. Seseorang yang memegang tangan kekasihnya selama 10 menit yang kemudian dilanjutkan pelukan 20 detik membuat seseorang menjadi lebih rileks.

Itu merupakan kesimpulan dari riset yang dilakukan Grewen KM, Anderson BJ, Girdler SS, dan Light KC yang dirilis pada Jurnal Behavioural Medicine edisi 2003 mengindikasikan memeluk seseorang berdampak baik pada kesehatan kita. Ini tentu butuh penelitian lebih lanjut, apakah semua orang bisa merasakan hal serupa atau tidak.

Pelukan seseorang yang kita berikan kepada orang yang tersayang terindikasi bisa membuat jantung lebih rileks, tekanan darah merendah, dan dampak positif lainnya. National Health Service Inggris menurunkan artikel tentang bagaimana hubungan yang hangat dan baik akan membuat seseorang menjadi sehat. Hasil penelitian lima tahun yang dimuat di American Journal of Medicine tahun 1976 mengindikasikan bahwa pernikahan yang bahagia bisa mengurangi kondisi penyakit pencernaan. Dari 10.000 orang yang merasa dicintai dan didukung oleh pasangannya merasakan turunnya risiko angina. Angina pektoris atau disebut juga Angin Duduk didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke dalam miokardium.

Dari 8.000 orang lelaki yang mengikuti penelitian lain terungkap bahwa hidup yang tidak bahagia bersama pasangannya membuat mereka memiliki tukak lambung. Peneliti menyebut jika seorang pria kurang didukung dan dicintai pasangannya memiliki kemungkinan tinggi untuk memiliki tukak lambung. Penelitian ini dimuat pada American Journal of Epidemiology tahun 1992.

Robert Waldinger, psikiatris asal Harvard, yang melanjutkan penelitian lebih dari 75 tahun, berusaha membedah apa kunci kebahagiaan. Waldinger merupakan orang keempat yang melanjutkan penelitian ini pada 2003. Pada acara di TedTalk bulan November 2016, ia mengungkapkan bahwa apa yang ia teliti bersama pendahulunya sejak 75 tahun lalu itu penting diketahui oleh publik. Tentang bagaimana menjalani hidup yang bahagia.

Waldinger juga menjelaskan penelitian tentang kehidupan manusia yang ia lakukan merupakan penelitian paling lama yang masih berlangsung dalam sejarah. Dimulai di Universitas Harvard pada 1938 berusaha meneliti kehidupan personal manusia. Secara periodik kesehatan fisik dan kemakmuran diri diukur, belakangan pemeriksaan genetik juga dilakukan. Kehidupan orang-orang ini, yang kebanyakan lelaki kulit putih, dipantau sejak remaja sampai mereka tua. Dari situ kemudian Waldinger menemukan resep kebahagiaan manusia.

Infografik Kunci Kebahagiaan Dalam Hubungan

Temuan Waldinger mengungkap, mereka yang puas dengan hubungan pernikahan merasakan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat. Waldinger berpendapat bahwa mereka yang terbuka terhadap pasangannya merasakan kehidupan yang lebih baik daripada mereka yang tertutup. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup juga semakin menurun jika mereka kesepian. “Dan hubungan yang baik dan intim sepertinya membuat kita menghindari kesulitan menua,” katanya dalam acara TedTalk.

Selama ini, menurut Waldinger, banyak orang yang memproyeksikan kebahagiaan berdasarkan kekayaan, ketenaran, dan karir yang sukses. Tapi semua itu tidak akan membuat mereka jadi lebih sehat atau lebih bahagia. Waldinger bersikeras bahwa memelihara relasi yang baik dengan manusia lain akan membawa dua hal tadi. Kualitas dan keintiman hubungan, sebagaimana juga stabilitas dan konsistensi, penting untuk membuat kita bahagia. Hubungan kasual yang dikembangkan dalam media sosial tidak akan membuat kita jadi benar-benar bahagia. Ia sekedar mengisi ruang kosong sementara.

Akibat pernyataannya di acara TedTalk itu Waldinger memperoleh banyak email. Ia kemudian membuat blog untuk menjelaskan temuan penelitiannya. Perbincangan tentang apa yang membuat hidup terasa lebih baik menjadi meluas dan direspon oleh banyak orang di seluruh dunia. Pesan-pesan yang diterima Waldinger seperti racauan kelas menengah yang semakin kesepian akan hidupnya. Seperti: “Bagaimana jika anda benar-benar sendiri dan tak ada yang peduli pada anda?” atau “Aku tahu anda benar, tapi orang-orang disekeliling kita pura-pura menganggap itu tak penting.”

Salah satu kunci kebahagiaan dalam membangun hubungan yang baik adalah tidak menjadi egois. Waldinger banyak merekomendasikan kepada orang-orang yang bertanya padanya untuk memulai hubungan dengan orang lain, misalnya menjadi relawan bagi mereka yang kesepian, seperti anak yatim atau orang jompo.

Sebelumnya Tirto juga menuliskan artikel tentang bagaimana cara menjadi bahagia, salah satu poin yang diberikan adalah membagi empati dan peduli terhadap mereka yang kurang beruntung.

Hubungan tentu tidak bisa selalu indah dan bahagia, Waldinger menyadari itu. Dalam artikelnya di Washington Post ia menegaskan bahwa tak ada resep jitu untuk membuat sebuah hubungan selalu dalam kondisi yang intim dan baik. Banyak orang yang menyukai pendekatan instan, jika ada masalah pisah, atau jika sedang bertikai mereka cenderung menjauh. Menyadari bahwa dua orang individu yang hidup bersama memiliki problem adalah langkah awal untuk membuat hubungan sehat. “Hubungan dua orang kadang berantakan dan rumit, butuh kerja keras untuk merawat hubungan dengan keluarga dan teman, ini tidak seksi atau glamor. Ini adalah usaha seumur hidup dan tak pernah berakhir,” katanya.

Lantas bagaimana jika anda seorang lajang? Menghabiskan waktu bersama teman, keluarga terdekat, atau orang asing saat menjadi relawan bisa jadi baik untuk kesehatan dan kehidupan anda. Sebuah penelitian berdurasi 10 tahun yang meneliti 1.500 orang berusia lebih dari 70 tahun menyebutkan, mereka yang memiliki teman banyak lebih hidup lebih lama daripada mereka yang memiliki sedikit teman. Penelitian ini dimuat di Journal of Epidemiology and Community Health tahun 2005. Peneliti ini menyebutkan memiliki banyak teman bisa jadi berdampak positif dalam hidup anda, seperti mengurangi rokok, berolahraga, atau dukungan emosional.

Baca juga artikel terkait BAHAGIA atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Arman Dhani