tirto.id - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi masih mewajibkan vaksin meningitis bagi seluruh jamaah umrah dan haji asal Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie. "Betul, sementara ini peraturannya masih wajib," kata Anna seperti dikutip dari Antara Senin (31/10/2022).
Lalu, apa sebenarnya vaksin meningitis dan apa manfaatnya?
Apa Itu Vaksin Meningitis
Vaksin meningitis adalah vaksin yang berfungsi untuk melawan bakteri penyebab penyakit meningitis.
Vaksin meningitis identik diberikan kepada para jemaah umroh atau haji yang akan pergi ke Tanah Suci.
Vakin meningitis mengandung antigen atau zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, untuk membentuk antibodi dan melawan bakteri penyebab meningitis.
Dilansir dari situs NHS.uk, terdapat dua jenis vaksin meningitis, yaitu menACWY dan MenB.
Kedua jenis vaksin itu, mampu melindungi seseorang dari segala jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis, yakni salah satu jenis kuman yang dapat menyebabkan penyakit meningitis. Lalu apa perbedaan keduanya?
- Vaksin Meningitis MenB
Vaksin MenB memberikan perlindungan terhadap bakteri meningokokus grup B, yang merupakan penyebab umum meningitis pada anak kecil di Inggris.
Vaksin ini direkomendasikan untuk bayi berusia 8 minggu, diikuti dengan dosis kedua pada 16 minggu dan booster pada 1 tahun.
- Vaksin Meningitis MenACWY
Vaksin MenACWY menawarkan perlindungan terhadap 4 jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis: kelompok meningokokus A, C, W dan Y.
Vaksin ini ditawarkan kepada remaja berusia 14 tahun. Ini juga ditawarkan kepada orang-orang hingga usia 25 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksin yang mengandung MenC.
Mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, semua anak berusia 11 hingga 12 tahun harus mendapatkan vaksin MenACWY, dengan dosis booster pada usia 16 tahun.
Remaja dan dewasa muda (16 sampai 23 tahun) juga bisa mendapatkan vaksin MenB. CDC juga merekomendasikan vaksinasi meningokokus untuk anak-anak lain dan orang dewasa yang berada pada peningkatan risiko penyakit meningokokus.
Mengapa Jemaah Haji dan Umrah Perlu Vaksin Meningitis?
Dilansir dari laman resmi Rumah Sakit Universitas Indonesia, Arab Saudi merupakan destinasi dari jutaan jemaah muslim seluruh dunia untuk menunaikan ibadah haji maupun umrah.
Negara Arab Saudi dikenal sebagai daerah endemis meningitis meningokok sejak ditemukannya kasus pertama kali pada jemaah haji pada tahun 1987.
Jemaah dari seluruh dunia dalam jumlah besar dari berbagai negara menjadi salah satu risiko penularan penyakit berbahaya ini. Oleh karena itu, siapapun yang pergi ke daerah endemis meningitis seperti Arab Saudi, wajib mendapatkan vaksin.
Meskipun meningitis dapat menyebabkan kecacatan serta mengancam nyawa, penyakit ini secara efektif dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin dapat membantu tubuh memproduksi antibodi untuk melawan bakteri penyebab meningitis.
Siapa Saja yang Butuh Vaksin Meningitis?
CDC merekomendasikan vaksin meningokokus untuk:
- Semua anak berusia 11-18 tahun atau anak-anak berisiko tinggi tertentu yang lebih muda (MenB direkomendasikan untuk orang berusia 16-18 yang tidak berisiko tinggi.)
- Siapa pun yang telah terkena meningitis selama wabah
- Siapa pun yang bepergian ke atau tinggal di tempat umum meningitis, seperti di Afrika sub-Sahara
- Para rekrutan militer
- Orang dengan gangguan sistem kekebalan tertentu atau limpa yang rusak atau hilang
- Umat muslim yang akan berangkat haji atau umroh
- Orang yang tinggal di asrama
- Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, misalnya malnutrisi atau HIV/AIDS
- Tenaga kesehatan yang berisiko terpapar.
Efek Samping Vaksin Meningitis
Laman WebMD menjelaskan, vaksin meningitis menyebabkan beberapa efek samping yang ringan, misalnya kemerahan atau nyeri area bekas suntikkan.
Efek samping ini berlangsung tidak lebih dari 1 atau 2 hari. Efek samping yang serius jarang terjadi, seperti demam tinggi, kelemahan, dan perubahan perilaku.
Apa Itu Meningitis?
Meningitis adalah peradangan pada cairan dan selaput (meninges) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang Anda.
Dilansir dari Mayo Clinic, pembengkakan akibat meningitis biasanya memicu tanda dan gejala seperti sakit kepala, demam, dan leher kaku.
Sebagian besar kasus meningitis di Amerika Serikat disebabkan oleh infeksi virus, tetapi infeksi bakteri, parasit, dan jamur adalah penyebab lainnya.
Beberapa kasus meningitis membaik tanpa pengobatan dalam beberapa minggu. Yang lain dapat mengancam jiwa dan memerlukan perawatan antibiotik darurat.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dari darah ke cairan otak.
Apa Gejala Meningitis?
Menurut Healthline, gejala umum yang terjadi pada penderita meningitis berusia dewasa adalah sakit kepala, demam, leher kaku, kejang, sensitivitas terhadap cahaya terang, sering mengantuk, lesu, mual dan muntah, serta nafsu makan menurun.
Sementara gejala virus meningitis pada bayi dapat menyebabkan nafsu makan menurun, mengamuk atau tantrum, sering mengantuk, lesu, dan demam.
Gejala meningitis akibat virus dan bakteri dapat serupa pada awalnya. Tetapi gejala meningitis yang diakibatkan bakteri bisa berkembang secara tiba-tiba.
Di antaranya mual, muntah, sensitivitas terhadap cahaya, sifat lekas marah, sakit kepala, demam, panas dingin, leher kaku, area kulit berwarna ungu yang menyerupai memar, kantuk, dan lesu.
Menurut WHO, meningitis bahkan termasuk ke dalam lima penyakit paling mematikan untuk anak-anak baru lahir di dunia.
Risiko kematian ini turun sedikit untuk anak-anak berusia di atas tiga tahun hingga 16 tahun, hingga 2 persen, tapi kembali naik sampai 19 hingga 37 persen jika terjadi pada orang dewasa.
Sekitar 80 persen kasus pada umur ini disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitides dan Streptococcus pneumonia.
Karena salah satu penyebabnya adalah virus, salah satu cara mencegah terkena penyakit ini adalah dengan vaksinasi.
Sejak tahun 1980-an, anak-anak di dunia mulai diberi imunisasi terhadap virus Haemophilus influenzae tipe b, satu dari sekian penyebab meningitis.
Editor: Iswara N Raditya