Menuju konten utama

Apa Itu Overthinking, Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi Overthinking

Seseorang yang mengalami overthinking justru ia tidak menyadari kondisi yang dialaminya

Apa Itu Overthinking, Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi Overthinking
Ilustrasi overthinking. foto/istockphoto

tirto.id - Overthinking bisa terjadi pada siapa saja, baik itu pelajar, mahasiswa hingga pekerja. Istilah overthinking akhir-akhir ini semakin banyak muncul dan digunakan sebagian orang di media sosial untuk menggambarkan rasa prasangka dan ketakutan yang menyerang pikiran diri sendiri.

Psikolog dari UGM, Wirdatul Anisa menjelaskan, ketika seseorang mengalami overthinking justru ia akan menghambat penyelesaian masalah dan bukan untuk mencari solusi jalan keluar.

Menurutnya, seseorang yang mengalami overthinking justru ia tidak menyadari kondisi yang dialaminya. Sehingga penting untuk mengetahui apa itu overthinking supaya kita memiliki awareness terhadap diri kita sendiri maupun orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita.

Overthinking adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir,” ujar Wirdatul Anisa Psikolog.

Ruminasi adalah kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu. Merasa hari ini akan lebih baik jika kemarin melakukan suatu hal juga merupakan salah satu bentuk masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif.

Sementara itu, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Wahyu Aulizalsini A, M.Psi, menjelaskan, biasanya overthinking bisa tidak rasional dan intens, sehingga dapat mengganggu kebahagiaan dan rasa aman, sehingga berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.

"Apa jadinya jika ada seseorang yang dalam hidupnya selalu diliputi rasa curiga sampai berlebihan, tentu itu menandakan ada yang salah pada dirinya, terlebih jika dirinya sendiri tidak bisa membuktikan apakah prasangka dia terhadap orang tersebut benar, atau hanya semacam praduga pribadi saja. Tentu hal ini akan membuat diri sendiri dan orang yang dicurigai merasa tidak nyaman," jelas Wahyu, seperti dikutip dari Antara.

Apa penyebab seseorang mengalami overthinking dan dampaknya

Wahyu mengatakan setidaknya terdapat empat faktor yang membuat seseorang terbawa dalam prasangka dan ketakutan. Empat hal itu adalah,

1. Pengalaman yang menetap.

2. Pengalaman yang dirasakan.

3. Bujukan sosial.

4. Keadaan psikologis.

Lantas apa saja dampak buruk dari overthinking?

Wahyu menjelaskan, setidaknya ada beberapa dampak dari prasangka buruk atau overthinking, yaitu.

1. Hati selalu larut pada perasaan cemas, gelisah dan tak tenang.

Overthinking bisa menyebabkan seseorang larut pada rasa cemas berlebih, gelisah hingga perasaan tak tenang yang justru dapat menyiksa dan membuatnya tak nyaman.

"Terlalu larut pada prasangka buruk akan membuatmu larut pada rasa cemas, gelisah dan tak tenang. Karena memelihara emosi negatif dalam diri juga akan membuat aura jiwamu menjadi negatif," kata Wahyu.

2. Membuat permusuhan dan jiwa yang merasa kesepian.

Menurut Wahyu, prasangka buruk yang terus dipelihara akan membuat diri merasa kesepian, jiwa pun menjadi hampa dan kosong.

3. Overthinking bisa berlanjut dan berubah jadi catastrophizing

Overthinking dan ruminasi jika terus berlanjut dapat berubah menjadi catastrophizing yaitu salah satu bentuk distorsi kognitif. Ketika seseorang mengalami catastrophizing ia akan melebih-lebihkan dan memiliki pikiran yang tidak rasional serta merasa tidak mendapatkan jalan keluar.

“Sering kali seseorang yang mengalami catastrophizing tidak menyadari dan percaya bahwa mereka tidak punya kuasa atas kecemasan ekstrem yang mereka rasakan dan cenderung merasa tidak berdaya,” ujar Wirdatul.

Bagaimana cara mengetahui seseorang mengalami overthinking?

Sebelum Anda dapat mengakhiri overthinking, Anda memang harus tahu terlebih dahulu apakah Anda mengalami overthinking atau tidak. Dilansir dari laman Very Well Mind, berikut cara atau contoh untuk mengetahui apakah Anda terlalu banyak berpikir atau overthinking.

1. Anda tidak berfokus pada solusi

Overthinking berbeda dengan pemecahan masalah. Overthinking adalah tentang memikirkan masalah, sementara pemecahan masalah adalah mencari solusi.

Misalnya, overthinking seperti Anda berharap badai tidak akan datang saat hujan dengan intensitas sedang atau intensitas ringan terjadi. Anda seolah berfikir bahwa badai besar yang mengerikan akan terjadi. Berharap semoga rumahnya tidak rusak. Mengapa hal-hal ini selalu harus terjadi pada Anda? Anda merasa tidak bisa menangani ini.

Lalu solusi yang Anda lakukan justru meletakkan karung pasir di pintu garasi untuk mencegah banjir. Anda bahkan akan pergi ke toko untuk membeli kayu lapis sehingga saya dapat membuat jendela yang lebih tinggi. Solusi ini tentu saja tidak sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sebab meninggikan jendela tak akan mengatasi badai.

2. Anda mengalami pikiran berulang

Merenungkan atau mengulangi hal yang sama berulang kali secara berlebihan tentu tidak membantu. Tetapi, ketika Anda terlalu banyak berpikir, Anda mungkin mendapati diri Anda mengulang percakapan di kepala Anda berulang kali atau membayangkan sesuatu yang buruk terjadi berkali-kali.

Menurut sebuah studi pada 2013 yang diterbitkan dalam Journal of Abnormal Psychology, memikirkan masalah, kesalahan, dan kekurangan Anda, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.

Saat kesehatan mental Anda menurun, kemungkinan besar Anda akan merenungkan pikiran Anda. Ini adalah siklus berulang yang sulit untuk dipatahkan.

3. Kekhawatiran Anda membuat Anda terus terjaga di malam hari

Ketika Anda terlalu banyak berpikir, Anda mungkin merasa bahwa otak Anda seolah tidak mau mati. Ketika Anda mencoba untuk tidur, Anda bahkan mungkin merasa seolah-olah otak Anda sedang bekerja karena memutar ulang skenario di kepala dan menyebabkan Anda membayangkan hal-hal buruk terjadi.

Sebuah penelitian telah mengkonfirmasi bahwa apa yang mungkin sudah Anda ketahui atau perenungan yang berlebihan termasuk overthinking ternyata dapat mengganggu tidur Anda.

Terlalu banyak berpikir juga merusak kualitas tidur Anda. Jadi lebih sulit untuk tertidur lelap ketika otak Anda sibuk memikirkan segalanya yang terkadang bahkan tak perlu untuk dipikirkan.

Kesulitan tidur dapat menyebabkan pikiran yang lebih mengkhawatirkan. Misalnya, ketika Anda tidak langsung tertidur, Anda mungkin membayangkan bahwa Anda akan kelelahan keesokan harinya. Hal itu dapat menyebabkan Anda merasa cemas dan dapat membuat Anda semakin sulit untuk tertidur.

4. Anda berjuang untuk membuat keputusan

Anda mungkin mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa berpikir lebih lama dan lebih keras bisa membantu Anda. Lagi pula, Anda melihat masalah dari setiap sudut yang memungkinkan.

Tapi, terlalu banyak menganalisa dan terobsesi pada suatu hal justru menjadi penghalang. Penelitian menunjukkan terlalu banyak berpikir bisa membuat Anda sulit untuk membuat keputusan.

Jika Anda ragu-ragu tentang segala sesuatu mulai dari apa yang harus dimakan untuk makan malam hingga hotel mana yang harus Anda pesan, Anda mungkin terlalu banyak berpikir.

Sangat mungkin bahwa Anda membuang banyak waktu untuk mencari pendapat kedua dan menganalisis pilihan Anda, ketika pada akhirnya, pilihan kecil itu mungkin tidak terlalu penting.

Cara mengatasi overthinking

Adapun sejumlah cara untuk mengatasi overthinking atau prasangka buruk dan ketakutan, yaitu,

1. Mencoba untuk berpikir positif.

"Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah berpikir positif, sambil mencerna dan menggali kembali informasi. Dengan berpikir positif, kita hanya akan melihat kebaikan dari orang lain sehingga prasangka-prasangka tidak menyenangkan itu pelan-pelan akan hilang," kata Wahyu.

"Karena jika kita tidak memiliki informasi yang valid, selamanya kita akan berprasangka buruk terhadap sesuatu atau seseorang tanpa sebab yang jelas. Tentu hal itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.

2. Memperbanyak kegiatan bermanfaat untuk menekan pikiran negatif.

Cara yang sering dilakukan yaitu bersenang-senang dengan diri sendiri (me time), menghabiskan waktu bersama keluarga/teman, hingga mengikuti kegiatan sosial yang dapat menjernihkan pikiran dari prasangka-prasangka tidak menyenangkan.

3. Memperluas pergaulan.

Menurut Wahyu, cara ini dapat diterapkan agar individu bisa memiliki pandangan dan wawasan luas mengenai apa yang sedang dirasakan.

"Dengan memiliki banyak teman dan sudut pandang kita bisa menyortir prasangka apa yang bisa dipikirkan lebih jauh dan mana yang perlu dihentikan. Saat kita memiliki banyak teman tentunya rasa toleransi terhadap perbedaan akan muncul dalam diri kita, dalam hal ini kita juga bisa meminta saran terbaik. Itulah kenapa memperluas pergaulan bisa menekan prasangka buruk yang dirasakan," katanya.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya