tirto.id - Net zero carbon merupakan salah satu konsep yang semakin sering dibahas, terutama dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Konsep ini berfokus pada menghilangkan atau mengurangi karbon di atmosfer. Namun, bagaimana sebenarnya net zero carbon dapat diwujudkan di dunia nyata?
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak aktivitas manusia yang menghasilkan emisi karbon, mulai dari penggunaan energi hingga transportasi. Di sisi lain, berbagai inovasi dan teknologi kini memungkinkan kita untuk mengurangi emisi, bahkan menyerap karbon lebih banyak.
Berkaitan dengan pembahasan tersebut, artikel ini akan menjelaskan secara sederhana mengenai net zero carbon, termasuk definisi dan tujuannya. Selain itu, akan dibahas juga mengenai contoh kegiatan zero karbon dan cara mewujudkan net zero carbon.
Apa yang Dimaksud dengan Zero Carbon?
Dilansir oleh National Energy System Operator (NESO), zero carbon merujuk pada kondisi ketika sebuah produk atau layanan tidak menghasilkan emisi karbon dioksida selama proses penggunaannya.
Contoh zero karbon adalah listrik yang dihasilkan dari sumber energi alternatif, seperti angin, tenaga surya, atau nuklir. Sumber-sumber ini disebut nol karbon karena tidak memancarkan karbon sama sekali saat menghasilkan energi.
Dengan menggunakan energi dari sumber-sumber tersebut, sistem yang sepenuhnya bebas karbon dapat diwujudkan tanpa ketergantungan pada bahan bakar fosil, seperti batu bara atau gas.
Adapun tujuan utama zero carbon adalah menghilangkan emisi karbon dioksida dari proses tertentu, seperti pembangkit listrik, transportasi, atau aktivitas lainnya.
Dengan memastikan tidak ada karbon yang dilepaskan, zero carbon membantu mencegah peningkatan gas rumah kaca di atmosfer.
Upaya tersebut dianggap penting untuk menekan pemanasan global yang dipicu oleh gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, yang menjebak panas dan meningkatkan suhu bumi.
Contoh Kegiatan dan Cara Mewujudkan Zero Carbon
Dalam laman World Resources Institute dijelaskan, untuk mewujudkan zero karbon, kita memerlukan perubahan mendasar dalam berbagai sektor, mulai dari energi, transportasi, hingga pangan.
Sebagai contoh, untuk mencapai target peningkatan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat celsius, sumber energi nol karbon harus mampu menyediakan sekitar 98 hingga 100 persen kebutuhan listrik dunia pada 2050.
Selain itu, peningkatan efisiensi energi dan peralihan ke bahan bakar ramah lingkungan menjadi langkah krusial untuk menekan emisi karbon dari sektor transportasi. Sumber energi nol karbon, seperti tenaga surya dan angin, perlu menggantikan bahan bakar fosil secara menyeluruh.
Selaras dengan hal tersebut, berikut beberapa contoh kegiatan zero karbon untuk mendukung tercapainya zero carbon, dirangkum dari World Resources Institute dan Carbon Literacy.
1. Menggunakan energi terbarukan
Contoh kegiatan zero karbon yang pertama adalah beralih ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, atau hidroelektrik, untuk kebutuhan energi rumah tangga. Cara ini memastikan tidak ada emisi karbon selama proses pembangkitan listrik.2. Menggunakan transportasi publik
Memilih transportasi umum, seperti bus atau kereta api, daripada kendaraan pribadi dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon. Dengan kapasitas yang besar, transportasi ini membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan.3. Konsumsi produk lokal dan musiman
Membeli makanan lokal dan musiman mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari proses transportasi. Selain itu, kegiatan ini mendukung perekonomian lokal dan mengurangi dampak lingkungan dari barang impor.4. Mengolah sampah organik
Mengelola limbah organik melalui komposting dapat membantu mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir, sekaligus menekan emisi gas metana. Proses ini juga mengembalikan nutrisi ke tanah.Bisakah Indonesia Mencapai Zero Carbon pada Tahun 2050?
Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050 atau bahkan lebih cepat. Rencana ini tercantum dalam dokumen Strategi Jangka Panjang Penurunan Emisi Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 atau Long-Term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience 2050, disingkat LTS-LCCR 2050.
Untuk mencapai hal tersebut, dalam situs Kementerian Keuangan disebutkan, pada 2023, pemerintah Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi menjadi 32 persen dengan upaya domestik dan 43 persen dengan dukungan internasional.
Akan tetapi, International Energy Agency menjelaskan bahwa seiring dengan pertumbuhan ekonomi, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam emisi CO2. Total pasokan energi Indonesia tumbuh hampir 60 persen antara tahun 2000 hingga 2021, dengan batu bara menjadi sumber utama untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat.
Hal itu mengakibatkan sektor energi Indonesia kini menghasilkan sekitar sepertiga lebih banyak CO2 per unit energi yang dikonsumsi, dibandingkan dengan tahun 2000.
Selama dua dekade terakhir, emisi dari sektor energi Indonesia pun tercatat meningkat lebih dari dua kali lipat, mencapai sekitar 600 juta ton karbon dioksida pada 2021. Di tahun yang sama, Indonesia tercatat sebagai penghasil emisi terbesar kesembilan di dunia.
Namun, emisi CO2 per kapita negara ini tetap jauh di bawah rata-rata global, hanya sebesar 2 ton, yang merupakan setengah dari rata-rata dunia.
Meski demikian, Worldometer pada 2022 mencatat emisi karbon Indonesia mengalami peningkatan menjadi 692 juta ton. Indonesia menempati urutan keenam sebagai negara penghasil emisi karbon dioksida terbesar di dunia.
Oleh karena itu, meski memiliki komitmen kuat, Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mencapai zero karbon pada 2050. Tantangan ini salah satunya terkait dengan ketergantungan Indonesia pada energi fosil.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin