tirto.id - Pemerintah terus berupaya untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Ada beberapa langkah yang ditempuh masyarakat, antara lain kampanye 3 M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan memakai sabun).
Upaya lain yang dilakukan adalah rencana pemberian vaksinasi kepada masyarakat agar penyebaran dan penularan Covid-19 bisa terkendali. Salah satu metode penanganan wabah tersebut adalah dengan menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Apa itu Herd Immunity?
Herd immunity adalah upaya untuk menciptakan masyarakat yang kebal dari penyakit menular tertentu dan terhindar dari wabah. Caranya adalah dengan memastikan sebagian besar populasi--sekitar 60-70 persen-- kebal terhadap penyakit menular tertentu. Kekebalan kelompok akan memberikan perlindungan tidak langsung bagi orang-orang yang tidak kebal terhadap penyakit menular tersebut.
Menurut Satgas Penanganan Covid-19, ada dua cara pembentukan kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit infeksi, yakni dilakukan secara alamiah melalui menderita langsung penyakit tersebut atau secara buatan melalui imunisasi.
Imunisasi akan membuat tubuh seseorang mengenali bakteri/virus penyebab penyakit tertentu, sehingga bila terpapar bakteri/virus tersebut menjadi lebih kebal. Imunisasi bertujuan mencegah penularan maupun keparahan suatu penyakit.
Herd Immunity Alami
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan bahwa herd immunity alami tidak mungkin terjadi dalam konteks Indonesia. Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan populasi yang besar. Populasi yang ada juga menghuni pulau, yang terpisah laut maupun daratan. Sehingga transmisi virus pun akan terhambat.
“Jadi kalau kita bicara herd immunity, seandainya sampai terjadi, mari kita berpikir logika gimana caranya ya antar pulau saling bisa menulari kalau mobilitas antar pulaunya tidak tinggi, lalu interaksinya juga tidak tinggi,” ujar Prof. Wiku saat berdialog di Media Center Gugus Tugas, Jakarta pada Selasa (2/6).
Dosen sekaligus peneliti virus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Mohamad Saifudin Hakim dalam keteranganya menjelaskan bahwa herd immunity dengan infeksi secara alami sangatlah berisiko.
Herd immunity alami tidak hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan. Kondisi tersebut akan semakin memakan banyak korban jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan hidup dan memiliki kekebalan.
"Jadi ada 2 cara untuk membentuk herd immunity, yakni terinfeksi virus atau bakteri secara alami atau dengan vaksinasi," terang Saifudin.
Menurutnya, herd immunity melalui vaksinasi akan jauh lebih aman dibandingkan dengan infeksi secara alami. Sebab, vaksin telah didesain sedemikian rupa baik dari komponen virus atau virus yang dilemahkan untuk dapat merangsang terbentuknya kekebalan tubuh namun tidak menimbulkan sakit atau penyakit.
Di samping itu, vaksinasi tidak menyebabkan seorang individu menjadi infeksius atau dapat menular karena bahan vaksin hanya dibuat dari partikel virus (salah satu bagian anggota tubuh virus) atau virus hidup yang dilemahkan yang dihilangkan potensi atau gen penularannya.
Herd Immunity Melalui Vaksinasi
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dr.Reisa Broto Asmoro menjelaskan bahwa hal penting dari persoalan vaksin ini adalah pemahaman terhadap istilah vaksin, vaksinasi dan imunisasi itu sendiri.
Menurut Reisa, vaksin adalah alat untuk membentuk antibodi atas suatu penyakit. Sedangkan vaksinasi proses pemberian vaksin baik dengan disuntikkan atau diberikan tetesan lewat mulut untuk meningkatkan antibodi. Tujuan utamanya menangkal penyakit tertentu.
Sementara imunisasi adalah proses munculnya kekebalan dan terjadinya penangkalan penyakit di dalam tubuh seseorang sebagai hasil vaksin. Singkatnya, vaksinasi tindakan mendapatkan vaksin dan imunisasi merupakan hasil dari vaksinasi. Manfaat vaksin tidak hanya dapat membentuk antibodi seseorang dalam melawan satu penyakit, tapi juga melindungi orang lain dari penyakit tersebut.
“Orang-orang yang nantinya mendapatkan vaksin, tidak hanya melindungi dirinya sendiri. Tetapi juga melindungi orang lain di sekitarnya yang mungkin tidak memiliki akses ke vaksin. Maka terciptalah herd immunity, kekebalan kelompok. Jadi semua mendapat perlindungan,” kata Reisa.
Karena itulah menurutnya kenapa vaksinasi harus dilakukan. Karena dengan adanya vaksin dan vaksinasi jadi salah satu cara agar dapat keluar dari pandemi ini.
“Semakin banyak nantinya orang-orang mendapatkan vaksin, penyebaran penyakit akan semakin sedikit. Kalaupun seseorang itu tetap terpapar dengan penyakit tersebut, dengan sudah mendapatkan vaksin paling tidak penyakit yang dideritanya tidak akan separah jika tidak mendapatkan vaksin," ujar dia.
Pemerintah juga memastikan bahwa vaksin yang diberikan kepada masyarakat tetap aman, efektif, dan mempertimbangkan kehalalan berdasarkan masukan MUI.
"Prinsip utama produksi vaksin sesuai arahan Presiden Joko Widodo, diantaranya memastikan memastikan pengadaan dan pelaksaanaan vaksinasi betul-betul aman dan efektif melalui dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah berdasarkan data sains dan standar kesehatan," ungkap Wiku Adisasmito.
Tetap Penting Menjalankan 3 M
Walaupun herd immunity buatan dengan vaksinasi tengah diupayakan pemerintah, menjalakan protokol menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan memakai masker tetap penting. Tiga perilaku baik tersebut adalah cara memutus mata rantai penyebaran virus.
"Kami himbau, disamping vaksin, adaptasi perilaku bersih dan sehat seperti menerapkan protokol kesehatan yang diikuti olahraga yang cukup, makan makanan bergizi secara seimbang, serta tidak lupa menjaga kesehatan mental dengan meminimalisir sumber stess dengan cara beribadah," pesan Wiku.
======
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Editor: Iswara N Raditya