Menuju konten utama

Apa Itu Eating Disorder yang Ramai karena Komentar Luna Maya?

Eating disorder atau gangguan makan merupakan salah satu gangguan mental yang tercatat dalam "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders".

Apa Itu Eating Disorder yang Ramai karena Komentar Luna Maya?
Ilustrasi eating disorder. foto/istockphoto

tirto.id - Topik mengenai eating disorder kembali ramai di media sosial seiring dengan komentar artis Luna Maya dan Deddy Corbuzier pada peserta model, Ilene di acara Indonesia's Next Top Models.

Hal ini terjadi pada episode 19 Maret 2021, saat Ilene menceritakan kondisi depresinya pasca masuk industri modeling dan mengalami eating disorder.

"Di modeling industry itu aku dipaksa banget untuk turunin berat badan (...) Dan ternyata itu pressure buat aku" kata Illene seperti yang dikutip dari kanal resmi Indonesia's Next Top Models.

Lebih lanjut, tekanan yang ia terima menyebabkan dirinya stres karena tidak mampu menurunkan berat badan. Karena hal itulah ia mengalami eating disorder.

Luna dan Deddy selaku dewan juri memberikan komentar terkait kondisi depresi juga eating disorder yang diderita Ilene. Namun, komentar yang dilontarkan oleh Luna dan Deddy tersebut kemudian menuai kritikan dari warga net. Akibatnya, kanal Youtube Indonesia's Next Top Models menghapus adegan komentar tersebut pada 22 Maret 2021.

Apa itu eating disorder?

Eating disorder atau gangguan makan merupakan salah satu gangguan mental yang tercatat dalam "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders" edisi kelima (DSM-5).

Dilansir dari Healthline, kondisi ini merupakan gangguan mental yang kompleks dan membutuhkan ahli medis juga ahli psikologis untuk menanganinya.

Eating disorder adalah serangkaian kondisi psikologis yang menyebabkan penderitanya memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat. Pada beberapa kasus eating disorder, terobsesi pada bentuk tubuh sehingga secara berlebihan menghindari makanan. Namun, ada juga kasus dimana penderitanya penderitanya terlalu terobsesi dan mengonsumsi terlalu banyak makanan, sehingga mengakibatkan obesitas.

American Psychiatric Associationmencatat bahwa eating disorder diderita setidaknya oleh 5 persen dari populasi dunia. Penderita umumnya berusia remaja dan dewasa muda.

Kondisi gangguan makan semacam ini dapat berpengaruh buruk pada kehidupan penderitanya, baik dari segi sosial, psikis, hingga fisik. Dalam kasus terburuk, gangguan makan yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan organ hingga kematian.

Apa saja bentuk eating disorder?

American Psychiatric Association menyebutkan ada beberapa jenis gangguan makan atau eating disorder. Beberapa diantaranya adalah:

1. Anorekia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan kondisi saat penderitanya didorong rasa takut berlebihan terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk. Kondisi ini merupakan penyumbang kasus tertinggi angka kematian dari semua diagnosis psikiatri.

Orang dengan anoreksia mengalami penurunan banyak penurunan berat badan secara intens. Penderitanya biasanya hanya memiliki indeks massa tubuh atau BMI dibawah 18,5.

Rasa takut yang dialami oleh orang dengan anoreksia menyebabkan penderita hanya makan makanan rendah kalori dalam jumlah sedikit dan berolahraga secara berlebihan. Beberapa kasus penderita bahkan makan berlebihan kemudian muntah atau buang air dengan menyalahgunakan obat pencahar.

Penderita anoreksia akan mengalami sejumlah gejala fisik dan psikis, antara lain:

  • terhentinya periode menstruasi;
  • intoleransi dingin;
  • rambut dan kuku rapuh;
  • pusing atau pingsan karena dehidrasi;
  • mengalami masalah pencernaan seperti refluks, mulas, muntah, sembelit, dan kembung;
  • fraktur tulang akibat olahraga komplusif dan osteoporosis;
  • depresi, kecemasan, cepat marah, dan konsentrasi buruk.
2. Bulimia nervosa

Bulimia nervosa adalah kondisi saat penderitanya mengonsumsi makanan sangat banyak dalam jangka waktu tertentu. Dalam periode "binge" penderita bulimia nervosa akan makan sampai sangat kenyang. Selama periode tersebut penderita tidak dapat mengontrol dirinya sehingga makan terlalu banyak.

Setelah periode "binge" berakhir, penderita kemudian akan mencoba membersihkan diri untuk mengimbangi kalori yang dikonsumsi. Tindakannya pembersihan tersebut biasanya ekstrem seperti memuntahkan makanan, puasa berlebihan, konsumsi obat pencahar, diuretik, penggunaan enema, dan olahraga berlebihan.

Perilaku penderita bulimia memang hampir sama dengan anoreksia. Namun, menurut Healthline, kondisi ini berbeda jika dilihat dari kondisi fisik penderitanya. Orang dengan bulimia nervosa cenderung memiliki berat badan yang relatif normal, dibanding kurus seperti anorexia.

Berikut beberapa gejala umum bulimia nervosa:

  • mengalami episode makan berlebihan, tidak terkontrol, dan berulang-ulang;
  • sering mengalami perilaku pembersihan untuk mencegah penambahan berat badan;
  • ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan, meski memiliki berat badan normal;
  • mengalami masalah fisik seperti radang dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar ludah, kerusakan gigi, refluks asam, iritasi usus, dehidrasi parah, dan gangguan hormonal.
3. Binge eating disorder

Penderita binge eating disorder memiliki gejala yang mirip dengan penderita bulimia aau subtipe makan berlebihan dari anoreksia. Orang dengan kondisi binge eating disorder akan mengalami episode makan dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Penderitanya akan sulit mengontrol perilakunya sehingga makanan terus masuk ke dalam tubuh secara berlebihan. Namun, tidak seperti penderita bulimia, penderita binge eating tidak secara teratur melakukan pembersihan atau kompensasi kalori. Hal ini menyebabkan penderitanya rentan mengalami komplikasi kesehatan serius seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.

Beberapa gejala penderita binge eating dapat dikenali dengan:

  • kecenderungan makan lebih cepat dari biasanya;
  • kecenderungan makan sampai sangat kenyang;
  • kecenderungan makan dalam jumlah banyak meski tidak merasa lapar;
  • menjauhi orang saat makan karena merasa malu dengan porsi makanannya;
  • merasa jijik dengan diri sendiri, tertekan, dan merasa bersalah sesudah makan.
4. Pica

Pica adalah kondisi eating disorder yang menyebabkan penderitanya terobsesi memakan benda yang bukan makanan. Penderita pica cenderung mendambakan dan memakan zat non-makanan seperti rambut, tanah, sabun, kapur, kain, deterjen, kerikil, tepung maizena, kertas, dan sebagainya. Gangguan ini dapat menyerang anak-anak, wanita hamil, dan individu dengan disabilitas mental.

Akibatnya, penderita pica lebih berisiko mengalami keracunan, infeksi, cedera usus, hingga malnutrisi. Sayangnya, ada banyak kasus dimana orang-orang disekitar penderita pica menganggap kondisi tersebut normal. Hal ini menyebabkan penderita pica tidak mendapat pertolongan medis yang seharusnya dan dapat berakibat fatal.

5. Rumination disorder

Rumination disorder atau gangguan ruminasi merupakan salah satu gangguan makan yang serius. Kondisi ini membuat penderitanya memuntahkan makanan sebelum dikunyah dan ditelan, kemudian menelannya kembali dan memuntahkannya. Periode ini disebut periode ruminasi, yang terjadi dalam 30 menit setelah makan.

Penderita memuntahkan makanannya bukan karena kondisi medis (seperti mual atau maag), melainkan dengan sukarela. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan secara intens dan malnutrisi.

Gangguan ini berkembang selama bayi, anak-anak atau dewasa. Pada bayi usia 3 sampai 12 bulan, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika kondisi tersebut terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, maka memerlukan terapi untuk mengatasinya.

6. Avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID)

Gangguan asupan makan restriktif atau ARFID adalah gangguan makan yang menyebabkan penderitanya tidak menyikai makanan. Penderita dengan gangguan makan ini tidak memiliki minat terhadap bau, rasa, warna, tekstur, atau susu tertentu. Kondisi ini biasanya berkembang pada masa bayi atau anak usia dini.

Apabila tidak segera ditangani, AFRID dapat berkembang hingga penderita dewasa. AFRID dapat dikenali dengan beberapa gejala berikut:

  • adanya kecenderungan menghindari atau membatasi makanan yang membuat penderitanya mendaptkan nutrisi dan kalori yang cukup;
  • adanya kebiasaan makan yang mengganggu fungsi sosial normal, seperti harus makan bersama orang lain;
  • penurunan berat badan secara intens;
  • tumbuh kembang yang buruk dan memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usia;
  • malnutrisi dan ketergantungan pada suplemen atau selang makanan.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari