tirto.id - Disleksia merupakan gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja sehingga susah mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan.
Anak-anak dengan disleksia memiliki kesulitan dalam menghubungkan huruf dan bunyi dari susunan huruf tersebut. Akan tetapi, sebagaimana Dilansir laman WebMD, anak-anak disleksia biasanya sangat cerdas dan pekerja keras.
Disleksia melibatkan cara otak memproses simbol grafis dan suara pada kata-kata. Mengutip Medical News Today, meskipun tergolong dalam kondisi neurologis, disleksia tidak memiliki keterkaitan dengan kecerdasan.
Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga dapat mengalami gangguan belajar ini. Beberapa orang didiagnosis sejak dini, sementara sebagian lainnya tidak menyadari bahwa mereka menderita disleksia sampai mereka bertambah tua.
Disleksia adalah gangguan yang umum terjadi. Beberapa ahli percaya bahwa 5-10 persen orang memilikinya, sementara yang lain memperkirakan bahwa prevalensinya adalah 17 persen. Menurut situs WebMD, sekitar 5 persen hingga 10 persen orang Amerika memiliki beberapa gejala disleksia, seperti terlambat membaca, kesulitan mengeja, atau bahkan mencampur kata.
Kabar baiknya, anak-anak dengan disleksia biasanya memiliki penglihatan yang normal dan sama pintarnya dengan teman sebayanya. Hanya saja, mereka memerlukan usaha lebih banyak karena cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa membaca.
Otak pada anak-anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan menghubungkan huruf dengan bunyi huruf yang akan mereka buat. Anak-anak ini juga memiliki kesulitan dalam memadukan bunyi-bunyi tersebut menjadi kata-kata. Misalnya, kata "cat" bagi penderita disleksia mungkin akan dibaca sebagai "tac."
Akibat dari campur aduk bunyi huruf proses membaca dapat menjadi proses yang lambat dan sulit. Secara tidak langsung, kesulitan dalam mengolah kata membuat penderita menjadi sulit mengeja, menulis, serta berbicara dengan jelas.
Gejala Disleksia
Disleksia untuk setiap orang bisa saja berbeda-beda. Akan tetapi, paling tidak bisa dikenali melalui tanda-tanda berikut seperti yang ditulis laman understood.org dan Medical News Today.
- Anak-anak dengan disleksia mungkin belajar merangkak, berjalan, berbicara, dan mengendarai sepeda lebih lambat dari teman sebayanya.
- Seorang anak dengan disleksia mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara. Mereka juga mungkin salah dalam mengucapkan kata-kata, menemukan kesulitan dalam berima, dan tampak tidak dapat membedakan antara bunyi kata yang berbeda.
- Tanda utama disleksia adalah kesulitan memecahkan kode kata-kata. Ini adalah kemampuan untuk mencocokkan huruf dengan suara. Anak-anak mengalami tantangan mendasar pada kesadaran fonemik, yakni kemampuan anak untuk mengenali suara dalam kata-kata. Masalah dengan kesadaran fonemik dapat muncul pada masa prasekolah.
- Pada beberapa orang, disleksia tidak diketahui sampai mereka memiliki masalah dengan keterampilan yang lebih kompleks. Hal ini mencakup keterampilan dalam tata bahasa, pemahaman bacaan, kelancaran membaca, struktur kalimat, dan penulisan yang lebih mendalam.
- Gejala lainnya berkaitan dengan emosi dan perilaku yang mungkin ditemukan oleh pengasuh dan guru yang memperhatikan bahwa seorang anak enggan membaca, atau mereka mungkin menghindari situasi yang mengharuskan mereka membaca.
- Orang dengan disleksia mungkin menghindari membaca, baik dengan suara keras maupun untuk diri mereka sendiri. Mereka bahkan mungkin merasa cemas atau frustrasi saat membaca.
- Pada keterampilan menulis, penderita disleksia mungkin akan membalik angka dan huruf tanpa disadari. Selain itu, beberapa anak dengan disleksia kesulitan dalam mengikuti pola perkembangan belajar yang diharapkan. Misalnya, mereka mungkin belajar mengeja sebuah kata akan tetapi lupa pada keesokan harinya.
- Anak-anak dengan disleksia mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari huruf-huruf alfabet dan cara mengucapkannya. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan mengingat hari dalam seminggu, bulan dalam setahun, warna, dan beberapa tabel aritmatika.
- Seseorang dengan disleksia mungkin kurang terkoordinasi dibandingkan teman-teman sebayanya. Misalnya, dalam hal motorik, mereka mengalami kesulitan dalam menangkap bola atau mereka mungkin bingung dalam membedakan antara kiri dan kanan.
- Penderita disleksia sering merasa sulit untuk berkonsentrasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena mereka merasakan lelah secara mental setelah beberapa menit berjuang untuk membaca atau menulis,
- Orang dengan disleksia lebih mungkin mengembangkan kondisi autoimun, seperti alergi musiman, asma, dan eksim.
Kondisi Penderita Disleksia di Berbagai Tahap Kehidupan
Gejala disleksia berubah seiring bertambahnya usia. Di bawah ini, ringkasan kondisi yang muncul pada penderita disleksia di berbagai tahap kehidupan yang dilansir dari situs Medical News Today.
Gejala pada anak prasekolah
- Perkembangan bicara dan kosa kata yang tertunda;
- Kesulitan dalam membentuk dan memilih kata, misalnya dengan mencampur kata-kata dengan suara yang mirip;
- Masalah menyimpan informasi, seperti angka, alfabet, dan nama warna.
Gejala pada anak-anak usia sekolah
- Memiliki tingkat membaca yang rendah untuk kelompok usia mereka;
- Mengalami kesulitan memproses informasi dan mengingat urutan;
- Mengalami kesulitan memproses suara kata-kata asing;
- Memakan waktu lebih lama dengan membaca dan menulis;
- Hindari tugas yang melibatkan membaca.
Gejala pada remaja dan orang dewasa
- Mengalami kesulitan membaca nyaring.
- Butuh waktu lebih lama untuk membaca dan menulis;
- Memiliki masalah dengan ejaan;
- Salah mengucapkan kata;
- Mengalami kesulitan mengingat kata-kata untuk objek atau topik tertentu;
- Mengalami kesulitan belajar bahasa lain, menghafal teks, dan mengerjakan matematika;
- Sulit untuk meringkas sebuah cerita.
Pengobatan Disleksia
Pengobatan disleksia bisa dilakukan seperti hal-hal berikut ini:
- Evaluasi kebutuhan individu, evaluasi Ini membantu guru dalam mengembangkan program yang ditargetkan untuk anak.
- Menyesuaikan alat pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dengan disleksia dapat mengambil manfaat dari alat belajar. Kegiatan ini dapat diterapkan dengan memanfaatkan panca indra, seperti sentuhan, penglihatan, dan pendengaran.
- Memberikan bimbingan dan dukungan dengan melakukan konseling. Hal ini dapat membantu meminimalkan efek pada penurunan kepercayaan diri. Bentuk dukungan lain misalnya dengan memberikan waktu ekstra untuk ujian.
- Evaluasi berkelanjutan: Orang dewasa dengan disleksia dapat mengambil manfaat dari bantuan dengan mengembangkan strategi koping yang berkembang. Hal ini juga dapat membantu menyesuaikan ruang kerja atau belajar apa pun.
Tips Bagi Penderita Disleksia
Pusat Disleksia dan Kreativitas Yale menawarkan tips belajar bagi penderita disleksia.
- Menggunakan strategi manajemen waktu seperti menyelesaikan proyek menjadi bagian-bagian yang lebih kecil kemudian menyusun garis besar sebelum memulai tugas.
- Menggunakan alat seperti kartu flash dan teknologi teks-ke-suara
- Mengatur catatan secara visual, menggunakan stabilo atau sistem kode warna
- Bekerja di tempat yang tenang dan bersih. Dapat juga menggunakan penyumbat telinga atau headphone peredam suara apabila diperlukan untuk meminimalkan gangguan.
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Alexander Haryanto