tirto.id - Dokter spesialis anak dan ahli gizi sepakat bahwa anak di bawah usia satu tahun atau enam hingga 12 bulan sebaiknya tidak diberi MPASI yang mengandung gula dan garam. Pemberian garam dan gula biasanya bertujuan untuk membuat makanan lebih enak, tapi hal ini justru menimbulkan dampak negatif bagi bayi.
Menurut dr. Abdul Hakam, M.Si.Med, Sp.A. dari RSUD dr. Loekmono Hadi, makanan atau minuman bergula cenderung menurunkan nafsu makan bayi. Akibatnya, bayi jadi tidak tertarik lagi dengan makanan bergizi lainnya yang cenderung kurang manis. Memberikan gula secara berlebih juga bisa menimbulkan gangguan pencernaan serta karies gigi.
Tak hanya gula, garam pun tidak direkomendasikan untuk ditambahkan MPASI bagi bayi di bawah usia satu tahun. Perlu diketahui bahwa bayi memiliki sistem pencernaan yang masih sangat halus. Memberikan garam tak hanya berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan, tapi juga bisa merusak organ tubuh dan mendatangkan penyakit.
Selain memberikan garam langsung pada MPASI, hindari pula memberikan makanan instan, fast food, kecap/saus, dan makanan yang diawetkan pada bayi. Makanan seperti ini umumnya memiliki kandungan garam yang cukup tinggi dan tak baik untuk kesehatan bayi.
8 Bahaya Garam dan Gula Bagi Bayi 6-12 Bulan
Berikut beberapa dampak negatif pemberian garam dan gula bagi kesehatan bayi dilansir dari laman Healthline dan Parenting Firstcry:
1. Gangguan fungsi ginjal
Ginjal bayi belum bisa mencerna garam dalam jumlah banyak seperti orang dewasa. Hal ini menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi ginjal. Tak hanya itu, kelebihan natrium dari garam akan membuat tubuh mengeluarkan lebih banyak kalsium dalam urine, sedangkan kalsium dapat membentuk batu ginjal.
2. Tekanan darah tinggi
Makanan tinggi garam yang diberikan secara terus-menerus akan meningkatkan tekanan darah pada bayi. Bahkan, ada penelitian yang membuktikan bahwa bayi lebih rentan terkena hipertensi akibat garam dibandingkan orang dewasa.
3. Risiko dehidrasi
Garam yang berlebih dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan dalam bentuk urine maupun keringat. Akibatnya, bayi rentan mengalami dehidrasi apabila terlalu banyak mengonsumsi garam.
Dehidrasi yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti batu ginjal, kerusakan otot, konstipasi, hingga gangguan fungsi hati.
4. Tulang rapuh
Kadar natrium yang meningkat akibat konsumsi garam juga akan meningkatkan ekskresi kalsium. Kalsium sendiri sangat penting bagi pertumbuhan tulang, terutama pada bayi. Tubuh yang mengeluarkan kalsium secara terus-menerus berpotensi menyebabkan tulang rapuh.
5. Kerusakan gigi
Gula berpotensi menyebabkan kerusakan gigi pada bayi. Bakteri dalam mulut akan memanfaatkan sisa-sisa gula dan memproduksi asam yang bisa merusak dan membuat gigi berlubang.
6. Menolak ASI
Bayi mungkin saja akan menolak ASI jika sudah terbiasa mengonsumsi makanan atau MPASI tinggi garam dan gula. Padahal, ASI mengandung banyak nutrisi penting yang masih dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
7. Bayi lesu
Mengonsumsi banyak gula bisa menyebabkan produksi insulin berlebih. Insulin sendiri adalah hormon yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah. Produksi insulin yang berlebihan akan membuat gula darah menurun drastis sehingga menyebabkan bayi lesu, tidak aktif, dan mudah lelah.
8. Membentuk pola makan yang buruk dan berujung pada penyakit
Pemberian garam dan gula sebenarnya akan membentuk selera maupun kebiasaan makan bayi di masa mendatang. Bayi yang terbiasa dengan rasa manis dan asin jadi tidak berminat lagi dengan makanan sehat yang mengandung gula dan garam alami. Hal ini karena makanan alami umumnya memiliki rasa yang lebih hambar, contohnya sayuran yang tidak terlalu manis atau asin.
Jika sudah terbiasa dengan makanan tinggi garam dan gula, bayi juga akan berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Sebut saja obesitas, diabetes, hingga tekanan darah tinggi.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari