Menuju konten utama

Antonio Guterres Resmi Diangkat Jadi Sekjen PBB

Mantan perdana menteri Portugal Antonio Guterres telah resmi ditunjuk menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ia akan menggantikan posisi Ban Ki-moon secara efektif pada tanggal 1 Januari 2017.

Antonio Guterres Resmi Diangkat Jadi Sekjen PBB
Antonio Guterres ketika memberi keterangan dalam konferensi pers di Kantor PBB di Jenewa, Swiss. Antara Foto/Reuters/Denis Balibouse.

tirto.id - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) secara resmi telah menunjuk mantan perdana menteri Portugal Antonio Guterres sebagai Sekretaris Jenderal PBB untuk periode berikutnya. Guterres akan menjadi diplomat tertinggi dunia ketika masa jabatan periode kedua Ban Ki-moon berakhir, yakni pada 1 Januari mendatang.

Guterres, 67, yang sebelumnya memimpin badan pengungsi PBB (UNHCR) selama 10 tahun, dipilih dari antara 13 kandidat pekan lalu. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri Portugal pada tahun 1995 hingga 2002.

Dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum, Guterres berterima kasih atas penunjukkannya sebagai Sekretaris Jenderal. Guterres mengatakan, ia bersyukur atas kepercayaan negara anggota kepadanya, serta atas proses seleksi yang transparan dan terbuka yang telah mereka melakukan.

"Saya percaya bahwa dengan proses [yang transparan] berarti pemenang sejati hari ini adalah kredibilitas PBB. Dan dengan demikian menjadi sangat jelas bagi saya bahwa, sebagai Sekretaris Jenderal, yang telah dipilih oleh semua negara anggota, saya harus berada melayani mereka semua sama rata dan tanpa ada agenda selain yang termaktub dalam Piagam PBB," kata Guterres, Kamis (13/10/2016), seperti dikutip dari laman resmi PBB.

Sementara itu, kepada BBC ia mengatakan bahwa mengakhiri perang saudara di Suriah akan menjadi tantangan terbesar yang akan ia hadapi. "Saya percaya bahwa prioritas pertama masyarakat internasional adalah untuk dapat mengakhiri konflik ini dan menggunakan momentum yang tercipta untuk mencoba untuk mengatasi semua konflik lain yang saling terkait," katanya.

Dia mengatakan dunia sedang menghadapi waktu yang berbahaya dan ia ingin melihat orang-orang di seluruh dunia bekerja sama untuk mencapai masa depan yang lebih aman.

"Saya berharap orang memahami bahwa akan lebih baik mengesampingkan pendapat yang berbeda, kepentingan yang berbeda dan untuk memahami bahwa ada kepentingan umum dan vital untuk mengakhiri konflik ini, karena hal itu merupakan hal yang benar-benar sentral jika Anda ingin hidup di dunia di mana [langkah] keamanan yang minimal dapat ditetapkan, di mana orang dapat hidup normal," katanya.

Guterres juga memuji apa yang telah dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon hingga saat ini dan mengatakan bahwa ia akan mencoba "melakukan yang terbaik untuk menghormati" warisan Ban Ki-moon.

Sementara itu, Ban Ki-moon sendiri memuji Guterres dengan mengatakan bahwa sudah sejak lama ia menilai tinggi segala saran yang telah diberikan Guterres padanya. Ia juga menyampaikan kekagumannya pada semangat pelayanan Guterres. "Dia adalah pilihan yang terbaik untuk mengarahkan organisasi ini seiring dengan kemajuan yang telah kita bangun dalam satu dekade terakhir sekaligus mengatasi ketidakamanan dan ketidakpastian dunia saat ini."

Guterres, yang berlatar belakang seorang insinyur, memasuki dunia politik pada tahun 1976 ketika pemilihan demokratis pertama Portugal berlangsung, setelah "Revolusi Bunga/Anyelir" mengakhiri kediktatoran yang telah terjadi selama lima dekade di negeri tersebut.

Sebagai kepala badan pengungsi UNHCR 2005-2015, ia memimpin badan tersebut melalui sejumlah krisis pengungsi terburuk di dunia, termasuk yang terjadi di Suriah, Afghanistan, dan Irak. Dalam kurun waktu itu, ia berulang kali mengimbau negara-negara Barat untuk berbuat lebih banyak untuk membantu pengungsi yang melarikan diri dari konflik.

Nominasi Guterres datang meskipun pada saat itu terdapat upaya bersama untuk menunjuk Sekjen perempuan pertama PBB. Dari 13 calon yang ada, tujuh orang merupakan perempuan, di antaranya direktur jenderal UNESCO Irina Bokova dari Bulgaria, dan Helen Clark, 66, mantan perdana menteri Selandia Baru serta kepala program pembangunan PBB saat ini.

Baca juga artikel terkait PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Politik
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara