Menuju konten utama

Masih Ada Potensi Tsunami Susulan, Masyarakat Diminta Jauhi Pantai

Jarak aman dari pantai di sejumlah lokasi yang terdampak tsunami Selat Sunda bervariasi tergantung topografi wilayah.

Masih Ada Potensi Tsunami Susulan, Masyarakat Diminta Jauhi Pantai
Belasan depot rumah makan di Pantai Karang Bolong Anyer rusak akibat diterjang gelombang tsumani, Banten, Minggu (23/12/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merekomendasikan masyarakat untuk menjauhi pantai sementara ini sebab kemungkinan tsunami susulan masih akan terjadi.

"Saat ini PVMBG, BMKG, BPBD masih terus menganalisa potensi [tsunami] susulan. Karena apa? Erupsi Gunung Anak Krakatau masih terus berlanjut. Dari PVMBG turun ke lapangan melakukan analisa, letusannya tidak besar berlangsung sejak kemarin, aktivitas Krakatau relatif kecil, masih dianalisis BMKG, Badan geologi, BPBD dan KKP," ujar Sutopo di BPBD Yogyakarta, Minggu.

Menurut Sutopo, PVMBG dan BMKG merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di pantai dan menjauhi pantai untuk sementara waktu karena potensi susulan tsunami masih terjadi. Namun, Sutopo belum bisa memastikan jarak aman dari pantai.

"Jarak [aman] sangat tergantung dari kondisi topografi sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permukaan di pantai. Ada yang 50 meter aman karena ada perbukitan-perbukitan. Tapi bisa 100 meter tidak aman. Tidak ada jarak pasti tapi masyarakat bisa melihat kondisi setempat kalau pantainya datar dan panjang ya memang tidak aman," ujar Sutopo.

Ia juga mengakui sulit mendeteksi tsunami akibat longsoran bawah laut seperti yang terjadi di Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.

"Memang sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan longsoran bawah laut seperti tadi malam serta erupsi gunung yang ada di lautan belum ada, BMKG belum memiliki sistem peringatan dini, kalau tsunami yang dibangkitkan karena aktivitas tektonik, sudah punya," ujar Sutopo dlm konferensi pers di BPBD Yogyakarta, Minggu (23/12/2018).

Berdasarkan laporan BPBD setempat dan keterangan saksi mata, ketinggian gelombang tsunami semalam mencapai 2-3 meter. Tsunami terjadi tiba-tiba tanpa ada peringatan dini.

Berdasarkan analisis sementara, BMKG menyebut kemungkinan penyebab tsunami adalah longsoran bawah laut akibat aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau yang bersamaan dengan gelombang pasang karena bulan purnama.

"Jadi ada dua kombinasi, faktor alam yaitu tsunami yang dibangkitkan longsoroan bawah laut dan aktivitas Anak Krakatau dan gelombang pasang karena bulan purnama, jadi tidak ada gempa, kami juga memantau, tidak ada gempa," kata Sutopo.

Terkait, sirine tsunami yang berbunyi siang tadi, Sutopo menyebut itu bukan peringatan dini tsunami susulan. Kemungkinan ada kerusakan teknis pada sirine tersebut.

"Tidak ada peringatan dini tsunami susulan, karena memang tidak ada gempa dan tidak ada tanda tiba-tiba bunyi. Masyarakat melakukan evakuasi, shelter tsunami penuh. Ada kemungkinan kerusakan teknis yang menyebabkan sirine tiba-tiba bunyi. Sirine itu punya BMKG yang dioperasikan BPBD, di Teluk Labuhan, Pandeglang," kata Sutopo.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI SELAT SUNDA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Ibnu Azis