tirto.id - Calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan merasa difitnah dengan beredarnya sebuah kontrak sosial yang isinya pasangan tersebut akan memberlakukan syariat Islam bila memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017. Dalam kontrak tersebut tertera tanda-tangan Anies dan Sandiaga Uno.
Anies tegas membantah, tanda tangan dalam kontrak tersebut bukan miliknya. "Tanda tangan saya tidak seperti itu," ujar Anies, di Jakarta, Sabtu (18/3/2017) malam.
Senada dengan Anies, Sandiaga juga merasa kalau nama dan tanda tangannya dipalsukan. Sandiaga merasa heran ada orang atau kelompok yang repot-repot membuat akad semacam itu. "Jelas-jelas itu bukan tanda tangan saya," kata Sandiaga.
Sebelumnya, juga sempat beredar desas-desus bila keduanya terpilih maka Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS), sebagai dua program petahana yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat miskin Jakarta akan dihapus.
"Ya, (isu KJP dihapus) sangat masif. Terutama di minggu tenang kemarin beredar kabar, saya tidak tahu bagaimana menyebarkannya, bahwa ganti gubernur KJP berhenti. Saya tegaskan itu tidak benar. Itu berita bohong, dan malah saya menganjurkan mari berkampanye dengan berita yang benar. Jangan berkampanye dengan berita yang bohong," kata Anies di Palmerah pekan lalu.
Menyikapi desas-desus itu, Anies dan Sandiaga selalu menyampaikan kepada warga Jakarta bahwa kedua program itu tidak akan dihapus bila keduanya terpilih.
"Kami tegaskan, kalau ganti gubernur itu listrik masih jalan. Air masih jalan. Kelurahan juga enggak tutup. Kecamatan masih jalan. KJS masih jalan. KJP Plus malah makin muncul. Jadi kami tegaskan pelayanan untuk warga akan diteruskan bahkan ditingkatkan," tegas Anies.
Hal itu, menurut Anies, karena bila dirinya dan Sandiaga terpilih akan menjalankan APBD sesuai dengan Peraturan Daerah. Sementara, menurutnya, KJP dan KJS sudah diatur dalam Peraturan Daerah oleh petahana. "Kami tegaskan gubernur itu menjalankan APBD, dan APBD itu Perda," jelasnya.
Kendati begitu, Anies mengaku tidak bisa memastikan medium penyebarannya. Menurutnya, kabar semacam itu beredar dari mulut ke mulut. Terutama di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.
"Utara. Banyak di Utara, di Selatan juga ada. Tapi itu sederhana sekali. Kami tidak mengidentifikasi di mananya, karena kabar dari mulut ke mulut tentu menyebar," kata Anies.
Mengenai pengaruh kabar tersebut terhadap elektabilitasnya, Anies belum bisa memastikan. Hanya saja, dirinya akan terus mengklarifikasi berita sumir tersebut. "Saya belum tahu (pengaruhnya), tapi yang jelas bagi kami perlu mengklarifikasi bahwa kabar itu tidak benar," kata Anies.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Agung DH