Menuju konten utama

Anies dan Ahok Saling Klaim Program Wirausaha di Mata Najwa

Ahok pernah menyatakan bahwa program wirausahanya adalah program OK OCE yang sesungguhnya.

Anies dan Ahok Saling Klaim Program Wirausaha di Mata Najwa
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) didampingi Sandiaga Uno (kanan). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

tirto.id - Moderator debat Pilkada DKI putaran kedua, Najwa Shihab bertanya kepada calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait dengan pernyataannya yang mengklaim bahwa program wirausahanya adalah program OK OCE yang sesungguhnya.

Terkait dengan itu, Ahok menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan program tersebut sejak tahun 2014.

“Jadi yang kami lakukan itu [OK OCE] sebetulnya perencanaan sejak dari tahun 2014, waktu itu ada Jakarta Fashion Show, kami melihat begitu banyak anak muda mampu menciptakan kreasi yang bagus, tapi dia gak punya komputer, mesin potong, waktu itu kita kerja sama dengan mereka,” kata Ahok Dalam debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang diselenggarakan oleh Mata Najwa, Senin (27/3/2017).

Selain bekerja sama, Ahok juga mengaku menyediakan modal, kantor hingga memberikan pesangon kepada para peserta program yang dianggap mempunyai kreativitas.

“Di sini udah dimodalin, ada kantor, dapat pesangon, kita kasi modal dan bagi hasil 80:20, 80 buat dia untuk kreativitas tadi,” kata Ahok.

Menanggapi hal itu, calon gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan justru mengatakan bahwa programnya dengan Ahok justru sangat jauh berbeda, ia mengatakan bahwa program Ahok justru tak berpihak kepada pedagang kecil dan lebih berpihak kepada kelas menengah

“Kita ke pedagang kecil, gimana pedagang siomay ke tempat ini [program Ahok]. Gimana pedagang bakso? gimana penjahit kampung?” kata Anies.

Dalam program OK OCE, Anies mengaku bahwa programnya terfokus ke wirausaha kecil, terutama kepada mereka yang kekurangan modal dan kurangnya jaringan usaha.

“Yang mau dibangun di sini, dalam program OK OCE itu justru wirausaha kecil, yang hari ini mereka kekurangan modal, kekurangan pendampingan, pelatihan minim dan jaringan minim,” ungkap Anies.

Anies mencontohkan, jika ada perusahaan-perusahaan yang ingin memesan seragam melalui program OK OCE, maka penjahit yang akan mengerjakan pesanan itu adalah penjahit kecil.

“Bayangkan, sebagai contoh penjahit, diberi pendampingan disambungkan dengan pasar. Misalnya Metro bikin seragam lewat OK OCE, maka penjahitnya bukan konveksi besar tetapi penjahitnya justru penjahit yang ada di kampung-kampung,” kata Anies.

Hal tersebut, kata Anies, karena pihaknya ingin menciptakan jaringan serta meningkatkan kualias para pengusaha kecil. “Kenapa? Karena ada jaringannya, dan karena berani pesan karena kualitasnya ditingkatkan,” ungkap Anies.

Untuk itu Anies mengklaim bahwa programnya jauh berbeda dengan program yang digagas Ahok. “Perbedaan besarnya dikeberpihakan, kami berpihak kepada yang di bawah, menyiapkan yang di bawah, fokusnya justru kepada kecamatan, kepada kampung dan bukan berorientasi pada tempat,” kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Menanggapi penjelasan Anies, Ahok justru menepis bahwa programnya hanya diperuntukkan untuk kalangan kelas menengah. “Bukan soal kelas menengah, justru yang penting Anda punya otak, punya kejujuran dan Anda bisa masuk [program],” tegas Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga mengaku telah menjalankan program untuk masyarakat menengah ke bawah dan pedagang kecil. “Yang dimaksud siomay, kecil-kecil itu ada namanya program IKM (Industri Kecil Menengah), ini di bawah Dinas Perindustrian dan Energi, kami sudah mempunyai 21.000 pelaku,” kata Ahok.

Dalam program itu, kata Ahok, para peserta program harus mendaftarkan diri ke Bank DKI. “Nah jadi sekarang yang dibutuhkan mereka adalah mendaftarkan ke Bank DKI, kenapa? Karena kita siapkan Rp1 triliun untuk bantuan modal dengan bunga yang murah,” kata Ahok.

Meski demikian, Ahok mengatakan bahwa pihaknya tetap memperhitungkan perilaku para peserta yang dapat dipelajari dari catatan kredit peserta melalui Bank DKI.

“Tapi kalau dia gak punya Bank DKI, kita gak bisa pelajari perilaku dia dalam kredit, karena yang kita butuhkan bukan cuma uang, tapi perilaku,” tegas Ahok.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto