Menuju konten utama

Amankah Menggunakan Aluminium Foil Saat Memasak?

Aluminium foil sering dimanfaatkan dalam berbagaikeperluan rumah tangga. Namun, apakah aman digunakan saat memasak?

Amankah Menggunakan Aluminium Foil Saat Memasak?
Ilustrasi Alumunium Foil. foto/istockphoto

tirto.id - Aluminium foil atau kertas timah adalah lembaran logam aluminium yang tipis dan mengkilap berukuran kurang dari 0,2mm.

Aluminium foil banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Secara industri digunakan untuk pengemasan, isolasi dan transportasi. Aluminium foil juga tersedia secara luas di toko grosir untuk penggunaan rumah tangga.

Di rumah, orang menggunakan aluminium foil untuk penyimpanan makanan, untuk menutupi permukaan kue dan untuk membungkus makanan, seperti daging, untuk mencegah mereka kehilangan kelembapan saat memasak.

Orang-orang juga dapat menggunakan aluminium foil untuk membungkus dan melindungi makanan yang lebih lembut, seperti sayuran, saat dipanggang.

Terakhir, dapat digunakan untuk melapisi nampan panggangan agar barang-barang tetap rapi dan untuk menggosok panci atau grill untuk menghilangkan noda dan residu yang membandel.

Mereka yang sering masak tentu akrab dengan aluminium foil sebagai alat bantu untuk memasak.

Tapi pro dan kontra menggunakan aluminium untuk memasak kerap menjadi perdebatan terkait pengaruhnya terhadap kesehatan. Berikut faktanya melansir Healthline.

Risiko Kesehatan Potensial

Paparan aluminium melalui masakan dan makanan sehari-hari masih bisa dianggap aman. Hal ini karena orang sehat dapat secara efisien mengeluarkan sejumlah kecil aluminium yang diserap tubuh.

Ada kemungkinan bahwa paparan aluminium dalam kadar yang sangat tinggi dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit otak seperti Alzheimer.

Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang disebabkan oleh hilangnya sel-sel otak. Orang dengan kondisi ini mengalami kehilangan memori dan penurunan fungsi otak.

Penyebab Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan, yang dapat merusak otak seiring waktu.

Tingkat aluminium yang tinggi telah ditemukan pada otak penderita Alzheimer. Namun, masih belum jelas apakah aluminium dapat menyebabkan seseorang mengalami penyakit Alzheimer.

Selain peran potensial dalam penyakit otak, beberapa penelitian menyatakan bahwa aluminium dapat menjadi faktor risiko lingkungan untuk penyakit radang usus.

Meskipun beberapa penelitian tabung dan hewan menemukan korelasi, belum ada penelitian yang menemukan hubungan definitif antara asupan aluminium dan radang usus.

Cara Meminimalkan Paparan Aluminium Saat Memasak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) telah sepakat bahwa kadar aluminium di bawah 2 mg per 2,2 pon (1 kg) berat badan per minggu tidak mungkin menyebabkan masalah kesehatan.

Namun, diasumsikan bahwa sebagian besar orang mengkonsumsi jauh lebih sedikit dari takaran tersebut.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan paparan aluminium saat memasak:

- Hindari memasak dengan panas tinggi: Masak makanan pada suhu yang lebih rendah bila memungkinkan.

- Gunakan lebih sedikit aluminium foil: Kurangi penggunaan aluminium foil untuk memasak, terutama jika memasak dengan makanan asam, seperti tomat atau lemon.

- Gunakan peralatan non-aluminium: Gunakan peralatan non-aluminium untuk memasak makanan, seperti piring dan peralatan dari gelas atau porselen.

- Hindari pencampuran aluminium foil dan makanan asam: Hindari memaparkan aluminium foil atau peralatan masak ke makanan asam, seperti saus tomat atau rhubarb.

Paparan aluminium pada masakan olahan sendiri memang diyakini tidak akan menyebabkan efek buruk bagi kesehatan karena jumlah paparan yang sangat rendah. Namun demikian aluminium yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan.

Paparan aluminium pada manusia tidak hanya didapat dari makanan saja. Aluminium terkandung di banyak produk yang dipakai sehari-hari, termasuk makanan, kosmetik, alat kue, dan, tentu saja, aluminium foil.

Sebuah laporan resmi baru dari Bundesinstitut für Risikobewertung, atau Institut Federal untuk Pengkajian Risiko (BfR) di Berlin, Jerman, menunjukkan bahwa sementara keterpaparan makanan terhadap senyawa aluminium telah menurun, orang masih menelan jumlah aluminium yang relatif tinggi dari sumber lain, yang terbukti berbahaya bagi kesehatan.

Peneliti BfR mempresentasikan temuan mereka dalam makalah studi yang muncul dalam jurnal Archives of Toxicology.

Thomas Tietz adalah penulis pertama studi ini. Demikian sebagaimana dilaporkan Medical News Today.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yandri Daniel Damaledo