Menuju konten utama

Alasan Lays, Cheetos, Doritos Berhenti Produksi di Indonesia

Alasan mengapa Lays, Cheetos, Doritos berhenti diproduksi di Indonesia per Agustus 2021. 

Alasan Lays, Cheetos, Doritos Berhenti Produksi di Indonesia
Ilustrasi Lays Doritos Cheetos. instagram/laysindonesia

tirto.id - Tiga merek makanan ringan keripik kemasan, Lays, Cheetos, dan Doritos akan berhenti diproduksi di Indonesia per Agustus 2021.

Kabar ini ramai diperbincangkan di media sosial, baik Twitter maupun Instagram. Alasan mengapa Lays, Cheetos, dan Doritos tidak lagi diproduksi di Indonesia bulan ini adalah karena PepsiCo, produsen minuman pepsi yang juga memproduksi ketiga merek keripik kemasan tersebut, melepas 49 persen sahamnya dari PT Indofood Fritolay Makmur (IFL).

Itu artinya, PT Indofood Fritolay Makmur (IFL) tidak akan lagi menjual makanan ringan dengan merek Lays, Cheetos dan Doritos, menyusul berakhirnya kerja sama dengan PepsiCo.

Lays, Cheetos, Doritos merupakan merek milik Fritolay Netherlands Holding BV (Fritolay), yang merupakan afiliasi dari PepsiCo Inc.

Per 17 Februari, kerja sama Pepsi dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berakhir. PepsiCo sepakat untuk melepas 49 persen sahamnya di IFL kepada ICBP, senilai Rp494 miliar.

Setelah ICBP menguasai 100% sahamnya, IFL selanjutnya mengakhiri perjanjian lisensi dengan PepsiCo.

Hal itu akan dilakukan setelah IFL menyelesaikan semua proses persiapan penghentian produksi dan penjualan produk dengan merek PepsiCo, yang harus diselesaikan dalam waktu 6 bulan sejak tanggal transaksi atau pada masa transisi.

Maka, sesuai perjanjian, Fritolay, PepsiCo dan/atau pihak afiliasi lainnya tidak boleh memproduksi, mengemas, menjual, memasarkan atau mendistribusikan produk makanan ringan apapun di Indonesia yang bersaing dengan produk IFL selama tiga tahun dari sejak berakhirnya masa transaksi.

IFL merupakan divisi makan ringan milik ICBP. Divisi ini mengoperasikan tiga pabrik yang berlokasi di Jawa, dengan total kapasitas produksi sekitar 50.000 ton per tahun, menurut laporan keuangan ICBP tahun 2019. Total aset dari IFL mencapai Rp1,25 triliun.

Dengan diberhentikannya produksi 3 merek makanan ringan tersebut, selanjutnya perseroan akan fokus untuk menggenjot penjualan merek-mereknya sendiri.

Strategi IFL di antaranya adalah terus mengembangkan produk makanan ringan dengan merek-merek yang sudah ada dan dikenal masyarakat seperti Chitato, Qtela, Chiki, dan Jetz.

“IFL juga akan menerapkan strategi penjualan dan pemasaran yang terintegrasi serta terus berinovasi untuk mengembangkan rasa-rasa dan produk-produk baru,” jelas Corporate Secretary ICBP, Gideon A. Putro dalam keterbukaan informasinya kepada BEI yang dikutip Jumat, 26 Februari lalu.

Baca juga artikel terkait BISNIS atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Bisnis
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Iswara N Raditya