tirto.id - Moderator debat Ira Koesno mengaku debat DKI Jakarta putaran kedua kurang “greget” karena ada sejumlah peraturan dari KPU DKI yang membuat debat kurang berasa. Padahal, menurut Ira, segmen 4 dan segmen 5 merupakan segmen panas dalam debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
“Harusnya bisa lebih panas ya tapi mungkin terutama kita mencoba memberikan ruang itu di segmen 4 dan 5, mereka bisa debat terbuka gitu ya langsung antara cagub dan cawagub tapi ini balik lagi pada soal karakter dan aturan,” ujar Ira saat diwawancarai Tirto usai debat di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4/2017).
Ira mengatakan, suasana debat kali ini masih kurang “panas” dibandingkan debat Pilkada DKI Jakarta putaran pertama. Kala itu, salah satu pasangan calon, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni tidak pernah muncul dalam debat sehingga masih misterius.
Akan tetapi, dalam debat putaran kedua, ia melihat para paslon sudah saling menakar kemampuan masing-masing. Dengan demikian, mereka menggunakan momen debat sebagai alat untuk meraup suara.
“Sekarang sudah berapa kali diadakan debat juga oleh TV sehingga paling tidak mereka saling menakar kemampuannya tapi di sini satu debat yang dilakukan secara formal. Terlepas dari aturan yang membelenggu mereka berdua, paling tidak mereka berusaha mengeluarkan yang terbaik karena mereka tahu debat ini berpengaruh besar terhadap perolehan suara mereka terutama buat terhadap pihak-pihak yang belum menentukan sikap,” jelas Ira.
“Ingat ada sekitar 24 persenan yang tidak milih dengan berbagai macam alasan dan mereka lihat ceruk ini bisa jadi signifikan dipengaruhi oleh debat dan mereka melaksanakan debat dengan sebaik-baiknya,” tambah Ira.
Meskipun tidak seperti yang diharapkan, Ira mengatakan KPU DKI Jakarta telah mendesain debat Pilkada DKI Jakarta dengan baik. Mereka berusaha menampilkan sebuah siaran debat dengan peraturan yang tegak dan ‘keras’ sehingga publik tidak dibenturkan dalam debat. Mereka juga melihat dari karakter dari kedua paslon sehingga publik bisa melihat karakter pemimpin mereka di masa depan.
Di saat yang sama, Ira mengaku gesekan di awal debat merupakan hal yang lumrah. Ia menilai, debat satu-satunya jelang pemilihan merupakan debat pamungkas sehingga tidak sedikit orang ingin ikut menjadi bagian dari sejarah Pilkada DKI Jakarta. Akan tetapi, ia mengaku senang lantaran para timses langsung introspeksi diri begitu ditegur dan berusaha menaati peraturan yang sudah dibentuk.
Saat disinggung mengenai kelebihan dan kekurangan para kandidat, Ira enggan menjawab. Ia mengaku ingin tetap netral selama Pilkada DKI Jakarta berlangsung. Namun, dirinya mengaku akan menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada DKI Jakarta.
“Saya punya pilihan politik tapi ketika menjalankan tugas bisa netral dan independen dan saya juga berusaha jawaban tidak menggambarkan preferensi saya,” ujar Ira.
Di akhir sesi wawancara, Ira mengajak publik untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Di saat yang sama, dirinya mengajak publik untuk menerima hasil Pikada DKI Jakarta putaran kedua.
“Jangan lupa 19 April kita yang punya KTP DKI harus datang ke TPS, gunakan hak pilih yang menurut kita menjadi pemimpin terbaik Jakarta tapi sesudah itu siapa pun yang terpilih kita harus dukung karena yang menang warga Jakarta yang menang harus Indonesia merah putih,” tutup Ira.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri