Menuju konten utama

Alasan Dream Theater Batal Konser di Candi Prambanan

Pihak promotor konser Dream Theater memindahkan lokasi konser untuk menghindari polemik dan konflik berkepanjangan setelah IAAI memprotes konser itu. IAAI menilai, konser Dream Theater itu tidak patut digelar di Candi Prambanan.

Alasan Dream Theater Batal Konser di Candi Prambanan
Pekerja membongkar panggung untuk konser Dream Theater (DT) di Taman Wisata Candi Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (28/9/2017). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - CEO Rajawali Indonesia Communication Anas Syahrul Alimi menjelaskan alasan pemindahan lokasi konser "JogjaROCKarta: International Rock Music Festival" yang menghadirkan band rock progresif, Dream Theater. Anas mengatakan, lokasi konser dipindah setelah ada pertimbangan dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).

"Kami sudah mengantongi semua izin tapi tiba-tiba kami dapat surat dari IAAI bahwa mereka tidak merekomendasikan konser di sana, lalu kami ditelepon Dirjen Kebudayaan katanya, 'mas enggak boleh ada konser rock di Prambanan, pokoknya enggak boleh'," kata Anas dalam keterangan pers di Yogyakarta, Kamis (28/9/2017).

Anas menyesalkan sikap IAAI yang baru mengirim surat H-3 konser diadakan, padahal pihaknya sudah mengantongi izin dari Dinas Kebudayaan, izin lokasi, dan izin dari pihak pengelola Taman Wisata Candi Prambanan.

"Loading [di Prambanan] sudah sejak hari Sabtu, H-6 sebelum acara, lalu sore itu saya dapat WA [WhatsApp] dari IAAI, mereka minta email saya untuk mengirim surat pernyataan sikap, minta konsernya dipindah. Kenapa baru sekarang, gitu? Kenapa enggak dari H-2 Minggu waktu masih presentasi?" kata Anas.

Ia mengaku tak ingin menimbulkan polemik dan konflik yang berkepanjangan, oleh karena itu pihaknya memutuskan untuk segera memindah lokasi konser dari Prambanan, kembali ke Stadion Kridosono.

Sementara itu, Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko mengatakan, Edy Setijono menyesalkan keputusan pihak promotor untuk memindahkan lokasi konser.

"Kami sangat menyayangkan, padahal prosesnya sudah sangat panjang. Teman-teman Rajawali [promotor] ingin memperkenalkan Prambanan sebagai ikon yang dimiliki bangsa, melalui musik, kami mendukung itu," kata Edy di Yogyakarta, Kamis (28/9/2017).

Namun ia menyatakan tidak pernah menyuruh Rajawali untuk memindahkan konser. Ia menilai, keputusan pindah murni datang dari promotor, tidak ada campur tangan pemerintah daerah maupun pengelola candi.

"Itu semua keputusan promotor [untuk pindah], murni, tidak ada campur tangan. Mereka ingin menghindari polemik, karena kan dilihat sama dunia internasional," lanjutnya.

Ketua Umum IAAI, Wiwin Djuwita mengatakan, pernyataan sikap yang dikirimkan itu bukan bermaksud untuk melarang, karena pihaknya tidak punya kewenangan untuk itu.

"Yang kami kirimkan itu pernyataan sikap dan bisa ditayangkan kapan saja sebelum hari H atau bahkan saat hari H. Kami juga posting itu di medsos. Jadi sifatnya bukan surat menyurat. Kami tidak punya kewenangan melarang," kata Wiwin saat dikonfirmasi Tirto, Kamis (28/9/2017).

Wiwin pun mengakui pihaknya belum pernah menjalin komunikasi dengan pihak promotor dan menurutnya, tidak ada kewajiban bagi keduanya untuk saling berkomunikasi.

"Saudara Anas tidak punya kewajiban untuk menghubungi saya dan saat saya menghubungi untuk mengirimkan pernyataan sikap, tidak ada pembicaraan pernah mengundang IAAI [untuk datang ke presentasi sebelum konser]," katanya.

"Kalau ada anggota IAAI [yang diundang], yang bersangkutan mungkin sebagai pejabat barangkali," lanjut Wiwin.

Sebelumnya, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) memprotes penyelanggaraan konser ini. IAAI menyatakan kompleks Candi Prambanan merupakan situs agama yang memiliki nilai sakral bagi umat Hindu, dan halaman dua termasuk wilayah suci karena masih masuk lingkup pagar candi.

"Secara etika seharusnya pihak penyelenggara memperhatikan nilai kesucian yang dapat menyinggung perasaan umat beragama," tulis Djuwita dalam keterangan pers, Rabu (27/9/2017).

Baca juga artikel terkait KONSER MUSIK atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra