Menuju konten utama

Al Jazeera Tak Menyerah Meski Hendak Dibungkam Arab Saudi Cs

Koalisi Arab Saudi menuntut Qatar untuk menutup Al Jazeera. Al Jazeera bergeming dan menyatakan tidak akan menyerah.

Al Jazeera Tak Menyerah Meski Hendak Dibungkam Arab Saudi Cs
Ruang berita studio TV Al Jazeera [Foto/wikipedia.org]

tirto.id - “Kami akan terus berani dalam mengejar kebenaran. Dan kami akan terus menghormati hak setiap orang untuk didengar.”

Kalimat di atas menjadi penutup dari artikel berjudul “Surat Terbuka Al Jazeera” yang dibuat redaksi Al Jazeera. Surat terbuka itu menjelaskan banyak hal tentang situasi yang mereka hadapi sekarang. Tentang bagaimana mereka membangun reputasi agar dipercaya dan tentang tuntutan Arab Saudi Cs agar Al Jazeera ditutup.

Sekira lima hari lalu, 23 Juni 2017 koalisi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Quwait, mengajukan 13 syarat kepada Qatar sebagai solusi mengakhiri konflik. Satu dari 13 syarat tersebut adalah permintaan agar Qatar menutup kantor berita Al Jazeera di Doha dan seluruh kantor bironya di dunia.

Arab Saudi memberi waktu selama 10 hari bagi Qatar untuk memenuhi syarat tersebut. Mereka tidak menjelaskan apa yang akan dilakukan terhadap Qatar jika syarat terkait Al Jazeera tidak dipenuhi. Namun, sebagian pengamat khawatir Pangeran Mohammed yang baru dilantik akan mendorong pendekatan yang lebih konfrontatif terhadap Qatar.

“Akan lebih bijak lagi bahwa Qatar menangani secara serius tuntutan dan kekhawatiran tetangga mereka atau perpecahan akan terjadi," katan Anwar Gargash Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab seperti dikutip The Telegraph.

Permintaan itu bukan gertakan semata. Pada tanggal 6 Juni sebelumnya Kementerian Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi resmi menutup kantor biro Al Jazeera di Riyadh. Mereka mencap Al Jazeera sebagai pendukung teroris dan telah mempromosikan gerakan milisi Houthi di Yaman.

Dituduh Macam-Macam

Tuduhan semacam itu bukan baru pertama dihadapi Al Jazeera. Alih-alih menjadi kantor berita berimbang dengan menyajikan berbagai sumber, Al Jazeera malah kerap dituduh macam-macam. Mereka dituduh mendorong terjadinya Arab Springs. Mereka juga dikecam karena menjadi saluran TV berita berbahasa Arab pertama yang memberi ruang kepada politikus dan komentator Israel. Mereka pun dicap ekstremis karena mewawancarai anggota Taliban.

“Kami dituduh [terkait] ekstremisme saat kami mewawancarai anggota dari Taliban, tapi sebenarnya kami mengajukan pertanyaan sulit dan memastikan kami menantang semua sisi cerita. Kami membela kebebasan berekspresi dan percaya akan hak masyarakat atas pengetahuan,” demikian dinyatakan Al Jazeera.

Tidak seperti kebanyakan kantor berita berbahasa Arab lain, Al Jazeera menolak membeo dan didikte banyak pihak, termasuk pemerintah. Pilihan ini bukan tanpa konsekuensi. Situs berita mereka pernah diretas dan sejumlah kantor biro ditutup karena dianggap sebagai ancaman. Staf Al Jazeera telah diancam, dikurung, dan terbunuh sebagai konsekuensi menjalankan tugasnya sebagai wartawan.

“Kami telah dikritik karena jurnalistik kami menunjukkan apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan terkadang pemerintah, perusahaan atau individu tidak ingin apa yang mereka lakukan dilihat. Kantor kami telah ditutup di masa lalu oleh negara-negara tertentu yang tidak menginginkannya."

Kantor berita Al Jazeera berbahasa Arab mengudara pertama kali pada 1996. Di masa-masa awal siarannya, Al Jazeera menyita perhatian karena berita-berita yang kritis. Ini berbeda dengan gaya pemberitaan sebagian besar media berbahasa Arab lain yang lebih memposisikan diri sebagai mitra atau juru bicara penguasa.

Dua dekade kemudian, tepatnya tahun 2006 mereka mulai menyiarkan tayangan berbahasa Inggris. Misinya sama: memberikan informasi yang akurat, berimbang, dan tidak memihak.

“Orang memiliki hak untuk diberitahu. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan berita yang tidak dikendalikan oleh narasi pihak berwenang,” kata mereka.

Saat ini Al Jazeera berbahasa Inggris bisa dinikmati di 130 negara dunia. Media ini memiliki lebih dari 70 kantor biro di seluruh dunia dan lebih dari 3000 staf. Setiap hari, Al Jazeeraa meliput berita dari seluruh dunia Arab, Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan. Dengan penuh percaya diri, Al Jazeera menyatakan bangga atas kerja jurnalisme yang mereka lakukan.

“Jutaan pemirsa kami adalah bukti kualitas pekerjaan kami,” ujar mereka.

Al Jazeera sadar waktu 10 hari yang diberikan Arab Saudi Cs akan segera berakhir. Namun, Al Jazeera menyatakan komitmen untuk tidak menyerah. Bagi mereka tuntutan Arab Saudi Cs tidak lebih dari upaya membungkam jurnalisme demi menghilangkan hak masyarakat mendapatkan informasi yang utuh dan berimbang

“Kami teguh dalam tekad kami untuk terus melakukannya, Dan kami akan terus menceritakan kisah dunia dari Kabul ke Caracas dan dari Mosul ke Sydney. Kami akan terus melakukan pekerjaan kami dengan integritas."

Baca juga artikel terkait KRISIS QATAR atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Politik
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Maulida Sri Handayani