tirto.id - "Percayalah, delusi punya kehidupan mewah adalah hal biasa di kalangan milenial,” kata Todd Spodek, pengacara Anna Sorokin alias Anna Delvey kepada Guardian.
Hal yang tak biasa adalah kemampuan memanipulasi situasi seperti yang dilakukan Sorokin sekitar dua tahun belakangan. Perempuan 28 tahun ini punya kecakapan luar biasa untuk meyakinkan para pebisnis elite, pejabat bank, dan sosialita yang selalu haus kemewahan.
Sorokin, anak sopir truk asal Rusia, dijatuhi hukuman 15 tahun penjara oleh pengadilan AS setelah terbukti bersalah melakukan aksi penipuan sebesar $275.000 dan percobaan aksi penipuan terhadap sejumlah institusi.
Aksi Sorokin jadi perbincangan dalam skena sosialita Manhattan, New York, setelah salah seorang korban penipuan menceritakan pengalamannya. Adalah Rachel Williams, mantan editor majalah gaya hidup Vanity Fair, yang kena tipu sebesar $62.000.
Dalam tulisannya di Vanity Fairpada pertengahan April 2018, Williams berkata bahwa penampilan Sorokin tak ada bedanya dengan sosialita muda yang biasa ia temui. Di tubuhnya menempel busana dan aksesori label premium asal Paris. Wajah Sorokin pun sudah sering terlihat dalam potret acara pesta para pesohor kelas A di New York yang tersebar di media sosial. Williams pun menyambut ajakan perkenalan Sorokin di tengah hingar-bingar pesta di sebuah klub ternama New York.
Setelah malam itu, mereka langsung jadi kawan akrab yang hampir setiap hari saling kontak. Sorokin kerap mentraktir Williams makan di Le Coucou, resto bintang lima yang terletak di dalam 11 Howard Hotel, sebuah hotel baru tempat Sorokin bermalam selama beberapa bulan. Ada banyak CEO perusahaan ternama dan selebritas yang menjadi pelanggan berpredikat Michelin Stars itu.
Williams pun semakin yakin si kawan baru benar-benar orang kaya. Ada kalanya momen makan bersama diisi dengan kisah Sorokin yang menyatakan diri hendak membangun sebuah klub bernama Anna Delvey Foundation di jantung kota Manhattan.
Ia membayangkan tempat itu sebagai ruang untuk memamerkan karya-karya seniman ternama seperti Jeff Koons, Damien Hirst, dan Tracey Emin. Selain ruang seni, Sorokin hendak membangun tiga restoran yang menyajikan masakan dari berbagai negara. Di tempat itu, demikian imajinasi Sorokin, ada toko suvenir yang menjual merchandise karya para seniman.
Klub akan dibangun di gedung milik pengusaha properti tersohor kota New York, Aby Rosen. Sorokin pun tak segan-segan bicara pada Gabriel Calatrava, anak arsitek ternama Santiago Calatrava (perancang Stasiun Oculus, New York) untuk membantunya mendesain ruang ekshibisi serta restoran.
“Dia bilang bahwa waktunya sehari-hari dipenuhi jadwal rapat dengan pengusaha restoran, bankir, pengacara, manajer hedge fund. Dia sering kali nampak sibuk menelepon sana sini,” tutur Williams dalam tulisan berjudul “As an Added Bonus, She Paid for Everything”: My Bright-Lights Misadventure with a Magician of Manhattan" yang terbit di Vanity Fair.
Williams tak mengira bahwa aktivitas ‘rapat’ itu jadi momen Sorokin melakukan penipuan. Untuk mendirikan sebuah klub, setidaknya ia butuh uang sebesar $25 juta. Oleh karena itu, ia hendak meminjam uang dari bank sebesar $22 juta ke City National Bank. Ia mengajukan dokumen palsu yang menyatakan dirinya punya kekayaan total sebesar $60 juta yang disimpan di sebuah bank di Swiss.
Sebulan berikutnya, Sorokin mengajukan pinjaman dengan jumlah serupa ke bank lain, Fortress. Bank tersebut meminta uang jaminan $100.000 sebagai ‘tanda jadi’. Ia pun meyakinkan City National Bank untuk menyalurkan dana sebesar $100.000 ke Fortress. Fortress memproses permintaan Delvey sambil mengirimkan staf untuk mengecek kekayaan Delvey di Swiss. Sementara itu, Delvey meminta Fortress untuk mengirim uang ke akun Citibank sebesar $55.000 yang akhirnya digunakan Sorokin untuk belanja barang bermerek dan mentraktir kawan-kawannya.
Ia pun sempat mendepositokan cek kosong sebesar $160.000 ke bank yang sama dengan harapan mendapat pinjaman sebesar $70.000—yang kelak digunakan untuk bayar utang ke hotel tempatnya menginap.
Status sebagai imigran—tepatnya klaim sebagai: bangsawan Jerman—ia jadikan dalih untuk bisa mendapat pinjaman bank dan mendapat izin menginap di hotel tanpa jaminan kartu kredit. Sorokin selalu bilang bahwa ia butuh proses panjang mencairkan dan mengirimkan dana dari negara tempat asalnya, entah itu Jerman atau dari negara mana pun tempat ia (mengaku-ngaku) menyimpan uang.
Ketika aksi penipuan terjadi, pertemanan Sorokin dan Williams masih berjalan normal. Williams bahkan sempat bersuka hati kala Sorokin mengajaknya liburan ala jetset ke Maroko. Sorokin telah merancang semua aktivitas liburan dan bilang akan membayar semua biaya. Mereka pun melenggang ke Maroko dan menikmati liburan ala The Kardashians.
Di sana, sudah mulai ada keanehan pada Sorokin. Kartu kredit dan kartu debitnya tidak bisa dipakai untuk transaksi di hotel dan berbagai tempat lain yang mereka kunjungi. Alhasil, Williams terpaksa menalangi semua. Namun, saat itu ia tak segera curiga. Saling menalangi adalah hal wajar di kalangan sosialita.
Williams baru murka kala Sorokin menghilang dan tak membayar utang. Perempuan itu pun lantas melakukan investigasi dan menemukan korban penipuan lain. Ia sempat menemui Michael Huang, kolektor seni muda yang kena tipu Sorokin saat mereka pergi bersama ke pameran seni Venice Biennale di Italia. Modus penipuan yang dilakukan kepada dua orang itu serupa.
Barangkali Sorokin adalah terdakwa paling fashionable dalam sejarah AS. Ia pertama kali masuk penjara pada akhir 2017. Proses persidangan yang intens digelar selama satu bulan terakhir. Di persidangan, Sorokin sempat memancing kemarahan hakim karena menolak masuk ruang sidang dengan baju tahanan. Ia ingin tampil dengan baju yang bagus. Berita ini dimanfaatkan oleh seorang pengarah gaya majalah gaya hidup Glamour yang bersedia ‘mendandani’ Sorokin saat sidang.
Sang pengarah gaya meminjamkan berbagai busana bermerek untuk dikenakan Sorokin di pengadilan. Kritikus fesyen New York TimesVanessa Friedman pun sempat mengulas penampilan Sorokin di meja hijau. Menurutnya, lewat gaya busana, Sorokin berupaya membangun citra diri sebagai perempuan baik-baik yang tidak mungkin melakukan kejahatan kelas kakap.
Produser serial televisi Shonda Rhimes—orang di balik Grey’s Anatomy, Scandal, dan Private Practice—dikabarkan sedang merancang serial yang terinspirasi dari tulisan panjang New York Magazine tentang Sorokin.
Sorokin pernah menyatakan semua orang bisa melakukan kejahatan, tetapi tak semuanya cukup berbakat melakukannya. Dia memang sedang membicarakan dirinya sendiri.
Editor: Joan Aurelia