Menuju konten utama

AHY Memulai Debat II dengan "Diksi" Negatif

Agus Harimurti Yudhoyono memulai penyampaian visi misinya dalam debat jilid II dengan kalimat-kalimat negatif.

AHY Memulai Debat II dengan
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono (kiri)-Sylviana Murni (kanan) bersiap mengikuti Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (27/1). Debat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta kedua mengusung tema tentang reformasi birokrasi, pelayanan publik, serta strategi penataan kawasan perkotaan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./kye/17

tirto.id - Debat calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta jilid kedua digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (27/1/2017). Mengawali acara, para cagub dan cawagub diberi kesempatan untuk menyampaikan visi misinya ke depan dalam konteks reformasi birokrasi, penataan kota dan pelayanan publik selama dua menit.

Dalam debat kali ini, Agus Harimurti Yudhoyono selaku cagub pasangan nomer urut satu diberi kesempatan pertama. Saat memaparkan visi misi Agus mengucapkan 240 kata. Agus tampaknya berbicara lebih lancar ketimbang seperti debat sebelumnya. Rerata kata per detik pada debat kali ini mencapai 1,25 per detik sedang pada debat pertama mencapai 1,15 per detik.

Lantas kata kunci apa saja yang ditekankan Agus pada penyampaian visi misi tadi? Setelah melakukan removal stopword – membuang kata-kata tidak penting dari transkrip ucapan Agus, didapati bahwa kata terbanyak diucapkan Agus adalah: “Jakarta” 10 kali, “warga” 6 kali, “kualitas” 3 kali, “masyarakat” 3 kali, “adil” 3 kali dan “daya beli” 2 kali.

Sama seperti pada debat pertama, saat pemaparan visi misi, Agus begitu sering memakai diksi-diksi negatif. Hal itu dilakukan tentu untuk menyerang petahana. Saat mengawali visi misi, Agus memulainya dengan penyampaian seperti ini.

“Selain yang sudah saya sampaikan, potret Jakarta hari ini: ketimpangan meningkat, daya beli sebagian masyarakat menurun, disamping itu kualitas hidup masyarakat menurun akibat banjir, macet, sampah dan hal yang tidak bisa terselesaikan dengan baik. Dan yang paling menyedihkan adalah, di sana-sini, warga Jakarta banyak yang takut terhadap pemerintahnya sendiri. “

Cerminan entri-entri negatif ini bisa terlihat dari skoring kata menggunakan Tf-IdF yang dilakukan Tirto. Kata “banjir”, “menurun” dan “sampah” masuk dalam 10 entri dengan skor terbesar. Tiga kata itu mendapat skoring sama yakni 0,012.

Meski begitu, dalam konteks kata positif “kata” adil mendapat skoring tertinggi yakni 0,019. Angka ini merupakan tertinggi ketimbang entri lainnya.

Makna "adil" yang Agus bangun memang bisa tercermin dari ucapan dia pada kalimat selanjutnya.

“Saya ini menjadikan Jakarta semakin maju, aman, adil, dan sejahtera. [..] Dengan cara, pertama, meningkatkan ekonomi daerah, meningkatkan daya beli masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja baru. Kedua, meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan juga transportasi umum. Ketiga, tentunya meningkatan kualitas lingkungan hidup dengan cara solusi yang efektif untuk mengatasi problem yang akut seperti banjir, sampah, dan polusi.”

Penegasan kata “adil” kembali dilakukan pada kalimat penutup.

“Dan terakhir, dan tidak kalah penting adalah meyakinkan hadirnya rasa aman dan adil untuk seluruh warga Jakarta. Paradigma yang akan kami lakukan adalah Jakarta sebagai sebuah sistem ruang kehidupan yang harus mensejahterakan semua dan juga pembangunan yang inklusif dan partisipatif yang memberdayakan seluruh warga secara adil. Dengan paradigma tersebut, saya akan berdiri yang terdepan bersama seluruh warga Jakarta untuk mengubah warga ibukota menjadi semakin modern, unggul, tetapi tetap menjadi kota yang manusiawi dan selalu berjati diri, berkarakter pada Jakarta dan Indonesia yang kita cintai. Terimakasih.”

Baca juga artikel terkait DEBAT PILGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan