Menuju konten utama

Ahok dan Anies Debatkan Bom Waktu Pengangguran

Pegawai harian lepas (PHL) untuk dimasukkan di proyek perumahan jadi tukang dengan gaji UMP.

Ahok dan Anies Debatkan Bom Waktu Pengangguran
Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tertawa bersama Anies Baswedan saat rehat Debat Publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Dua pasangan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Anies Baswedan berdebat mengenai tingginya angka anak usia 16 hingga 18 tahun yang tidak masuk sekolah. Masalah ini dapat menjadi bom waktu yang dapat menimbulkan masalah sosial seperti pengangguran.

Atas persoalan ini, Ahok menawarkan solusi berupa pegawai harian lepas (PHL) bagi mereka dengan rentan usia tersebut. Ahok mengakui banyak anak-anak tak sekolah di Jakarta. Anak-anak tersebut meskipun sudah diberikan jaminan KJP sampai kuliah tetap tidak mau sekolah karena sudah terlanjur tidak sekolah.

"Kita rekrut mereka jadi PHL untuk apa, untuk dimasukkan di proyek perumahan jadi tukang dengan gaji UMP. Dia akan dapat sertifikat, PHL itu dalam rangka menampung mereka yang putus sekolah dengan gaji UMP, dilatih dan bersertifikat sehingga dia kerja profesional di perusahaan-perusahaan. Mereka juga kita ikutkan kejar paket A,B dan C," kata Ahok, debat pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Anies pun mendebat apa yang disampaikan Ahok. "Pak Basuki dan saya sama-sama ingin ada ada solusi untuk mereka, tapi melihat alatnya pemerintah saja. Kalau saya melihat alatnya pemerintah dan civil society dan perusahaan," ujar Anies mendebat pernyataan Ahok.

"KJP plus bukan untuk sekolah tapi anak putus sekolah juga dapat. Kedua kita akan menggerakkan civil society untuk telribat dalam kegiatannya karena sektor swastalah yang sebaiknya paling besar. Dan jika kita ada KJP plus dan ada pelatihan kemudian ada sektor swasta maka anak-anak inipun akan berinteraksi dengan lebih luas," kata Anies.

Ahok pun tertawa kecil sembari menuturkan dirinya bingung disebut hanya melibatkan pemerintah. "Jadi saya bingung kita disalahpahamkan tidak melibatkan pengusaha. Ketika dilibatkan kita disebut bela pengusaha. Kenapa butuh sertifikat, swasta butuh pekerja terampil. Jadi orang bisa pasang baja ringan gaji bisa empat kali UMP," kata Ahok.

Debat kali ini bertema besar “Dari Masyarakat untuk Jakarta: Kesenjangan dan Keadilan Sosial, Penegakan Hukum dan Bonus Demografi” dan dibagi lagi menjadi lima subtema yakni isu transportasi, tempat tinggal, reklamasi, pelayanan Publik (pendidikan dan kesehatan) dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).

Selama 120 menit, acara debat dibagi dalam 6 segmen. Segmen pertama akan diisi perkenalan para paslon, segmen kedua akan mendengarkan pertanyaan panelis dan dijawab oleh para paslon. Segmen ketiga berisi tentang tanya jawab dari komunitas kepada para paslon. Segmen keempat berisi tentang saling respon tanggapan para paslon terhadap jawaban segmen ketiga. Segmen kelima debat murni antar-paslon. Terakhir, segmen keenam sebagai segmen closing statement dari para paslon.

Panelis debat kali ini antara lain Dosen Universitas Indonesia Imam Prasodjo, Dekan Fakultas Bahasa & Seni Universitas Negeri Jakarta Aceng Rahmat, Dosen Universitas Trisakti Yayat Supriyatna, Direktur Institute For Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora