tirto.id - PT Adhi Karya Tbk memastikan proyek pembangunan kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodebek tidak akan terganggu oleh masa libur Lebaran 2018.
Direktur Operasi I Adhi Karya Budi Sadewa Sudiro optimistis pengerjaan proyek LRT Jabodebek berlangsung sesuai jadwal karena perusahaan pelat merah itu sudah memperhitungkan adanya hari-hari libur.
“Waktu pelaksanaan proyek ini tidak akan terganggu dengan hari libur yang ada. Karena hari libur proyek dan seperti pada umumnya kan berbeda, pasti kita belakangan,” kata Budi di kantornya, Jakarta pada Jumat (4/5/2018).
Budi memperkirakan proyek pembangunan LRT baru akan berhenti pada tiga hari menjelang Lebaran. Penghentian proyek itu berlangsung hingga tiga hari setelah hari raya. Dia meyakini penghentian proyek selama masa libur tersebut tidak akan berpengaruh pada keberlangsungan pembangunan LRT Jabodebek secara keseluruhan.
Dengan demikian, masa libur pekerja proyek LRT tersebut tidak harus mengikuti Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri. SKB terbitan 18 April lalu itu memutuskan cuti bersama lebaran 2018 berlangsung pada 11-14 Juni 2018, lalu libur Lebaran pada 15-16 Juni 2018, dan kembali ada cuti bersama pada 18-20 Juni 2018.
“Jadi selama masa proyeknya, jadwal libur sudah kita ketahui. Libur enggak harus mengikuti [SKB],” kata Budi.
SKB 3 menteri yang memutuskan penambahan masa libur lebaran 2018 itu belakangan membuat sejumlah pengusaha keberatan. Alasannya, masa libur tersebut terlalu panjang dan dinilai bisa mengganggu produktivitas bisnis.
Proses Pembangunan LRT Jabodebek Sudah 37,1 Persen
Direktur SDM, Sistem dan Investasi BEP PT Adhi Karya Agus Karianto mengatakan saat ini proses pembangunan LRT Jabodebek saat ini telah mencapai 37,1 persen.
Besaran persentase tersebut merupakan perkembangan rata-rata dari tiga lintas layanan. Pada lintas Cibubur-Cawang sudah mencapai 60 persen, Cawang-Dukuh Atas 23 persen dan Cawang-Bekasi Timur mencapai 34 persen.
Pendanaan proyek LRT Jabodebek secara keseluruhan mencapai Rp29 triliun. Angka tersebut sudah terdiri dari sarana, prasarana, dan IDC (Interest During Construction).
“Dari Rp29 triliun itu sudah termasuk sarana dan operasionalnya, dengan investor PT KAI [Kereta Api Indonesia]. Untuk kontrak dengan KAI sebesar Rp22,7 triliun berupa prasarana, infrastruktur, power supply, dan railway system,” kata Agus.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom