Menuju konten utama

Acara Munajat 212, Yusuf Martak Doakan Satu Kemenangan Pilpres 2019

Yusuf Martak menekankan untuk mendukung pemenangan Pilpres 2019 tapi tanpa menyebut ke salah satu paslon.

Acara Munajat 212, Yusuf Martak Doakan Satu Kemenangan Pilpres 2019
Jemaah Munajat 212 melaksanakan zikir bersama di Monas, Jakarta, Kamis (21/2/2019). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.

tirto.id - Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Yusuf Martak memberikan pidato di depan ribuan peserta Munajat 212, Kamis (21/2/2019). Dalam pidatonya, satu poin yang dia tekankan adalah mendukung pemenangan Pilpres 2019.

Hal ini sedikit bertentangan dengan pandangan beberapa tokoh peserta Munajat 212 yang mengklaim acara itu tak akan digunakan untuk kepentingan politik. Meski demikian, Martak memang tak menyebut siapa nama yang dia harapkan menang di Pilpres 2019 mendatang.

"Harga mati tidak boleh kita tinggalkan untuk kita tidak meraih kemenangan pada nanti, yaitu pada Pilpres 2019," kata Martak di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Kamis (22/2/2019).

Sebelumnya acara Munajat 212 bertujuan untuk mendoakan Pilpres 2019 berlangsung jujur dan adil. Martak menyebut bahwa Munajat kali ini adalah untuk mendoakan satu kemenangan di Pilpres 2019.

Martak memang sangat berhati-hati dan menjaga ucapannya. Dia mengaku bahwa apa yang ingin ia sampaikan sebenarnya sudah diucapkan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan yang berpidato sebelum dirinya.

Dia menegaskan bahwa posisi Zulkifli adalah sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang selama ini berada di koalisi salah satu capres peserta pemilu. Martak memang tak menyebut siapa koalisi tersebut, tetapi dalam Pilpres 2019 ini bergabung dalam koalisi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Sudah lengkap semua disampaikan satu-satu oleh pahlawan-pahlawan kita, pejuang-pejuang kita, dan Ketua MPR yang selalu bersama kami berjuang bersama-sama yaitu partai koalisi," katanya menghentikan ucapannya sesaat.

Sebelumnya, Zulkifli memberikan pidato di depan ribuan massa yang menghadiri acara dan sengaja memancing massa untuk meneriakkan "nomor dua."

Awalnya, Zulkifli berbicara soal pemilu damai yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Jika demikian, maka dia percaya bahwa kedamaian bagi masyarakat akan tercipta.

Zulkifli lantas mengharapkan agar masyarakat yang hadir tidak terpengaruh oleh politik transaksional. Apa yang dimaksud Zulkifli sebenarnya lebih mengarah pada politik uang. Dia tidak mau rakyat memilih hanya karena diiming-imingi dengan sejumlah kebutuhan pokok.

Saat itulah dia mengambil keuntungan untuk membujuk massa meneriakan salah satu angka capres nomor urut 02 yang dia dukung, Prabowo Subianto.

"Jangan sampai ditukar atau dipengaruhi oleh yang disebut political transaksional, dipengaruhi oleh sembako, dipengaruhi oleh nasi kotak dipengaruhi oleh transport. Persatuan nomor satu, soal presiden? Persatuan nomor satu, soal presiden? Persatuan nomor satu, soal presiden?" pertanyaan ini langsung disambar oleh massa berkali-kali dengan teriakan "nomor dua."

Sejak awal, massa yang datang memang cenderung memiliki preferensi politik tertentu. Teriakan "Prabowo" sempat menggema di antara peserta massa yang datang.

Baca juga artikel terkait MUNAJAT 212 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri