tirto.id - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan Israel bertanggungjawab penuh atas tewasnya warga sipil di Jalur Gaza, dan menyeru masyarakat internasional melindungi warga sipil Palestina.
"Saya menganggap penguasa pendudukan Israel bertanggungjawab atas terbunuhnya warga sipil Palestina yang tak bersalah," kata Abbas dalam pidato yang disiarkan televisi, menanggapi rusuh sepanjang hari dalam aksi protes di sepanjang perbatasan Israel dengan Jalur Gaza, Jumat (30/3/2018).
Pada Jumat (30/3/2018) lalu, ribuan orang Palestina memulai hari pertama Pawai Akbar Kepulangan yang diselenggarakan oleh berbagai kekuatan politik dan faksi Palestina termasuk gerakan perlawanan Islam Hamas, dan Partai Fatah pimpinan Abbas.
Demonstrasi tersebut direncanakan berlangsung sampai 15 Mei untuk memprotes tindakan Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke kota suci sengketa, Yerusalem.
"Demonstrasi mulanya damai untuk memperingati Hari Tanah," kata Abbas, menambahkan bahwa adalah hak rakyat Palestina lah untuk menentukan nasib sendiri seperti bangsa-bangsa lain di dunia.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan militer Israel melepaskan tembakan ke arah demonstran Palestina, menewaskan 16 di antara mereka serta melukai 1.416 orang lainnya.
"Jatuhnya demikian banyak korban jiwa dalam demonstrasi damai ini mendesak pentingnya intervensi masyarakat internasional guna menjamin perlindungan internasional bagi rakyat Pelestina kami," kata Abbas sebagaimana dikutip Antara dari Xinhua.
Ia menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera bekerja untuk melindungi rakyat Palestina yang tak bersenjata menghadapi peningkatan agresi Israel.
Abbas mengungkapkan bahwa ia menginstruksikan duta besar Palestina untuk PBB agar segera melakukan kontak dengan anggota Dewan Keamanan PBB dan Sidang Majelis Umum PBB untuk mengupayakan tindak yang mungkin dilakukan bagi perlindungan rakyat Palestina.
Demonstrasi yang menewaskan 16 warga sipil ini menjadi salah satu demonstrasi terbesar Palestina di sepanjang perbatasan Israel-Gaza dalam beberapa tahun terakhir, menurut para petugas medis Gaza.
Puluhan ribu warga Palestina mendesak pemenuhan hak untuk pulang bagi para pengungsi yang berpusat di sepanjang 65 kilometer pagar perbatasan tempat tenda-tenda didirikan untuk aksi protes yang direncanakan berlangsung enam pekan ini, menurut para pejabat setempat. Sementara militer Israel yang dikerahkan untuk mengatasi demonstrasi itu sekitar 30.000 personel.
Keluarga-keluarga membawa anak-anak mereka ke perkemahan yang berada hanya beberapa ratus meter dari barikade keamanan Israel dengan daerah kantung yang dikuasai gerakan Hamas.
Namun seiring waktu berlalu, ratusan pemuda Palestina mengabaikan seruan penyelenggara dan militer Israel untuk menjauh dari perbatasan, tempat tentara penjaga perbatasan terus mengawasi dari tanggul-tanggul gundukan tanah.
Petugas kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel sebagian besar menggunakan tembakan ke para pengunjuk rasa selain gas airmata dan peluru karet. Para saksi maka mengatakan militer telah mengerahkan pesawat tanpa awak di lebih dari satu lokasi untuk menjatuhkan gas air mata.
Satu orang yang tewas berusia 16 tahun dan sedikitnya 400 orang terluka akibat tembakan, sementara yang lain kena tembakan peluru karet atau menghirup gas air mata," kata petugas kesehatan Gaza.
Dua warga Palestina yang lain tewas kena tembakan tank, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Militer Israel menyebut keduanya "militan" yang melepaskan tembakan ke pasukan di perlintasan batas.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam satu pernyataan menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas kekerasan dan menyatakan Sabtu sebagai hari berkabung nasional.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu pada Jumat malam untuk membahas situasi di Gaza menurut para diplomat, dikutip Antara dari Reuters.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri