tirto.id - Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk ikut merayakan harlah 1 abad Nahdlatul Ulama (NU). Salah satunya adalah dengan mengunggah ucapan selamat, quotes, atau puisi di media sosial. Anda bisa mengambil salah satu sajak yang dibuat oleh K.H. Mustofa Bisri alias Gus Mus.
Puncak Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) 2023 diselenggarakan di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.
Acara yang dihadiri warga NU dari berbagai penjuru Indonesia tersebut dijadwalkan berlangsung sehari penuh. Agendanya dimulai sejak Selasa, 7 Februari 2023 (16 Rajab 1444 H) pukul 00.00 WIB hingga Rabu (8/2) pukul 00.00 WIB.
Beberapa acara yang akan berlangsung dalam rangkaian Puncak Harlah 1 Abad NU 2023 di antaranya Ijazah Qubro bersama Habib Luthfi bin Yahya dari Pekalongan, Selawatan bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo, hingga amanat dari Presiden Joko Widodo.
Puisi Gus Mus untuk Merayakan Harlah NU 2023
Terdapat beberapa cara untuk meramaikan Harlah 1 Abad NU, salah satunya yakni memposting atau membacakan puisi karya Mustofa Bisri. Anda juga bisa mengunggah twibbon, ucapan, atau quotes, dalam rangka menyambut perayaan ini.
Berikut ini beberapa puisi karya Gus Mus untuk rayakan Harlah 1 Abad NU 2023:
"Puisi Islam"
Islam agamaku nomor satu di dunia
Islam benderaku berkibar di mana-mana
Islam tempat ibadahku mewah bagai istana
Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya
Islam sorbanku
Islam sajadahku
Islam kitabku
Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangku
Tempat aku menusuk kanan kiri
Islam media massaku
Gaya komunikasi islami masa kini
Tempat aku menikam sana sini
Islam organisasiku
Islam perusahaanku
Islam yayasanku
Islam instansiku, menara dengan seribu pengeras suara
Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara
Islam bursaku
Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi
Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi
Islam makananku
Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci
Islam festivalku memeriahkan hari-hari mati
Islam kaosku
Islam pentasku
Islam seminarku, membahas semua
Islam upacaraku, menyambut segala
Islam puisiku, menyanyikan apa saja
Tuhan Islamkah aku?
"Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku"
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mentari
Aku bumi malam hari
Bila tak kau sinari
Dari mana cahaya akan kucari?
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau purnama
yang menebarkan senyum kemana-mana
Aku pekat malam tanpa rona
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mata air
Aku di muara
Dimana kucari jernihmu
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau samudra
Aku di pantai
Hanya termangu
Engkau merdeka
Aku terbelenggu
Engkau ilmu
Aku kebodohan
Engkau bijaksana
Aku semena-mena
Diammu tafakkur
Diamku mendengkur
Bicaramu pencerahan
Bicaraku ocehan
Engkau memberi
Aku meminta
Engkau mengajak
Aku memaksa
Engkau kaya dari dalam
Aku miskin luar-dalam
Miskin bagimu adalah pilihan
Miskin bagiku adalah keterpaksaan
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
"Negeri Sulapan"
Pulang dari negeri kecil di timur tengah
Dengan kagum kang sobari bercerita bak alfu-lailah-walailah
Tentang tanah gersang yang disulap
Menjadi taman sari yang asrioleh orang-orang badui
Tentang bangsa nomad
Yang menjadi majikan terhormat
Luar biasa, dahsyat!
Masih kalah dengan kita disini, kataku
Disini sorga
Disulap sekejap menjadi neraka
Raja-raja adiguna
Menjadi budak-budak hina-hina
Zamrud katulistiwa
Menjadi tinja dimana-mana
"Agama"
Agama
adalah kereta kencana
yang disediakan Tuhan
untuk kendaraan kalian
berangkat menuju hadiratNya
Jangan terpukau keindahannya saja
Apalagi sampai
dengan saudara-saudara sendiri bertikai
berebut tempat paling depan
Kereta kencana
cukup luas untuk semua hamba
yang rindu Tuhan
Berangkatlah!
Sejak lama
Ia menunggu kalian
"Dzikir"
Setiap saat
Setiap mengingatmu
Aku menyebutmu
Setiap saat
Setiap menyebutmu
Aku mengingatmu
Setiap saat
"Pesona"
Di antara seribu malam
inikah malam kita
kulihat semua bintang
menjelma purnama
dalam langit cahaya
tiada tara benderangnya
lalu semuanya tiada
semuanya lenyap
dalam senyap
semesta fana
tiba-tiba ya Ilahi
silau aku
oleh kilas
wajah
Mu
yang menderas
dalam takjubku
dan aku pun
tak ingin
yang lain
tak ingin yang lain
hanya Kau
dimana
Kau?
kemana
Kau?
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin