tirto.id - Hari Lahir Pancasila akan diperingati pada 1 Juni 2024. Masyarakat Indonesia dapat merayakan peringatan ini dengan berbagai cara, salah satunya membuat dan membagikan puisi dengan tema Pancasila.
Hari Lahir Pancasila merupakan momen bersejarah ketika Soekarno memperkenalkan 5 sila di tahun 1945 silam. Peristiwa ini berawal dari keadaan Jepang yang saat itu sudah terdesak oleh pasukan Sekutu sehingga memutuskan untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.
Pada 29 April 1945, dibentuklah Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). BPUPKI kemudian menggelar sidang persiapan kemerdekaan pada 29 Mei 1945.
Tepat pada 1 Juni 1945, Soekarno pun memperkenalkan 5 sila sebagai dasar negara Indonesia. Kelima sila tersebut adalah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Meski saat itu kelima sila yang diperkenalkan Soekarno belum resmi ditetapkan sebagai dasar negara, usulan tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila. Karena itulah 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila dan ketetapan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016.
Tahun ini, Hari Lahir Pancasila 2024 akan diperingati dengan tema “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”. Tema ini pun mengajak masyarakat Indonesia untuk terus menjaga persatuan, sing gotong royong, serta melahirkan generasi terbaik sebagai penerus bangsa.
Kumpulan Puisi tentang Pancasila Pendek dan Penuh Makna
Puisi adalah salah satu karya sastra untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan gaya bahasa yang terikat ritme atau irama yang khas. Berikut beberapa contoh puisi untuk merayakan Hari Lahir Pancasila 2024:
1. Negeri Pancasila
Indonesiaku Negeri PancasilaTak ada yang bisa mengubah kelimanya
Kan kugenggam hingga akhir masa
Kan ku jaga untuk selamanya
Pancasila dasar negarakuMengisi hari dengan bait silamu
Resapi makna satu per satu
Dan jadilah generasi bangsa yang terus bersatu
Pancasila dasar negara
Makna yang pudar melahirkan pecah belah
Permusuhan hingga sumpah serapah
Tegakah kita melihat semuanya?
Wahai anak bangsa
Genggamlah kembali kelima silamu
Kobarkan semangat Pancasilamu
Kibarkan Merah Putih dengan bangga
Menuju Indonesia Emas 2045 yang mengguncang dunia
2. Sang Penopang
Pancasila, penopang negara tercintaPeneduh yang memberi udara
Tumpuan bagi kami meraih asa
Semangat bagi negeri mencapai cita
Engkaulah perisaiku
Engkaulah peganganku
Puluhan tahun berlalu
Tak kan ada yang bisa menggantikanmu
Pancasila, sang penopang negara
Lahirmu membawa makna
Lima sila sumber kekuatan bangsa
Pemicu langkah tuk ciptakan sejahtera
Pemantik semangat mempersatukan Indonesia
3. Hari Lahir Pancasila
Telah lahir PancasilaKekuatan bangsa yang tak pernah padam
Lima sila tanpa cela
Dasar yang tak pernah goyah walau berganti zaman
Telah lahir Pancasila
Pengikat yang tak lekang oleh waktu
Berdiri tegak sebagai penopang
Menjadi cahaya dalam kegelapan
Telah lahir Pancasila
Identitas bangsa yang tak boleh memudar
Kunci memecahkan segala urusan
Kunci melawan segala keburukan
4. Kita Pancasila
Kita semua berbeda, antara suku dan budayaKita semua berbeda, warna kulit dan bahasa
Tapi kita duduk bercengkrama
Berteduh di atap yang sama
Bersama membekali diri dengan iman dan takwa
Menjunjung toleransi tanpa menyinggung SARA
Bersatu menguatkan Indonesia
Senantiasa adil terhadap sesama
Dengan jiwa kreatif, tak berhenti untuk berkarya
Tak mudah menyerah hingga akhir masa
Tak kenal lelah memajukan bangsa di mata dunia
Kitalah Pancasila, yang selalu ada untuk Indonesia
5. Hilangnya Pancasila
Tanah airku bergejolakDirundung gusar dan dilema
Renggang sudah persaudaraan
Tak ada lagi keadilan
Pancasila lahir dahulu kalaKini seolah sirna
Tak ada lagi jejaknya
Tak ada lagi yang mengingatnya
Kini, Pancasila sebatas materi pelajaran
Lima sila hanya sebatas hafalan
Tak ada lagi makna yang tersisa
Semua rasa hilang entah ke mana
Wahai pemudi pemudaLahirkan kembali jiwa Pancasila kita
Seperti di tahun 45
Demi Indonesia berjaya
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani