Menuju konten utama

20 Tahun The Blair Witch Project: Kehebatan Hoaks Rekaman Asli

Bagaimana konsep solid dan marketing brilian mampu meyakinkan penonton bahwa mereka sedang menonton rekaman horor nyata—bukan film fiksi.

20 Tahun The Blair Witch Project: Kehebatan Hoaks Rekaman Asli
Trailer Film The Blair Witch Project. Screenshot/youtube/Movieclips.

tirto.id - Bulan Juni 1998. Sebuah situs baru tiba-tiba ramai diperbincangkan karena yang menyuguhkan kisah tentang tiga remaja yang hilang saat menjelajahi hutan Black Hills di Maryland, Amerika Serikat, pada empat tahun sebelumnya.

Heather, Mike dan Josh sedang menyelidiki legenda lokal bernama Blair Witch untuk diangkat menjadi film dokumenter. Tidak ada penjelasan mengapa mereka tidak pernah kembali, juga keberadaan jasadnya jika mereka memang meninggal atau terbunuh.

Otoritas setempat justru menemukan peralatan dan hasil rekaman yang kemudian diolah menjadi sebuah film berjudul The Blair Witch Project.

Warganet segera membanjiri forum-forum online. Mereka meramaikan diskusi mengenai kebenaran cerita dan teori-teori lainnya, termasuk di forum yang disediakan situs https://www.blairwitch.com.

Misalnya rumor bahwa rekaman berhasil membuktikan pencarian Heather dan kedua kawannya: Blair Witch itu sendiri. Lainnya meyakini konspirasi warga lokal. Sementara sebagian menganggapnya sebagai horor biasa, lainnya percaya jika The Blair Witch Project adalah rekaman asli.

The Blair Witch Project tayang perdana pada pertengahan Juli 1999 atau 20 tahun yang lalu.

Setelahnya para penonton tahu bahwa yang mereka tonton itu fiksi belaka. Namun, kemampuan sutradara dan penanggung jawab marketing dalam menarik perhatian khalayak tercatat sebagai hal yang brilian hingga hari ini.

Menurut laporan mendalam Richard Corliss untuk Time (8 Agustus 1999), ide awal film dicetuskan sutradara Daniel Myrick dan Eduardo Sanchez pada 1993.

Dua mahasiswa University of Central Florida itu menyadari bahwa dokumenter tentang fenomena paranormal lebih mengerikan ketimbang film horor tradisional.

Myrick dan Sanchez kemudian mengembangkan skenario 35 halaman yang berisi konsep film. Dialognya lebih banyak improvisasional. Undangan audisi ditaruh di belakang majalah Backstage. Tiga pemeran utama yang terpilih adalah Heather Donahue, Michael C. Williams serta Joshua Leonard.

Myrick dan Sanchez terikat budget yang tipis karena tidak menggandeng rumah produksi besar. Totalnya hanya sekitar $60 ribu.

Syuting dimulai pada 23 Oktober 1997. Totalnya hanya delapan hari. Kebanyakan adegan diambil di Seneca Creek State Park di Montgomery County. Beberapa bagian difilmkan di Kota Burkittsville. Keduanya masih di wilayah sub-urban negara bagian Maryland.

Proses syuting adalah fase berat bagi ketiga aktor. Mereka sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, termasuk sudah diinformasikan sejak memenuhi undangan audisi.

Myrick dan Sanchez menyusun konsep cerita yang baik hingga mampu meyakinkan ketiga aktor bahwa Blair Witch benar-benar ada. Padahal, mitologi itu hanyalah karangan Myrick dan Sanchez. Ketiganya baru memahami fakta ini setelah film rilis.

Faktor lain yang membuat para aktor meyakini mitologi Blair Witch adalah testimoni beberapa warga lokal yang mereka wawancarai sebelum masuk hutan. Ketiganya mengira mereka warga asli, padahal mereka adalah figuran yang disewa secara diam-diam oleh Myrick dan Sanchez.

Heather, Mike dan Josh kemudian melakukan perjalanan dengan ditemani kamera film CP-16 dan kamera video Hi8.

Mereka diminta untuk mengambil rekaman sebanyak-banyaknya, menjaga komunikasi melalui walki-talkie, dan berjalan di jalur yang sudah ditetapkan (mereka tetap tersesat sebanyak tiga kali).

Teror yang didapat ketiga aktor kebanyakan berasal dari inisiatif Myrick dan Sanchez selama di lokasi. Tujuannya agar ekspresi ketakutannya bisa terekam seotentik mungkin.

Misalnya aksi Myrick dan Sanchez pada suatu malam saat ketiga aktor sedang tertidur di dalam tenda. Keduanya berjalan mengelilingi perimeter tenda, mematahkan ranting-ranting pohon, lalu melemparkannya ke berbagai arah.

Ketiga aktor terbangun dalam kondisi benar-benar ketakutan sebab tidak bisa mengidentifikasi sumber suara.

Atau, demi memaksimalkan potensi timbulnya konflik, tim produksi sengaja mengurangi porsi makan para aktor per harinya.

Usaha tersebut menuai keberhasilan. Ada satu adegan di mana Heather, Mike dan Josh tersesat, lalu menyadari telah kembali ke jalur yang sama. Kemarahan yang meledak tidak dibuat-buat. Mereka merasa telah menyia-nyiakan tenaga untuk berjalan seharian.

Syuting menghasilkan total 20 jam rekaman mentah yang disunting selama delapan bulan. Hasilnya menjadi film sepanjang 1 jam 21 menit. Pada masa penyuntingan inilah Myrick dan Sanchez meluncurkan situs https://www.blairwitch.com.

Hasil final dikirim ke panitia Festival Film Sundance. Myrick dan Sanchez tidak mengharapkan film menjadi box office atau diputar secara luas. Meski demikian penerimaan penonton ternyata sangat hangat selama festival berlangsung.

Merujuk laporan Rebecca Ascher-Walsh untuk Entertainment Weekly (30 Juli 1999), pada 25 Januari 1999 Artisan Entertainment membeli hak distribusi The Blair Witch Project senilai $1,1 juta.

Artisan Entertainment langsung mengencangkan promosi melalui internet dengan menambahkan cerita-cerita spekulatif di situs resmi. Mereka membuat jurnal harian masing-masing tokoh, laporan palsu dari polisi, dan sejarah mitologi Blair Witch yang terlacak hingga abad ke-18.

“Saya kira ini pertama kalinya situs internet menjadi sarana paling mendasar dan terpenting dalam upaya menjangkau penonton film. Demografi penonton kami adalah mereka yang berusia antara 16 hingga 24 tahun—ya, mereka yang bermain internet,” kata wakil presiden Artisan, Amir Malin.

Artisan Entertainment turut memulai cerita dari mulut ke mulut mengenai keaslian film, dari satu sineas ke sineas lain, juga di kalangan orang-orang yang bekerja di industri film.

Mereka juga membuat dan menyebarkan poster berita kehilangan ketiga pemeran untuk promosi film di ajang Fesival Film Cannes, Perancis.

Seluruh poster ditarik sehari usai pemutaran. Bukan karena promosi dirasa telah selesai, tapi untuk menghormati seorang pejabat eksekutif televisi yang menjadi korban penculikan pada beberapa hari sebelum festival dimulai.

Strategi pemutaran di dalam negeri juga tidak biasa. Lazimnya film baru diputar di New York dan Los Angeles, lalu penayangannya meluas ke seluruh Amerika.

Artisan justru membatasi pemutaran The Blair Witch Project di 27 bioskop demi meningkatkan citra eksklusivitas. “Kami ingin menjadikannya sebagai tiket langka. Kenyataannya banyak sekali penonton yang marah karena kehabisan tiket,” imbuh Malin.

Kekesalan tersebut baru terbayar lunas dalam pemutaran serentak pada pertengahan Juli 1999. Hasilnya amat menggembirakan. The Blair Witch Project dikenang sebagai film independen paling sukses secara finansial.

Film memecahkan rekor Guiness sebagai “Top Budget: Box Office Ratio” karena dari biaya produksi sebesar $60 ribu mereka menghasilkan total keuntungan senilai $248 juta. Artinya, mereka untung $10.931 dari setiap $1 yang dihabiskan untuk pembuatan film.

Tapi kehebatan The Blair Witch Project tak semata-mata pada kemampuannya menghasilkan profit. Ia berhasil menjadi film cult yang menginspirasi lahirnya film-film lain dengan genre rekaman yang ditemukan atau found footage.

Infografik warisan penyihir blair witch

Infografik warisan penyihir blair witch. tirto.id/Aquita

Beberapa di antaranya adalah Paranormal Activity (2007), Cloverfield (2008) dan Chronicle (2012). Film tidak harus bergenre horor atau laga. Lainnya ada yang diramu sebagai film komedi. Misalnya Project X (2012) karya sutradara Nima Noirizadeh.

The Blair Witch Project bukan pelopor teknik found footage. Sejarawan mencatat thriller-gore karya Rugger Dedato, Cannibal Holocaust (1980), sebagai film pertama yang dibuat dengan menggunakan teknik found footage.

Myrick dan Sanchez hanya menyadari bagaimana masyarakat Amerika sedang haus akan film-film berkonsep serupa pada penghujung abad ke-20. Buktinya bisa mengacu pada popularitas program televisi Cops atau The Real World.

Masyarakat Amerika pada waktu itu juga sedang menggemari teori konspirasi atau hal-hal menyangkut fenomena mistis, dan internet menjadi kanal paling efektif untuk membincangkannya.

“Pada 1999 ada hal yang membuat kami sangat sadar bahwa teknologi dapat dikaitkan dengan semacam ketidakjelasan dan kekacauan yang tidak diketahui, dan Blair Witch memanfaatkannya pada saat yang tepat,” kata penulis buku Found Footage Horror (2014) Alexandra Heller-Nicholas kepada New York Times.

Dampak popularitas The Blair Witch Project dirasakan oleh orang-orang yang terlibat atau terkait di dalamnya. Ibu Heather, misalnya, mendapat kiriman kartu ucapan duka dari orang-orang yang mengira anaknya benar-benar hilang atau meninggal.

Banyak penggemar film yang percaya dengan keberadaan Blair Witch dan memutuskan untuk mengunjungi lokasi syuting di Maryland.

Mereka datang berombongan, keluar masuk hutan, menginap di tenda, dan membawa kamera dengan harapan bisa merekam si penyihir. Mereka seakan-akan tidak menonton kredit film yang menegaskan bahwa The Blair Witch Project itu fiksi.

Aktivitas ini luar biasa mengganggu musim perburuan binatang pada tahun 1999 dan 2000 di lokasi yang sama. Keberadaan remaja-remaja yang penasaran membuat hewan-hewan kabur ke tempat lain.

Kota Burkittsville mengalami nasib serupa. Awalnya warga senang karena bisnis lokal dilarisi para turis. Lama-kelamaan mereka muak karena tanda kota berkali-kali dicuri dan praktik vandalisme meningkat di kuburan yang jadi salah satu lokasi syuting.

Barangkali ironis. Tapi, demi menghindari fenomena kultisme yang tidak terkontrol, The Blair Witch Project hanya diputar sebentar di bioskop Burkittsville, dan tidak pernah lagi untuk waktu yang cukup lama.

Baca juga artikel terkait FILM HOROR atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Film
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf