Menuju konten utama

17 Titik Panas Terdeteksi di Sumatera

17 Titik Panas Terdeteksi di Sumatera

tirto.id -

Sebanyak 17 titik panas yang mengindikasikan kebakaran lahan terdeteksi di empat provinsi di Sumatera. Hal tersebut diungkapkan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru pada Jumat (18/3/2016).

Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin mengatakan sebanyak delapan titik panas terpantau di Nanggroe Aceh Darussalam, tujuh titik di Riau serta satu titik masing-masing di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Titik panas tersebut terdeteksi dalam pencitraan modis Terra dan Aqua pada Jumat pukul 05.00 WIB.

Dari tujuh titik panas yang terpantau di Riau, lima di antaranya tersebar di lima kabupaten, yaitu dua titik panas di Pelalawan dan Siak, serta masing-masing satu titik di Indragiri Hilir, Meranti dan Kampar.

Sementara itu, dari tujuh titik panas yang terpantau, satu titik di antaranya dipastikan sebagai titik api atau menandakan adanya kebakaran dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. "Satu titik api terpantau di Indragiri Hilir," ujarnya.

Namun begitu, Sugarin mengatakan bahwa keberadaan titik api telah berhasil diatasi. Hal tersebut berdasarkan hasil laporan Komandan Distrik Militer Tembilahan, "Informasi yang diterima sudah berhasil diatasi, semoga tidak menyebar," ujarnya.

Keberadaan titik panas maupun titik api di Riau mulai kembali terdeteksi pada Kamis (17/3) setelah sehari sebelumnya atau Rabu dipastikan Nihil. "Sebelumnya hujan mengguyur sejumlah wilayah Riau sehingga mengurangi keberadaan titik panas hingga nihil," ujarnya.

Namun begitu, BMKG Pekanbaru mengimbau agar selalu waspada lantaran musim panas di Riau akan terus berlangsung hingga April 2016 dengan potensi kebakaran yang cukup tinggi.

Sementara pada Jumat pagi ini, Satgas Kebakaran Lahan dan Hutan Riau sedang menggelar rapat evaluasi penanganan kebakaran hutan dan lahan setempat di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadi Pekanbaru yang dipimpin langsung oleh Danrem 031/WB. (ANT)

Baca juga artikel terkait KARHUTLA atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rima Suliastini