tirto.id - Puncak arus mudik yang berangkat dari Stasiun Besar Gambir, Jakarta Pusat diperkirakan pada Sabtu, 24 Juni 2017 atau H-1 Idul Fitri 1438 H. Akan tetapi, lonjakan penumpang sudah terjadi, bahkan pada Minggu (18/6/2017) mencapai 14.528 orang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Stasiun Besar Gambir, Rizky Alfrida. Menurut dia, hingga Minggu sore, calon penumpang yang berangkat dari Stasiun Gambir hampir mencapai 15 ribu orang.
“Sudah bisa dikatakan terjadi lonjakan, ya, karena pada libur nasional biasa sekitar 10-12 ribu penumpang, tapi H-1 nanti diperkirakan mencapai 16 ribu orang dari pemesanan tiket melalui online,” kata dia, dikutip Antara.
Berdasarkan data penumpang yang tercatat di Posko Lebaran Stasiun Gambir, sebanyak 14.528 orang telah berangkat ke kampung halaman melalui Stasiun Gambir pada Minggu (18/6/2017). Sementara itu, kereta api yang berangkat dari Stasiun Gambir pada Minggu, mencapai 40 rangkaian yang terdiri atas 28 kereta api reguler, 4 kereta fakultatif, dan 8 kereta tambahan.
Mengantisipasi kepadatan calon penumpang yang telah tampak di Stasiun Gambir, Rizky mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai persiapan sejak 15 Juni 2017, antara lain membuka posko kesehatan dan ruang laktasi bagi para ibu.
Selain itu, Stasiun Gambir juga menyediakan ruang salat yang lebih luas, ruang tunggu biasa dan VIP, serta penambahan personel keamanan. “Personel keamanan gabungan dari TNI dan Polri tadinya hanya 75 orang, ditambah jadi 103 personel,” kata dia.
PT Kereta Api telah mulai membuka pemesanan tiket online sejak 1 April 2017 untuk mengantisipasi dan memfasilitasi jumlah pemudik lebaran 2017.
Pemudik Mulai Padati Terminal Pulo Gebang
Lonjakan penumpang tidak hanya terjadi di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Sejumlah pemudik juga mulai memadati Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Minggu (18/6/2017). Mereka akan berangkat menuju sejumlah daerah di Indonesia sepekan jelang lebaran 2017.
Berdasarkan pengamatan Antara, para pemudik memadati loket-loket tiket perusahaan otobus yang siap memberangkatkan pemudik ke berbagai daerah di Indonesia. Di sekitar loket penjualan tiket, nampak para calon penumpang yang duduk dan sebagian tiduran di lantai dan kursi yang tersedia.
Mereka membawa barang bawaan untuk mudik seperti tas, koper, kardus dan karung dengan beragam ukuran mulai dari mini sampai jumbo. Mereka duduk dan tiduran untuk menunggu keberangkatan bus sesuai tiket yang mereka beli.
Beberapa yang lainnya, menunggu barang bawaan secara bergantian dengan rekan perjalanannya untuk silih berganti melakukan aktivitas selain menunggu bus, seperti untuk ke toilet, membeli sesuatu dan atau melangsungkan shalat wajib di mushola terminal.
Calon penumpang di Terminal Pulo Gebang pada umumnya adalah pemudik dengan tujuan ke Jawa Tengah. Di terminal bus terbesar Asia Tenggara itu, sejumlah penjual tiket ada di banyak sudut terminal untuk menawarkan tiket.
Beberapa dari mereka ada yang menggunakan baju seragam resmi dan terdapat juga yang mengenakan baju biasa layaknya pemudik.
Saat ditemui, pemudik Ahmad (30 tahun) mengatakan, dia akan pulang kampung bersama teman-temannya di Jawa Tengah. Sebagai buruh lepas dia dan temannya bisa mengatur jadwal kepulangan untuk mudik tanpa harus mepet hari Idul Fitri.
“Selagi sempat dan belum mepet ya cepat-cepat saja kami mudiknya. Kalau mepet takut tidak bisa takbiran dan shalat Idul Fitri di rumah. Kalau tidak takbiran dan salat Id, rasanya kayak tidak berlebaran," katanya.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz