tirto.id - Observatorium HAM Suriah mencatat, korban tewas akibat serangan bom terhadap konvoi bus di luar kota Aleppo bertambah menjadi 126 orang. Dengan jumlah korban sebanyak itu, serangan tersebut menjadi insiden paling mematikan di Suriah dalam kurun satu tahun terakhir.
Bahkan, baik Observatorium HAM dan PBB menyebutkan bahwa 60 anak-anak berada di antara korban tewas itu, demikian yang dikutip dari Antara, Senin (17/4/2017).
Para pekerja bantuan Suriah dari Pertahanan Sipil mengaku telah mengangkut paling sedikit 100 jenazah dari tempat kejadian perkara yang berlangsung Sabtu (15/4/2017) pekan itu.
Ledakan bom menghajar rangkaian bus yang mengangkut warga Syiah ketika tengah menunggu diseberangkan dari daerah pemberontak ke daerah kekuasaan pemerintah, berdasarkan kesepakatan evakuasi kedua belah pihak.
Observatorium HAM Suriah yakin jumlah korban mati akan terus bertambah.
"Korban yang terbunuh kebanyakan berasal dari warga Desa al-Foua dan Kefraya di Provinsi Idlib, namun juga menewaskan para pejuang pemberontak yang mengawal mereka," kata Observatorium HAM Suriah memaparkan.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang disebut media massa pro Damaskus itu dilancarkan oleh seorang pembom bunuh diri dengan mengendarai mobil bom bunuh diri.
Pihak pemberontak Suriah sendiri mengutuk pemboman yang disebutnya serangan teroris pengkhianat.
Konvoi bus itu tengah mengangkut paling sedikit 5.000 orang, termasuk penduduk sipil dan ratusan pejuang pro-pemerintah yang sudah lebih dulu mendapatkan jaminan jalur keluar yang aman dari dua desa Syiah yang dikepung pemberontak.
Berdasarkan kesepakatan evakuasi, sekitar 2.000 orang, termasuk pejuang pemberontak, diberi jalur aman untuk keluar dari Madaya, kota dekat Damaskus yang dikepung pasukan pemerintah Suriah.
Konvoi itu tengah menunggu di sebuah garasi bus di wilayah pinggiran Aleppo yang dikuasai pemerintah Suriah, beberapa mil dari situs ledakan. Yang diungsikan di Madaya mengaku mendengar ledakan itu.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari
