tirto.id - Lekuk bodi runcing dengan lampu depan sipit meramaikan desain-desain mobil lansiran terbaru. Mitsubishi Xpander, satu dari sekian banyak mobil yang identik dengan desain lekuk tajam dan lampu-lampu tirus. Mitsubishi Motors Corporation (MMC) menyebutnya dengan istilah “dynamic shield”. Konsep dynamic shield tidak hanya mengedepankan estetika desain. Struktur bodi dirancang sedemikian rupa agar bisa mengakomodasi aliran angin dengan baik. Tujuannya untuk mendapatkan aerodinamika paling optimal.
Selain Xpander, mobil keluaran Mitubishi lain seperti Mitsubishi Outlander PHEV, Eclipse Cross, Pajero Sport juga sudah mengadopsi konsep dynamic shield dengan desain lampu sipit. Seperti dipaparkan NYTimes, bentuk lampu sangat mempengaruhi tampilan sebuah mobil. Sejak 1990-an, lampu-lampu kendaraan memiliki banyak lekuk, tidak lempeng seperti model-model lawas.
Perubahan tren desain lampu juga dipengaruhi inovasi teknologi sistem pencahayaan. CarAdvice menjelaskan, sejak bohlam jenis LED yang punya ukuran kecil marak digunakan, desainer mobil bisa membuat “bingkai” lampu sekecil mungkin dengan lekuk yang unik.
Ukuran lampu LED memang kecil, tapi lampu jenis ini mampu memancarkan cahaya lebih terang daripada halogen. Sinar lampu LED menghasilkan temperatur warna hingga 5.500 kelvin—mendekati temperatur cahaya dari sinar matahari. Pencahayaan lampu LED pada malam hari memudahkan mata pengendara untuk melihat dengan jelas, layaknya kondisi siang hari.
Pancaran cahaya dari bohlam LED semakin optimal jika dipasang pada lampu jenis proyektor (projector headlamp). Sederhananya, lampu proyektor memiliki lensa yang ditempatkan di depan bohlam untuk mengatur arah cahaya. Pada laporan Autocar India, prinsip kerja lampu proyektor mirip dengan proyektor film di bioskop, yakni mengarahkan dan memfokuskan sinar ke titik tertentu.
Ukuran lampu proyektor dapat dibuat lebih kecil ketimbang lampu dengan reflektor konvensional, karena hanya membutuhkan lensa untuk mengarahkan cahaya. Ini berbeda dengan prinsip kerja lampu reflektor, cahaya dari bohlam dipantulkan oleh ruang di dalam lampu. Jika ukuran lampu kecil maka cahaya yang bisa direfleksikan pun semakin sedikit, alhasil kualitas penerangannya buruk.
Namun, menyertakan lampu proyektor dengan bohlam LED dipastikan bakal mengatrol ongkos produksi mobil. Buat menyiasatinya, pabrikan tetap memasang lampu sipit di bawah kap mesin tapi berfungsi sebagai daylight running light (DRL), sedangkan lampu utama ditempatkan di bagian bumper.
Formula seperti itu memungkinkan mobil tetap dipasangi perangkat lampu reflektor dengan bohlam halogen, sementara LED dipasang untuk DRL seperti pada Mitsubishi Xpander dan Hyundai SantaFe. Berbeda dengan Mitsubishi Pajero Sport, serta Daihatsu Terios dan Toyota Rush yang sudah mengaplikasi lampu utama bergaya sipit.
"Posisi lampu LED di atas sejajar dengan kap mesin tidak hanya untuk tampilan yang baik, namun juga untuk membuat mobil lebih (mudah) terlihat. Lampu utamanya terletak rendah di level bumper untuk memaksimalkan visual pada kondisi jalan yang sulit," papar Corporate Vice President, Design Division MMC Tsunehiro Kumimoto saat menjelaskan bentuk lampu Mitsubishi Xpander.
Pola lampu sipit bisa menjadi daya tarik sebuah mobil. Penampilan mobil dibuatnya menjadi lebih bergaya dan unik. Beberapa pengunjung GIIAS 2018 melirik mobil-mobil yang menggunakan lampu sipit, antara lain Mitsubishi Xpander, Hyundai SantaFe, Wuling Baojun yang ditampilkan sebagai mobil konsep.
“Lampu sipit itu bikin mobil terlihat keren. Saya suka modelnya yang pakai lampu seperti itu. Paling suka Hyundai Santa Fe,” ucap Aprindo, 29 tahun, pengunjung GIIAS 2018 yang tinggal di BSD, Tangerang Selatan, kepada Tirto.
Lampu Sipit dan Masalah Keselamatan
Di balik daya tarik mobil dengan lampu sipit LED yang menarik perhatian, pertanyaan mendasar muncul soal aspek keselamatan. Wisnu, 32 tahun, salah satu pengunjung GIIAS lainnya sempat berpikir ulang bila lampu LED yang berlekuk lancip menjadi sumber utama penerangan kendaraan sebagai headlamp mobil.
“Kalau untuk DRL sih bagus. Tapi enggak lah untuk jadi headlamp, cahayanya nanti kurang terang,” kata warga Kelapa Gading ini.
Pernyataan Wisnu ada benarnya. Saking antusias mengkreasikan desain para produsen seakan melupakan fungsi utama headlight sebagai perangkat penunjang keselamatan. Melansir Autoweek, hasil observasi yang dilakukanInsurance Institute of Highway Safety (IIHS)—lembaga independen di Amerika Serikat yang bergerak di bidang keselamatan berkendara—menunjukkan rendahnya kualitas pencahayaan mobil baru keluaran 2017.
Dalam observasi tersebut, IIHS mengukur seberapa jauh lampu dekat dan jauh bisa memancarkan cahaya di jalanan lurus serta tikungan. Mereka juga menguji apakah pancaran dari cahaya lampu menyilaukan kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
Hasilnya, dari 100 mobil yang diuji hanya empat yang dinyatakan punya kualitas pencahayaan baik. Perangkat headlight dari 40 mobil divonis bernilai buruk, sedangkan sisanya mendapat nilai “cukup”. Fenomena ini dianggap IIHS sebagai sesuatu yang meresahkan. Pabrikan kendaraan seakan mengesampingkan keselamatan demi meningkatkan kualitas visual atau tongkrongan produknya. Menurut pernyataan IIHS kecelakaan fatal kerap terjadi di malam hari. Namun, jika kendaraan dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang memadai, risiko kecelakaan bisa ditekan
“headlight adalah perlengkapan yang sangat mendasar (di kendaraan), tapi Anda bisa menganggapnya sebagai pencegah kecelakaan, seperti perangkat rem otomatis,” ujar peneliti senior IIHS Matthew Brumbelow.
Ford menjadi Satu di antara pabrikan yang tersentil oleh penilaian IIHS tersebut. Tiga produknya antara lain: Ford F-150, Edge, dan Explorer dinilai memiliki kualitas headlight buruk. Perusahaan asal Amerika Serikat itu pun langsung memberikan pembelaan.
“Keselamatan terus menjadi prioritas dalam desain kendaraan kami,” bunyi pernyataan tertulis dari Ford seperti dilansir Autoweek.
Para pabrikan tentu tak bisa mengesamping aspek daya tarik saat merilis mobil anyar mereka. Di sisi lain konsumen tetap harus jeli dalam memilah kendaraan, termasuk dalam menentukan model, tak cukup menentukan pilihan dari tren yang sedang berkembang, dan kini mobil "mata sipit" itu sedang jadi primadona baru di pasar.
Editor: Suhendra