Menuju konten utama

Waterdog : Dituding Sellout dan Dicap Pengekor Green Day

Waterdog berasal dari Providence, Rhode Island, Amerika. Dibentuk oleh Billy (gitar ritem & vokal), dan Terry Dread aka Terry Linehan (gitar) pada 1994.

Waterdog : Dituding Sellout dan Dicap Pengekor Green Day
Desain artwork Waterdog. (FOTO/Waterdog)

tirto.id - Berselancar di dunia maya untuk mencari informasi band-band tertentu, yang informasinya minim di jagat maya dan bahkan tidak ada Wikipedia-nya, itu mengasyikkan. Terlebih kalau musiknya lumayan banyak yang mendengarkan, khususnya di scene punk dalam negeri di era 90-an.

Harus diakui, saat itu banyak dari kita lagi norak-noraknya dengan terminologi punk rock. Sehingga hampir semua rilisan impor berlabel punk rock yang beredar di Tanah Air, mau itu band gede atau tidak, sellout atau indie, musiknya keren atau medioker, pasti dibeli untuk dikoleksi.

Tujuannya entah karena memang doyan, penasaran, sugesti teman, atau sekadar pengin update saja pas lagi nongkrong. Salah satu rilisan yang lumayan banyak didengar remaja penikmat musik punk di era 90-an, adalah album Waterdog self-titled (Atlantic, 1995).

Saya beli album tersebut waktu SMA, karena didorong rasa penasaran. Ketika saya dengarkan lagu-lagunya, ternyata oke juga. Mereka mengemas punk rock, dengan sensibilitas pop yang rancak. Bahkan terselip satu lagu ska berjudul “Youngsten Turmoil”.

Namun sayang, tak banyak arsip digital yang kita dapat, dari album yang beredar 28 tahun silam itu. Mereka memang pernah diulas di majalah Hai dan diwawancarai sebuah radio swasta, tapi bahasannya hanya seputar album saja. Sehingga masih menyisakan sejumlah pertanyaan di benak saya.

Beruntung era digital saat ini, memudahkan kita terkoneksi dengan siapapun, termasuk dengan personel dari band yang kita suka. Tapi memang tidak semuanya bersikap hangat kalau disapa. Tidak jarang bahkan direct message kita tidak berbalas, atau bahkan tidak dibaca sama sekali.

Tapi Buh aka Billy Bouchard (51), adalah pengecualian. Billy adalah sosok yang rendah hati dan bersahabat. Jarang-jarang ketemu orang yang seperti ini. Dan yang terpenting, dia bersedia saya wawancarai via surat elektronik, untuk mengulik lebih dalam tentang Waterdog, dari yang pernah dibahas.

Waterdog Terbentuk

Dari keterangannya diketahui Waterdog berasal dari Providence, Rhode Island, Amerika. Dibentuk oleh Billy (gitar ritem & vokal), dan Terry Dread aka Terry Linehan (gitar) pada bulan Maret 1994. Lalu Art Tedeschi (drum), dan Sean Brown (bass) datang bergabung. Billy dan Terry sudah saling kenal jauh sebelum Waterdog terbentuk. Mereka berdua berada dalam scene yang sama sejak usia belasan, tapi dalam band yang berbeda.

“Nama 'Waterdog' berasal dari Salamander peliharaan Terry. Dia menamainya Herpe the Waterdog. Secara spontan kami sepakat menggunakan nama itu sementara buat manggung-manggung, tapi malah keterusan," ujar Billy.

Tak disangka nama itu membawa keberuntungan. Ketika Green Day singgah ke Providence, mereka diminta sebagai band pembuka. Lalu dalam sebuah sesi wawancara dengan media nasional, Billie Joe menyebut nama Waterdog. Dari situlah kesempatan rekaman terbuka.

“Pihak Atlantic Records datang ke pertunjukkan kami, dan menawarkan kontrak kerja sama...dan semua terjadi begitu tiba-tiba.” kenang Billy.

Kesempatan itu mereka ambil, namun menyisakan pergumulan batin bagi Billy.

“Saya merasa bahwa etos punk (DIY) adalah bagian dari diri saya, dan ketika kontrak itu disodorkan, saya seperti mengkhianati integritas pribadi. Namun di satu sisi kami harus mengambil kesempatan ini, atau menyesalinya seumur hidup. Perlu diketahui kami bukan berasal dari keluarga mampu, bahkan saya belum kuliah pada waktu itu,” katanya.

Proses rekamannya dimulai pada pertengahan 1995, di Long View Farm Studio, Massachusetts, Amerika. Studio tersebut dibangun di sebuah ladang peternakan, dan dulunya biasa digunakan Rolling Stones buat latihan. Semua lagu di tulis oleh Billy, bahkan sampul depannya bergambar seorang anak menaiki pogo stick digambar olehnya. Album tersebut rilis awal 1996, dengan mengandalkan "My Life" sebagai single utamanya.

“Tanggal rilis resmi seharusnya Oktober 1995, tetapi orang yang mengontrak kami (Vice President of A&R) resign, jadi rilisnya diundur ke Januari 1996,” ungkap Billy.

Setelah itu, mereka melakukan tur keliling Amerika hingga Maret 1996. Akan tetapi dari segi penjualan, tidak sesuai yang diharapkan. Sebetulnya bila ditopang dengan aktivitas promosi yang maksimal, mungkin bisa mendongkrak penjualan album, tapi tidak dijalankan sepenuhnya oleh pihak label. Agak ironi memang, padahal dirilisnya bertepatan dengan momentum kebangkitan punk rock tahun 90an, mestinya malah lebih gencar promosinya.

Di sisi lain, ada konsekuensi yang harus diterima atas keputusan yang mereka ambil. Sama seperti Green day tatkala melepas Dookie (Reprise, 1994) dan Jawbreaker ketika berlabuh ke DGC Records, mereka pun mengalami resistensi dari scene musik underground Amerika.

“Kami benar-benar merasakan hal-hal negatif dari scene lokal (Providence). Di mata mereka, kami hanyalah band antah berantah, yang tiba-tiba mendapat kontrak rekaman. Segala review miring, sampai diolok-olok sellout itu kami dapatkan, yang sayangnya saya ambil hati. Saya mungkin terlalu sensitif saat itu.” Terang Billy.

Waterdog Bubar

Mengetahui album tersebut kurang berhasil di pasar Amerika, mereka akhirnya sepakat untuk jalan masing-masing. Meski sudah tercipta beberapa materi lagu baru.

Billy mengakui “tekanan dari pengalaman itu cukup berat, dan saya harus keluar ke dunia yang lebih besar untuk melihat apakah saya bisa mengukir jalan saya sendiri. Jadi saya putuskan pindah ke California, dan terus mengejar karier bermusik.”

Setelah Waterdog bubar, Billy bergabung dengan LIMP. Band punk rock asal Bay Area, California, besutan Phil Ensor and Serge Verkhovsky. Tercatat Doug Sangalang dari Screw 32, dan Gavin Hammon dari Dance Hall Crashers, pernah pula tergabung di band itu.

“Album pertama kami Pop and Disorderly (1997) rilis via Honest Don's Records. Saya juga menyumbangkan beberapa ide untuk rekaman album kedua (Guitarded) dan ketiga mereka. Setelah itu saya membentuk band bernama The Broadcast, bareng Art Tedeschi yang juga pindah ke California, dan Pete Rypins (Crimpshrine, TILT), tapi kemudian kami mengubah namanya jadi Radio Days,” paparnya.

Dia menambahkan setelah itu dia membentuk The Effection, bersama Scott Goodell dan Chris Dugan audio engineer Green Day. Di situ Billy bermain bass. Mereka hanya mengeluarkan satu album bertajuk Soundtrack To A Moment (Adeline Records, 2003). Kemudian dia bermain bass di Samiam selama kurang lebih tujuh tahun, dan terlibat dalam penggarapan album Trips (Hopeless Records, 2011), dan satu album live yang di-mixing oleh Bill Stevenson (Descendents). Kemudian Billy mengalami beberapa masalah pribadi, yang berhubungan dengan kesehatan mental, dan harus keluar dari band itu.

Selain itu Billy juga pernah menjadi additional gitar tur Dance Hall Crashers, dan berkontribusi dalam album The Live Record (Pink & Black Records, 2000). Serta jadi cameo dalam video klip “Mr. Blue”, bersama Timmy Chunks dari Token Entry dan Redemption 87.

Sedangkan Terry dan Art Tedeschi, pergi membentuk The Frustrator, bareng Jason Chandler dan Mike Dirnt di tahun 1999. Lalu membentuk Hope Anchor. Sebagai informasi Terry adalah anggota Waterdog yang punya hubungan erat dengan Green Day, dan telah terajut jauh sebelum mereka sukses. Bahkan dia pernah menjadi additional gitaris Green Day dalam tur American Idiot (2004-2005).

Meski Waterdog telah bubar, namun hubungan yang terjalin antar personel berjalan baik.

“Saya masih berkomunikasi dengan Terry. Beberapa bulan lalu saya membuka band-nya Hope Anchor, di Providence. Sean sesekali datang mengunjungi saya, dan kami main musik bersamsa. Tapi saya agak kehilangan kontak dengan Art, yang kini tinggal di Pacific Northwest,” ucap Billy.

Pada 1998, Waterdog pernah melakukan reuni kecil di kota mereka, dan itu jadi show terakhir mereka. “Kami ada ngobrol untuk reuni lagi sesekali, tapi rasanya kami belum menemukan moment yang tepat,” ujarnya.

Respons Waterdog di Tanah Air

Walau album mereka tidak direspon baik oleh pasar Amerika, sebaliknya di Tanah Air atau mungkin di kawasan Asia Tenggara, musik mereka tersebar luas. Mengingat album tersebut juga dipasarkan di Filipina, Singapura, dan Malaysia.

"Dulu kami pernah diwawancarai oleh sebuah radio di Indonesia, sekitar tahun 1995. Mereka nampak antusias merespons musik kami. Itulah pertama kali kami mengetahui popularitas Waterdog di negara Anda. Saya berharap saat itu kami punya kesempatan, untuk main beberapa show di sana…seandainya itu terjadi, mungkin akan menjadi sesuatu yang luar biasa," kata Billy.

Saya pribadi tahu Waterdog dari Radio SK 101.6 FM (Radio Suara Kejayaan). Penyiarnya memutar lagu “My Life”, dan mengatakan musiknya seperti Green Day. Karena penasaran, keesokannya langsung saya cari di toko kaset.

Hal senada juga diungkapkan oleh Teddy, vokalis Buckskin Bugle, Bandung.

"Dulu pas beli kasetnya gue ngga terlalu peduli dengan personel di balik band ini siapa aja, dari mana asal mereka, blablabla. Motivasi gue beli kaset mereka dulu, murni karena opini temen gue. Setelah diputer di rumah lumayan enak juga musiknya.”

“Kalo menurut gue mereka 'the next Green Day' yang hendak diorbitkan major label, pada masa post-Dookie gold rush di tahun 1994. Tapi kayak kelibas sama Green Day. Gue sendiri terpengaruh banget sama Green Day. Ya balik lagi, dulu asal ada yang bilang kaset ini musiknya enak, kita beli random aja. Karena random beli kasetnya, kadang ada musiknya yang gue kurang suka,” timpal Teddy.

Tak berbeda dengan Teddy. Ali vokalis Speak Up, Jakarta, mengakui “lagu mereka yang gue inget cuman “Jessica”. Mungkin karena nadanya catchy, jadi (cepat) nempel di kepala. Berpengaruh buat gue sih enggak, tapi buat band Jakarta era 90-an dan 2000 awal pasti menjadi salah satu referensi. Apalagi zaman itu terbatas banget pengetahuan tentang musik punk, ya bisa dibilang susah atau langka. Jadi apa aja berbau bau punk pasti dilibas (dibeli).”

Ebiet eks BLUNT, Jakarta, juga punya opini yang sama. Menurutnya “mendengarkan Waterdog bagi gue saat itu adalah sebuah keharusan. Karena rilisan punk sangat jarang. Dengan warna yang tipikal dengan band-band bergenre pop-punk, seharusnya membuat mereka lebih mudah disukai pada saat itu. Tapi gue (malah) jarang liat band-lokal yang cover lagu Waterdog.”

Sementara Tomy dari Linoleum Records, Bandung, berpendapat “saya suka musiknya tapi tidak terlalu mengulik mereka. Saya bahkan masih inget belinya tanggal 25 April 1996. Benang merahnya punk, namun (musiknya) lebih ringan kaya pop punk gitu lah. Lagu favorit saya ‘Jessica’ dan ‘Youngsten Turmoil’“.

Dari pernyataan-pernyataan mereka bisa ditarik kesimpulan bahwa, Waterdog lumayan banyak yang mendengarkan di sini. Walau mungkin dampaknya tidak sebesar Green Day. Tapi kadang materi bagus, promosi jorjoran saja tidak serta-merta membuat sebuah band sukses, kalau nasib baik belum berpihak.

Namun terlepas dari itu semua, harus diakui kehadiran Waterdog, jadi menambah deratan koleksi kaset yang kita miliki, menambah khazanah pengetahuan kita akan band-band punk rock/pop-punk mancanegara, dan memperbanyak pilihan musik sejenis yang kita dengarkan.

Seandainya saja album tersebut di-remaster ulang, supaya kualitas sound-nya adaptable dengan kondisi terkini, terus dimasukkan ke Spotify, maka bisa jadi sarana nostalgia buat mereka yang menjalani masa muda di era 90-an. Di sisi lain, jadi sarana untuk memperkenalkan Waterdog pada pendengar-pendengar baru. []

Baca juga artikel terkait WATERDOG atau tulisan lainnya dari Nor Rahman Saputra

tirto.id - Musik
Penulis: Nor Rahman Saputra
Editor: Nuran Wibisono