Menuju konten utama

Warung Kopi Favorit Transit di Ule Glee Rata Akibat Gempa

Warung kopi di Kecamatan Ule Glee menjadi lokasi favorit untuk transit dan singgah para pengguna jalan. Namun, gempa Aceh pada Rabu pagi telah menyebabkan warung kopi itu kini rata dengan tanah.

Warung Kopi Favorit Transit di Ule Glee Rata Akibat Gempa
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12). ANTARA FOTO/Ampelsa.

tirto.id - Warung kopi (warkop) tempat favorit untuk transit para pengguna jalan yang berlokasi di Ule Glee kini tinggal kenangan. Pasalnya, warung yang kerap disinggahi untuk istirahat itu sudah rata dengan tanah akibat gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Rabu (7/12/2016) pagi.

Sebagaimana informasi yang dihimpun dari Antara, Jumat (9/12/2016), warkop yang terkenal dan berada di pinggir jalan raya Banda Aceh-Medan, Sumut, di Kecamatan Ule Glee dan berdampingan dengan SPBU terbesar di Aceh itu, tidak saja rata dengan tanah, tapi juga menyebabkan 19 warga meninggal dunia tertimpa reruntuhan.

Anton, salah seorang warga Ule Glee menyebutkan, selain penjaga warung juga ada warga yang singgah di warung tersebut menjadi korban meninggal.

“Ada satu keluarga asal Kabupaten Aceh Timur dalam perjalanan ke Banda Aceh, menjadi korban meninggal saat sedang istirahat di warung tersebut menjelang salat Subuh itu,” ungkapnya.

Namun, seorang anaknya selamat, karena tertidur di mobil, sedangkan kedua orang tuannya meninggal tertimpa bangunan yang roboh, demikian Anton menambahkan.

"Warga yang duduk di warung itu tidak sempat menyelamatkan diri, karena terjadinya musibah tersebut sangat cepat, mungkin hitungan detik. Jadi bersamaan dengan guncangan gempa di saat itu juga warung tersebut roboh," katanya.

Ada juga warga selamat karena sedang mengambil air wudu untuk salat Subuh di musala yang ada di warung tersebut.

Pada hari pertama musibah, sebanyak 19 korban langsung dievakuasi setelah alat berat dari tim SAR, TNI, Polri, dan relawan membersihakan puing-puing bangunan warkop tersebut.

Warkop itu menjadi favorit bagi warga yang melakukan perjalanan untuk singgah, karena menu makanan dan minumannya cukup lengkap, selain kopi, teh dan minuman jus buah-buahan dan kue, ada juga sate matang, kerang rebus, nasi goreng, mie goreng, martabak telur, dan nasi "kucing".

Warung tersebut juga dilengkapi dengan kamar mandi yang ada di pom bensin dan airnya banyak serta ada mushala, sehingga warga merasa nyaman singgah di situ.

"Mungkin warga Aceh banyak yang merasa kehilangan dengan robohnya warung tersebut. Kita harapkan pemiliknya segera membangun kembali," katanya.

Baca juga artikel terkait GEMPA ACEH atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari