tirto.id - Akibat gempa yang mengguncang Aceh pada Rabu (7/12/2016) lalu, sejumlah warga Kabupaten Pidie Jaya terpaksa menjalankan ibadah Salat Jumat di antara reruntuhan bangunan masjid dengan menggunakan terpal dan tikar seadanya.
Tengku Azmi salah seorang pengurus Masjid Jami Quba Kecamatan Trenggadeng, Pidie Jaya mengungkapkan kepada Antara, Jumat (9/12/2016), pihaknya terpaksa menggelar Salat Jumat di halaman masjid karena masjid tidak lagi dapat dipergunakan akibat sudah rata dengan tanah.
"Kita terpaksa menggelar Shalat Jumat di halaman karena masjidnya sudah ambruk. Kita shalat di antara puing-puing reruntuhan," katanya.
Ia mengatakan, halaman masjid yang juga dijadikan sebagai posko darurat menampung ratusan warga korban gempa itu sejak tadi malam sudah mulai dibersihkan untuk pelaksanaan Shalat Jumat.
Puing-puing reruntuhan sebagian sudah dibersihkan, terpal dari plastik berwarna biru dan tikar sudah dipasang untuk pelaksanaan Shalat Jumat.
Meski dilakukan di halaman masjid, warga tetap terlihat khusyuk menjalankan ibadah Salat Jumat. "Walau salat di halaman, tidak mengurangi kekhusukan jamaah," katanya usai pelaksanaan Salat Jumat.
Azmi mengatakan, khatib dalam khutbahnya juga materinya tentang bersabar menghadapi cobaan, karena bencana gempa bumi itu adalah cobaan bagi umatnya. "Tadi khatibnya lebih banyak berbicara tentang sabar menghadapi cobaan," katanya.
Sebagaimana diketahui, Gempa bumi yang menguncang Kabupaten Pidie Jaya sekitar 120 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Aceh, Rabu pagi telah merobohkan ratusan bangunan, bahkan jumlah korban di lapangan diperkirakan masih akan bertambah.
Kemudian, jumlah korban yang sudah berhasil di evaskuasi, meninggal 103 orang dan luka berat serta ringan sekitar 8.000-an.
Para korban gempa tersebut, tersebar di enam kecamatan meliputi, Pante Raja, Bandar Dua, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru dan Alee Glee
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari