tirto.id - Wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua dalam empat bulan terakhir telah menyebabkan puluhan anak meninggal dunia sejak September 2017 lalu. Hingga hari ini, Kementerian Sosial (Kemensos) mencatat 63 anak meninggal dunia akibat wabah ini.
Berdasar data Kemensos, sejak September 2017 hingga kini, RSUD Asmat merawat ratusan pasien campak. Sebanyak 393 orang menjalani rawat jalan dan 175 lainnya rawat inap. Sedangkan situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di enam distrik di Kabupaten Asmat. Salah satunya adalah Distrik Agats, yang merupakan Ibukota Kabupaten Asmat.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Hari Hikmat menyatakan pihaknya akan mendirikan posko induk bantuan di Timika, Papua. Tujuannya agar pola pengiriman bantuan ke Asmat lebih terarah.
Ia beralasan jarak Timika dengan Kabupaten Asmat masih sangat jauh. Sementara lokasi pendaratan pesawat, yang terdekat dengan lokasi itu, berada di Timika.
“Kalau pesawat bisa mendarat langsung syukur, tapi ini enggak bisa. Baru dari Timika, (lalu) menggunakan pesawat kecil, tapi juga tergantung cuaca dan ada tidaknya penumpang. Makanya, enggak bisa bawa barang banyak. Atau dari Timika ke Asmat pakai kapal laut,” kata Hari pada Selasa (16/1/2018).
Untuk menghadapi KLB campak dan gizi buruk ini, Kemensos mengirim bantuan ke Asmat pada Minggu (14/1/2018. Bantuan itu berupa 16 ribu paket makanan kaleng senilai Rp725 juta yang dikirim ke Timika Papua, dan didistribusikan secara bertahap sejak Senin (15/01) kepada masyarakat terdampak wabah itu di Kabupaten Asmat.
"Paket lauk pauk A,B,C,D telah dikirimkan bersama tim Kemensos ke Asmat. Jumlah tersebut bisa ditambah sewaktu-waktu sesuai kondisi di lapangan," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa melalui keterangan tertulisnya hari ini.
Kemensos bersama Dinas Sosial setempat juga telah mengirimkan bantuan logistik berupa 3 ton beras, 200 lembar selimut, 200 matras, 2 tenda keluarga, dan 50 food ware. "Sebagai langkah awal, bantuan pangan diupayakan dari wilayah yang berbatasan dengan Asmat. Tim juga membawa makanan berupa umbi-umbian," kata Khofifah.
Khofifah mengklaim Distrik Agats telah tersentuh bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan juga Beras Sejahtera (Rastra) sejak 2016. Bantuan semula disalurkan melalui PT POS Indonesia. Sedangkan pada 2017 penyaluran dilakukan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Di Distrik Agats, menurut Khofifah, jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebanyak 175 KPM. Sementara berdasar hasil validasi 2018, ada sebanyak 196 KPM tambahan di Agats, sehingga total sementara 371 KPM.
"Februari 2018, bansos PKH cair di semua wilayah Indonesia, tak terkecuali Distrik Agats," ujarnya.
Khofifah menambahkan Kemensos pun menggelontorkan dana bantuan Program Komunitas Adat Terpencil ke Asmat senilai Rp3,1 miliar. Jenis bantuan yang diberikan antara lain berupa pemukiman sosial, jaminan hidup, bantuan bibit, peralatan kerja, dan peralatan rumah tangga.
Menurut dia, Kemensos akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam penanganan kasus KLB campak dan Gizi Buruk di Kabupaten Asmat. Kendala utama penanganan wabah adalah kondisi medan yang berat, akses jalan dan juga jarak tempuh menjadikan penanganan wabah di Asmat lambat.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom