Menuju konten utama

Viral Udara Tak Sehat di Jakarta, Dampak, dan Cara Mengatasinya

IQAir mendeteksi indeks kualitas udara di Jakarta adalah 154 US AQI per Sabtu (3/6/2023) dan masuk dalam kategori tidak sehat.

Viral Udara Tak Sehat di Jakarta, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Kabut asap menyelimuti gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (25/8/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp..

tirto.id - Publik belakangan dikejutkan dengan temuan kondisi udara yang tak sehat di ibu kota Indonesia, Jakarta. Kabar viral udara tak sehat di Jakarta ini diumumkan oleh perusahaan teknologi di bidang kualitas udara asal Swiss, IQAir.

Per Sabtu (3/6/2023) pukul 12.00 WIB, IQAir mendeteksi indeks kualitas udara di Jakarta adalah 154 US AQI dan masuk dalam status 'unhealthy' atau tidak sehat. Menurut IQAir buruknya kualitas udara di Jakarta didominasi oleh polutan utama PM2.5.

Dikutip dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) polutan PM2.5 sendiri adalah partikel udara yang ukurannya lebih kecil atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer).

Reaksi kimia yang menjadi sumber pencemaran PM2.5 termasuk sulfur dioksida, debu mineral, karbon hitam, amonia, nitrogen oksida, dan senyawa organik lain yang mudah menguap.

Zat-zat ini umumnya muncul akibat aktivitas industri dan konstruksi, asap kendaraan, asap rokok, debu, jelaga, kebakaran hutan, hingga spora dan serbuk sari tumbuhan.

Status indeks kualitas udara tak sehat bukan pertama kalinya terjadi di Jakarta. Dikutip dari Antara, Jakarta bahkan pernah menduduki status sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada musim kemarau 2023.

Masih berdasarkan data dari IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta tercatat mencapai 188 pada 15 Juni 2022 pukul 11.00 WIB.

Nilai maksimal dalam indeks udara terburuk sendiri berada di rentang 151 hingga 200. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin buruk udara di suatu wilayah.

Dampak Kualitas Udara Tak Sehat di Jakarta

PM2.5 pemicu kualitas udara tak sehat di Jakarta merupakan ancaman kesehatan terbesar di dunia dan biasa ditemui di wilayah-wilayah berpolusi tinggi.

Dampak kualitas udara tak sehat di Jakarta berkaitan langsung dengan kesehatan. Menurut European Environment Agency (EEA), beberapa jenis penyakit yang bisa terjadi akibat paparan polusi PM2.5 dalam jangka panjang, termasuk:

  • stroke;
  • penyakit paru obstruktif kronik (PPOK);
  • kanker bronkus dan kanker paru-paru;
  • asma serius;
  • infeksi saluran pernapasan bawah.

Hal ini turut dibenarkan oleh Ginanjar Syuhada dan kawan-kawan dalam studi yang rilis di jurnal Public Health (2023). Berdasarkan studi tersebut ditemukan bahwa polusi udara di Jakarta berkontribusi pada angka kematian dan kasus rawat inap di Jakarta.

Menurutnya polusi udara di Jakarta berpotensi menyebabkan lebih dari 10.000 kematian, 5.000 kasus rawat inap karena masalah pernapasan dan kardiovaskular, dan 7.000 gangguan kesehatan pada anak-anak setiap tahunnya.

Cara Mengatasi Udara Tak Sehat di Jakarta

Kabar baiknya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi udara tak sehat di Jakarta, sebagai berikut:

1. Tanam tumbuhan yang bisa serap polusi

Pertimbangkan untuk menanam tumbuhan yang bisa menyerap polusi di rumah. Pada dasarnya semua tanaman hijau memiliki kemampuan ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan NASA pada 1989 ditemukan bahwa tumbuhan akan menghirup karbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen bersih selama berfotosintesis.

Kemampuan inilah yang membuat tanaman disebut sebagai filter dan pembersih udara alami. Masih dalam studi yang sama, ditemukan bahwa tanah dalam pot tumbuhan juga mampu mencerna bahan kimia beracun.

Beberapa jenis tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam di rumah untuk penghijauhan antara lain bunga krisan, devil ivy, monstera, pohon pinang, dan sebagainya.

2. Gunakan air purifier di dalam ruangan

Dikutip dari Harvard Health Publishing, penggunaan mesin pemurni udara atau air purifier bisa dipertimbangkan di wilayah berpolusi tinggi.

Perlu diketahui bahwa air purifier tidak bisa menghilangkan semua jenis polutan. Kendati demikian, air purifier membantu meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan menjadi lebih bersih.

3. Hindari berkegiatan di luar ruangan saat tengah hari

Selama menghadapi musim kemarau, sebaiknya hindari berkegiatan di luar ruangan pada tengah hari. Hal ini karena kualitas udara di luar ruangan pada tengah hari, yaitu antara pukul 11.00 hingga 16.00 WIB cenderung yang paling buruk.

Jika mengharuskan berkegiatan di luar ruangan saat tengah hari, selalu cek indeks kualitas udara di wilayah setempat. Indeks kualitas udara bisa dilihat melalui aplikasi cuaca atau laman IQAir.com.

Apabila indeks kualitas menunjukkan simbol merah, alias unhealthy, maka gunakan masker khusus yang bisa menghalau PM2.5 selama berkegiatan di luar ruangan.

4. Hentikan pemicu polusi

Cara terbaik mengatasi kualitas udara tak sehat di Jakarta dan kota lainnya adalah dengan menghentikan pemicu polusinya.

Dikutip dari Vital Strategies, berikut beberapa langkah menghentikan pemicu polusi di Jakarta:

  • mengurangi penggunaan kendaraan bermotor;
  • menghentikan penggunaan batu bara dalam industri, termasuk industri listrik;
  • mendukung kebijakan larangan membakar sampah;
  • menerapkan sistem daur ulang sampah yang ramah lingkungan;
  • mempromosikan energi bersih dan terbarukan.

5. Menerapkan gaya hidup sehat

Kualitas udara di Jakarta yang tidak sehat tentu dapat berdampak pada kesehatan. Oleh karena itu, setiap individu sebaiknya mulai menerapkan gaya hidup sehat untuk menekan risiko terkena penyakit kardiovaskular maupun penyakit pernapasan, dengan cara:

  • mengonsumsi makanan sehat dengan memperbanyak sayur dan buah;
  • mengonsumsi air putih yang cukup minimal 2 liter sehari;
  • rutin berolahraga selama 30 per hari;
  • hindari rokok;
  • tidur cukup setiap hari;
  • menjaga berat badan tetap ideal;
  • rutin melakukan pemeriksaan kesehatan (check up) secara menyeluruh.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora