tirto.id - Twitter telah mengumumkan perubahan untuk membatasi jumlah penyalahgunaan pada media sosial itu. Langkah ini muncul di tengah kritik keras tentang pelecehan dan ujaran kebencian yang terjadi di media ini serta kegagalan Twitter menemukan pembeli setelah berbulan-bulan muncul rumor soal pengambilalihan.
“Kami mendukung kebebasan berekspresi bagi semua orang agar mereka dapat melihat semua sisi dari beragam topik. Namun demikian, kebebasan berekspresi menjadi tidak nyaman saat penyalahgunaan dan pelecehan terjadi sehingga membungkam dan meredam beragam ekspresi. Twitter tidak akan menoleransi hal tersebut dan kami terus mengembangkan berbagai upaya baru untuk menghentikan penyalahgunaan serta pelecehan terhadap pengguna,” jelas Ed Ho, Vice President of Engineering Twitter, melalui rilis yang diterima Tirto.id.
Langkah pengamanan itu termasuk upaya untuk mengidentifikasi orang-orang yang telah dihentikan secara permanen dan menyetop mereka membuat akun baru. Upaya ini berfokus lebih efektif pada beberapa perilaku yang paling mengganggu, khususnya akun yang memang dibuat secara sengaja hanya untuk disalahgunakan dan melecehkan orang lain.
Tak hanya itu, Twitter juga segera meluncurkan fitur 'pencarian aman' yang menghilangkan konten sensitif serta Tweet dari akun yang diblokir dari “hasil pencarian.” Walaupun jenis konten seperti ini dapat saja ditemukan jika dengan sengaja mencarinya, konten negatif tersebut tidak akan mengacaukan hasil pencarian lagi ke depannya.
Respon-respon (Replies) yang kasar, melecehkan, merendahkan serta berpotensi menyebarkan ancaman juga telah diidentifikasi dan dipindah ke bagian bawah. Lewat fitut tersebut, Twitter mendahulukan percakapan yang lebih relevan ke bagian awal. Namun, respon-respon tersebut tetap dapat diakses bagi pengguna yang memang sengaja mencarinya.
Mengakui banyaknya ujaran kasar dan kebencian yang tumbuh, Twitter telah melakukan perubahan sistem keamanan ini pada November 2016. Sejak saat itu, Twitter terus berupaya agar para pengguna memiliki lebih banyak kendali atas apa yang mereka ingin nikmati di Twitter.
Sebagai tanggapan, misalnya, diperluas alat Mute, yang memungkinkan orang untuk memblokir kata kunci tertentu, frasa, dan bahkan seluruh percakapan mereka tidak ingin melihat pemberitahuan tentang.
Twitter juga telah melatih timnya untuk meningkatkan sistem perangkat internal agar lebih efektif menangani pidato kebencian saat ada pelaporan. Pada Juni tahun lalu, Twitter diperbarui tombol blok untuk memastikan bahwa orang yang menggunakan fitur itu tidak bisa lagi melihat tweet dari orang yang mereka diblokir.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari