tirto.id -
Menurut Hasto, Ma'ruf memberikan element of surprise salah satunya saat menjawab isu ketenagakerjaan. Hasto mengatakan Ma'ruf memahami pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja yang dimulai dari pendidikan, pelatihan, kerja sama, dan kolaborasi.
Selain itu Ma'ruf juga meluruskan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dengan paradigma baru yang menyentuh hati para pekerja Indonesia baik di dalam maupun luar negeri.
"Kiai Maruf Amin dengan nuraninya berbicara dengan kebaikan untuk umat, penuh kejujuran, dan inilah yang menjadi sisi keunggulan Ma'ruf Amin, yakni dasar-dasar terhadap pemahaman kemanusiaan," ujar Hasto.
Menurut Hasto, menjadi pemimpin nasional memerlukan kematangan lahir batin dan kedewasaan alam pikir yang digerakkan oleh suara hati pemimpin.
"Kearifan Kiai Maruf menjadi daya unggul yang menyebabkan apa yang disampaikan penuh dengan kejujuran dan sebagai saripati suara umat," ucapnya.
Menurut Hasto, dalam kebudayaan, pemahaman terhadap pentingnya opera house, pemahaman budaya digital, tetapi pada saat bersamaan berakar pada kebudayaan bangsa, menunjukkan Kiai Ma'ruf mampu melampaui ekspektasi banyak orang.
Dalam diri Kiai Maruf, lanjut Hasto, nilai-nilai islami menjadi bingkai kemajuan dan bahasa yang disampaikan pun akrab bagi kalangan anak muda.
"Keseluruhan tampilan debat akhirnya membawa diferensiasi Kiai Ma'ruf sebagai sosok berpengalaman dan penuh dengan kebijaksanaan, sebaliknya Sandi tampil dalam kemudaan secara fisik, namun gagal mengelaborasi visi misi," kata Hasto.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu no urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan no urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno.