tirto.id -
Menteri Pertahanan Cina Chang Wanquan mendorong kerja sama antara Militer Cina dan Vietnam dengan menyarankan agar kedua negara memperkuat pertukaran, komunikasi dan persahabatan mereka, saat ia mengunjungi Hanoi, di tengah ketegangan perselisihan teritorial di Laut Cina Selatan.
Bertemu dengan Kepala Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong, Chang Wanquan mengatakan bahwa kedua belah pihak sebaiknya berjuang untuk menjaga ikatan dekat yang tercipta pada zaman dahulu seperti antara pemimpin Mao Zedong dan Ho Chi Minh.
Kedua pihak militer sebaiknya "meningkatkan pertukaran dan komunikasi strategis tingkat tinggi, meningkatkan perasaan persahabatan, memperdalam pertukaran pertahanan perbatasan dan kerjasama praktis dalam penjagaan perdamaian PBB [Perserikatan Bangsa-bangsa], riset pendidikan militer dan industri pertahanan," kata Chang, dalam sebuah pernyataan yang diutarakan pada Senin malam waktu setempat, (28/3/2016), oleh Kementerian Pertahanan Cina.
Sementara tidak adanya penyebutan secara langsung terkait Laut Cina Selatan, pihak kementerian mengatakan bahwa komandan armada Cina di Laut Cina Selatan, Shen Jinlong juga hadir dalam pertemuan itu.
Perselisihan antara dua negara yang dipimpin oleh Komunis dan sama-sama mengklaim wilayah Laut Cina Selatan itu melonjak pada tahun 2014, saat Beijing menempatkan pengeboran minyak di lepas pantai Vietnam, yang mengarah kepada adanya kerusuhan anti-Cina.
Sejak saat itu, kedua negara telah saling melakukan kunjungan tingkat tinggi, termasuk sebuah kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Cina Xi Jinping ke Hanoi pada 2015.
Pada bulan lalu, ketegangan meningkat antara kedua negara atas kedaulatan teritorial di Laut Cina Selatan setelah para pejabat Taiwan dan Amerika Serikat mengatakan bahwa Cina menempatkan beberapa misilnya di Pulau Woody, yang menjadi bagian dari Kepulauan Paracel yang dikuasai oleh Cina.
Vietnam menyebut langkah dari Cina itu sebagai penyalahgunaan yang serius atas kedaulatan di kepulauan Paracel.
Cina mengklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan, yang dilalui oleh kapal perdagangan senilai USD 5 triliun tiap tahunnya. Sejumlah negara lain seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina dan Vietnam juga mengklaim wilayah yang sama, begitu pula dengan Taiwan. (ANT)