tirto.id - Penyanyi pop Teresa Teng hari ini diperingati ulang tahunnya yang ke-65 menjadi Google doodle. Karya dan talenta bermusiknya tercatat menjadi pengaruh paling besar di Asia selama kurun waktu tahun 1970-1980-an.
Hal yang paling diingat dari penampilan Teng yakni penghayatannya yang melankolis saat membawakan lagu balada romantis dengan suara mendayu-dayu dan manis. Dia dijuluki "Lima Diva Asia" untuk karya dan penampilannya selama hampir tiga dekade.
Popularitas penyanyi Taiwan yang menyebar hingga seluruh Asia tak lepas dari kemampuan bahasa asing. Teng menguasai beberapa bahasa seperti Mandarin, Kanton, Jepang, Indonesia dan Inggris.
Dikutip dari laman Google, hari ini Google mengabadikan salah satu lagunya dalam ilustrasi doodle yang dibuat oleh Cynthia Yuan Chen, “The Moon Represents My Heart”.
Ia terkenal di antara komunitas masyarakat berbahasa Mandarin dan di seluruh Asia Timur, termasuk Jepang, selama kurang lebih 30 tahun. Ia terkenal hingga hari ini oleh karena lagu-lagunya yang merakyat dan bernada balada romantis.
Salah satu lagu Teresa Teng yang terkenal,” Kapankah Kau akan Kembali” (pinyin: Hé Rì Jūn Zài Lái). Selain lagu-lagunya yang berbahasa Mandarin, ia juga pernah merekam lagu-lagu dalam Bahasa Hokkien, Kanton, Jepang, Indonesia dan Inggris.
Penyanyi kelahiran 1953 ini meninggal dunia akibat serangan asma akut ketika sedang berlibur di Chiang Mai, Thailand, dalam usia 42 tahun (43 tahun menurut Kalender Tionghoa) pada 8 Mei 1995. Ia dimakamkan layaknya seorang pahlawan di Taiwan, dengan bendera Taiwan menutupi peti matinya dan Presiden Taiwan saat itu, Lee Teng-hui, menghadiri pemakamannya.
Teresa dimakamkan di kaki gunung di Chin Pao San (Jinbaoshan, arti harafiahnya Gunung Harta Karun Emas), dalam sebuah kompleks pemakaman dekat Jinshan, dekat Taipei, Taiwan. Bahkan di kompleks pemakaman tersebut dibangun tugu peringatan tentang dirinya. Tugu ini berupa patung Teresa lengkap dengan pakaian pertunjukan dipajang, diiringi dengan musik dari lagu-lagunya yang legendaris sebagai latar belakangnya.
Disana juga terdapat sebuah piano elektronik raksasa di mana para pelayat dapat memainkannya dengan menginjak balok-balok piano tersebut. Makamnya ini sangat sering dijunjungi oleh para penggemarnya --- sebuah kebiasaan yang sangat berbeda dengan tradisi Tionghoa untuk mengunjungi pemakaman pada umumnya.
Saat berita kematiannya tersiar, para penggemarnya sering mengunjungi sebuah rumah yang dibeli Teresa pada tahun 1986 di Hongkong beralamatkan Jalan Carmel Street nomor 18.
Pada tahun 2002, ada rencana untuk menjual rumah tersebut untuk membiayai museum di Shanghai dan rumah itu terjual 32 juta Dolar Hongkong. Rumah itu ditutup untuk umum semenjak tanggal 29 Januari 2004, hari di mana Teresa seharusnya berulang tahun ke-51.
Untuk memperingati tahun ke-10 kematiannya, Teresa Teng Culture and Education Foundation meluncurkan kampanye berjudul "Feel Teresa Teng". Selain merencanakan konser di Hongkong dan Taiwan, para penggemarnya juga melayat ke makamnya di Chin Pao San. Juga, sebagian gaun-gaun, perhiasan dan barang-barang pribadi Teresa juga dipajang dalam sebuah eksibisi di Yuzi Paradise, sebuah taman kesenian di luar kota Guilin, Cina.
Pada bulan Mei 2002, patung lilin Teresa Teng dipajang untuk umum di museum lilin Madame Tussauds di Hongkong.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri