Menuju konten utama

Temukan Sejumlah Masalah, YLKI Minta Pagelaran PRJ Dibenahi

YLKI menyarankan pagelaran PRJ di Jakarta sebaiknya melakukan pembenahan terhadap pelaksanaan yang diklaim berskala internasional itu.

Temukan Sejumlah Masalah, YLKI Minta Pagelaran PRJ Dibenahi
Sejumlah warga mengunjungi arena Jakarta Fair 2019 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (22/5/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.

tirto.id - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta manajemen Pekan Raya Jakarta (PRJ) melakukan pembenahan pada layanan yang diberikan.

Ketua harian YLKI Tulus Abadi menilai, konsumen saat ini sudah dibebankan tarif masuk yang tinggi, tetapi mereka justru tidak menerima pelayanan yang setimpal.

"Masih ada waktu seminggu lagi bagi manajemen PRJ untuk memperbaiki layanan dan kinerjanya. Jangan cuma memungut tarif yang mahal tetapi gagal memberi kenyamanan bagi pengunjungnya. Pemprov DKI pun seharusnya mengawasi pelaksanaan PRJ tersebut," ujar Tulus dalam keterangan tertulis yang dikonfirmasi reporter Tirto pada Senin (24/6/2019).

Ia mencontohkan seseorang yang membawa kendaraan roda empat harus membayar tarif parkir Rp30.000 per mobil flat. Belum lagi, ada tiket masuk yang dibanderol Rp40.000 per orang.

Namun, berdasarkan pengamatannya, kondisi area parkir justru tidak nyaman, terbuka, dan berdebu. Lalu ia juga mendapati sulitnya konsumen mencari parkir dan diperburuk dengan kondisi PRJ yang penuh sesak.

Tulus pun menyarankan agar pengelola menghitung betul kapasitas parkir yang ada ketimbang terus menerima kendaraan untuk masuk.

"Sangat tidak nyaman sementara konsumen sudah membayar parkir yang sangat mahal, dan tiket masuk yang mahal juga," ucap Tulus.

Di sisi lain, Tulus juga menyoroti fasilitas di area PRJ yang kurang memadai. Menurutnya, jumlah toilet dan tempat ibadah/mushola sulit ditemukan dan jumlahnya tak sebanding dengan banyaknya pengunjung.

Seharusnya, kata Tulus, pada kondisi seramai ini, pengelola perlu mengantisipasi membludaknya warga yang datang. Misalnya menyediakan toilet portable untuk menambah kapasitas fasilitas itu.

Di samping itu, Tulus juga menyayangkan bahwa PRJ yang notabene merupakan tempat umum justru tak diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Yang terjadi, ia mendapati orang-orang bebas merokok termasuk para SPG yang menjual dan menawarkannya.

Padahal, kata Tulus, bila PRJ diklaim sebagai gelaran berskala internasional, maka paling tidak, lokasi itu memenuhi standar KTR. Menurut Tulus PRJ perlu dibenahi agar tidak kalah dengan area pasar tradisional di Kota Bangkok (Pasar Tjacucak) yang terbebas asap rokok.

"Ini yang menjadikan Jakarta Fair jadi tidak fair (tidak adil) bagi konsumen atau pengunjungnya," tukas Tulus.

Baca juga artikel terkait JAKARTA FAIR 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dhita Koesno