Menuju konten utama

Tema Hari Migrasi Burung Sedunia 14 Mei 2022 dan Sejarahnya

Tema Hari Migrasi Burung Sedunia 2022 dan sejarah peringatannya.

Tema Hari Migrasi Burung Sedunia 14 Mei 2022 dan Sejarahnya
Sejumlah burung kuntul besar (Egretta alba) bertengger di ranting pepohonan mangrove Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Senin (20/12/2021). ANTARA FOTO/Feny Selly/hp.

tirto.id - Memasuki pekan kedua bulan Mei, saatnya memperingati Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migration Bird Day (WMBD). Lain manusia, burung pun melakukan migrasi setiap tahunnya. Hari Migrasi Burung Sedunia diperingati setiap Sabtu kedua di bulan Mei setiap tahunnya. Tahun ini, berarti, jatuh pada 14 Mei 2022.

Sebelum menjadi World Migration Bird Day, pada tahun 1993 digagas suatu kegiatan khusus di Amerika Serikat yang diberi nama International Migratory Bird Day (IMBD).

Acara ini sukses dan menarik perhatian banyak pihak untuk terlibat di dalamnya. Namun demikian, kesuksesan acara tersebut kurang menyentuh wilayah lainnya, dan berlaku sebatas di belahan bumi bagian barat.

Untuk memperluas pesan pelestarian, disampaikan Indonesia Wetlands dalam rilisnya, organisasi African-Eurasian Migratory Waterbirds (AEWA) menyelenggarakan acara Migratory Waterbirds Day yang meliputi wilayah Afrika, Eropa dan sebagian Asia pada 2005. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk melakukan kegiatan yang meliputi seluruh wilayah bumi.

Setahun kemudian, AEWA dan Convention on Migratory Species (CMS) meluncurkan perayaan World Migratory Bird Day (WMBD) pada 8 – 9 April 2006 di Kenya. Sejak itulah WMBD diperingati setiap tahun secara global dengan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat secara luas.

Hari peringatan ini merupakan bentuk kampanye global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian burung migran serta habitatnya. Tiap tahunnya, WMBD mengangkat tema yang berbeda.

Tema Hari Peringatan Migrasi Burung Sedunia 2022

Pada 2022, peringatan WMBD memfokuskan kampanye pada ‘polusi cahaya’ yang dapat menganggu proses migrasi burung.

Peneliti astronomi dan astrofisika di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Rhorom Priyatinkato, seperti dilansir antaranews, menyebut bahwa polusi cahaya dapat mengacaukan navigasi makhluk hidup yang tengah melakukan migrasi, seperti burung.

Cahaya artifisial, seperti lampu gedung dan buatan manusia lainnya, meningkat secara global setidaknya 2 persen per tahun dan diketahui berdampak buruk pada banyak spesies burung. Hal ini menjadi perhatian WMBD yang disampaikan lewat laman resminya.

Seturut dengan pemaparan Rhorom, WMBD juga menyampaikan polusi cahaya merupakan ancaman signifikan bagi burung yang bermigrasi.

Karena terganggunya navigasi, dapat menyebabkan burung tabrakan dengan bangunan, mengganggu jam internal mereka saat terbang malam hari, atau mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan migrasi jarak jauh.

Solusinya, tidak lain dengan meredupkan dan mematikan lampu gedung selama fase migrasi. Banyak kota di dunia yang mengambil tindakan untuk itu. Membantu burung bermigrasi dengan aman.

Namun, kesadaran global akan hal ini perlu untuk terus didorong mengingat migrasi burung berskala lintas negara, bahkan benua.

Makhluk hidup bersayap ini melakukan terbang jarak jauh hingga ribuan atau bahkan belasan ribu kilometer pulang-pergi.

Disampaikan oleh Indonesia Wetlands, Founding Partners untuk World Migratory Bird Day, tiap tahunnya, jutaan ekor burung melakukan migrasi dari lokasi tempat mereka berbiak menuju lokasi lain yang secara ekologis dapat menyediakan kebutuhan untuk makan dan melanjutkan hidupnya.

Hal ini umumnya terjadi karena kondisi perubahan iklim ekstrim yang menghantam lokasi tempat mereka berbiak.

Seperti perubahan selama musim dingin, tempat mereka berbiak akan dipenuhi dengan salju. Demikian, burung mesti menuju tempat yang lebih hangat dan tersedia sumber makanan.

Kantor komunikasi Universitas Padjajaran menyampaikan lewat rilisnya, selama Oktober hingga Maret, musim dingin terjadi di belahan bumi utara sehingga menyebabkan pasokan makanan mulai menipis.

Menghindari musim itu, burung-burung yang hidup di kawasan tersebut melakukan migrasi ke wilayah dekat garis khatulistiwa yang jauh lebih hangat dan menyimpan makanan. Setidaknya, mereka bermigrasi dua kali dalam setahun pada Mei dan Oktober, dilansir laman WMBD.

Burung Kedidi merah Calidris Canutus, misalnya, Indonesia Wetlands mengklaim, mereka sanggup menempuh perjalanan sejauh16.000 kilometer setahun dua kali. Mereka berbiak di Siberia, dan selama musim dingin melakukan migrasi hingga ke ujung selatan Afrika.

Selama perjalanannya, burung-burung migran singgah di lokasi tertentu guna beristirahat. Dan kemudian mencari makanan untuk bahan bakar melanjutkan perjalanan lintas benua.

Lokasi persinggahan dan jalur migrasi merupakan bagian yang sangat krusial dan bernilai dalam perjalanan hidup mereka. Itulah sebabnya, untuk melindungi jalur migrasi dan tempat burung bersinggah memerlukan kerjasama internasional.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Dipna Videlia Putsanra